Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Adaptasi dan Inovasi Kereta Api Pada Masa Pandemi

Lilik Darmawan
15/9/2021 16:11
Adaptasi dan Inovasi Kereta Api Pada Masa Pandemi
Layanan petugas Kereta Api pada saat pandemi.(DOK Daop 5 Purwokerto)

TEPAT pukul 23.07 WIB, kereta api (KA) Gajayana jurusan Gambir-Malang tiba  di Stasiun Purwokerto, Jawa Tengah (Jateng). Nida Saraswati, 43, salah seorang penumpang turun. Sesungguhnya ia bekerja di Blitar, tetapi baru  saja ditugaskan ke Jakarta. Namun, perempuan itu memutuskan untuk turun di Stasiun Purwokerto.

"Saya sengaja tidak langsung balik ke Blitar, tetapi turun di Stasiun Purwokerto. Sebab,  sudah lama tidak bertemu dengan ibu saya di
Banyumas. Sejak pandemi, saya ekstra hati-hati jika akan mudik. Bahkan, selama 1,5 tahun terjadi pandemi, baru dua kali menemui ibu. Saya berani, karena sejak dari Blitar saya harus tes swab antigen. Demikian juga dari Jakarta harus swab antigen lagi. Inilah mengapa, saya berani menemui ibu. Sebab, saya yakin negatif covid-19," jelas Nida saat berbincang dengan Media Indonesia pekan lalu.

Baginya, naik KA menjadi alternatif utama jika harus ke Jakarta. Sebab, kalau naik mobil pribadi terlalu jauh. Jika menggunakan bus atau travel,  dirinya kurang yakin. Misalnya naik pesawat, takut diundur jadwal penerbangannya. "Saya memilih KA karena yakin aman, selain itu juga  nyaman di perjalanan. Selain harus swab antigen, di dalam KA juga dibatasi jumlah penumpangnya. Jadi jelas nyaman, apalagi di dalam juga harus menerapkan protokol kesehatan dengan mengenakan masker di sepanjang perjalanan," lanjut Nida.

Penumpang lainnya, Yesa, 16 mengatakan bahwa meski hanya ke Yogyakarta, tetapi dia harus mengikuti seluruh prosedur yang diterapkan PT KAI. Ia harus mengikuti prosedur lengkap protokol kesehatan. Selain itu kewajiban lainnya adalah vaksinasi. Di PT KAI Daerah Operasi (Daop) 5, sudah melayani usia di atas 12 tahun, atau paling pertama kali menyelenggarakan vaksinasi bagi remaja di Kota Purwokerto.

"Saya harus suntik vaksin dulu sebelum ke Yogyakarta. Saya malah senang, karena saya akan mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM). PT KAI telah membantu remaja seperti saya dengan menyelenggarakan vaksinasi bagi remaja," ungkap Yesa.

Sementara seorang dosen Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Angkasa Sudigdo sempat melakukan kritikan kepada PT KAI pada saat awal menjalankan KA setelah vakum lama. "Di ruang tunggu Stasiun Gambir sudah sedemikian ketat aturannya, dengan membatasi antarpenumpang dan jaga jarak. Tetapi, saat masuk KA, saya terkejut, mengapa di samping saya ada penumpang. Saya sempat protes di media sosial waktu itu. Ternyata PT KAI responsif atas kritik saya, karena dari kantor pusat di Bandung ada yang menanggapi," terang Angkasa.

Setelah kejadian itu, Angkasa tidak kemudian kapok naik KA, karena PT KAI terus berbenah dan beradaptasi pada saat pandemi. "Beberapa waktu lalu, saya naik KA sewaktu ke Jakarta. Kondisi seperti sekarang, KA merupakan pilihan yang aman dan nyaman. Jelas sangat berbeda dengan angkutan darat lainnya," ungkap Doktor hukum tersebut.

Konsultan PT KAI Daop 5 sekaligus dosen Fakultas Ekonomi Unsoed Icuk Rangga Bawono mengatakan KA menjadi pilihan utama pada saat pandemi, karena ada kepastian dan tepat waktu. "Pada masa pandemi seperti sekarang, KA menjadi pilihan karena waktunya tepat dan ada kepastian berangkat. Benar bahwa perjalanan pesawat, misalnya, lebih cepat. Tetapi kadang, karena masa pandemi dengan penumpang yang kurang atau loading factornya-nya tidak tinggi, maka penumpang diikutkan penerbangan selanjutnya. Berbeda dengan KA, kondisi loading factor tidak akan memengaruhi pemberangkatan," jelas Icuk.

Jika naik mobil pribadi, waktunya memang fleksibel, tetapi jelas lebih lama. Apalagi kalau dengan rombongan yang tidak tahu apakah ada yang positif covid-19 atau tidak. Jadi, tetap unggul KA. Karena sejak awal,KA menerapkan pengetatan penumpang. Bahkan, sampai sekarang tidak ada cerita mengenai KA sebagai tempat klaster covid-19.

"Ya, karena memang dari awal ada skrinning, apakah calon penumpang negatif atau positif covid-19. Sekarang lebih ketat lagi, ada syarat
vaksin. Yang menarik, PT KAI juga melayani vaksinasi kepada calon penumpang yang belum mendapatkan vaksin," kata dia.

Kebijakan vaksinasi di PT KAI, khususnya Daop 5 Purwokerto terus dilanjutkan, karena sebagai bagian dari syarat naik KA. "Bagi yang belum vaksin, kami memang terus melayani vaksinasi. Selain itu, tentu prokes terus dijalankan sampai sekarang. Kami terus berusaha agar KA tetap aman dan nyaman bagi penumpang. Mereka yang menggunakan jasa KA tidak merasa takut," kata Vice President PT KAI Daop 5 Purwokerto Joko Widagdo.

Ia mengatakan di Daop 5 Purwokerto, pelayanan vaksinasi dimulai di Stasiun Purwokerto pada 3 Juli lalu, kemudian dilanjutkan di Kebumen.
Hingga 12 September, di Daop 5 Purwokerto telah memvaksin sebanyak 6.991 warga. Tidak hanya mereka para calon penumpang, melainkan juga masyarakat umum, pekerja dan keluarga pekerja. "Kami masih melayani vaksinasi, khususnya bagi calon penumpang. Sehari sebelum berangkat, kami persilakan untuk vaksin," jelasnya.

Adaptasi, inovasi dan kontribusi terus dilakukan oleh PT KAI demi memberikan rasa aman dan nyaman kepada pelanggan, khususnya pada masa pandemi.

Dalam keterangan tertulisnya, Direktur Utama PT KAI Didiek Hartantyo mengatakan KAI terus melakukan vaksinasi kepada pelanggan maupun masyarakat. Penerapan protokol kesehatan dilaksanakan secara ketat. Mulai dari lingkungan stasiun sampai di dalam KA yang berjalan.

"Berbagai fasilitas juga KAI sediakan untuk pelanggan sebagai bentuk adaptasi kebiasaan baru, seperti menyediakan wastafel portabel dan hand sanitizer, serta memberikan healthy kit untuk penumpang jarak jauh. Selain itu, untuk mengurangi mobilitas dan kontak fisik, KAI menambah sejumlah fitur pada aplikasi KAI Access sehingga pelanggan dapat mengatur perjalanannya secara daring tanpa perlu ke stasiun. Penumpang juga ada pembatasan. Yakni  70% untuk rute jarak jauh, 50% untuk rute lokal, dan 32% untuk KRL," pungkas Didiek. (N-1)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya