Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Sumiati Srikandi Pelindung Pegunungan Meratus

Denny Susanto
25/8/2021 14:15
Sumiati Srikandi Pelindung Pegunungan Meratus
Sumiati mantan kepala desa (pembakal) Pantai Mangkiling, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan(MI/Denny Susanto)

BAGI masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan terutama masyarakat adat suku dayak di kawasan Pegunungan Meratus nama Sumiati mantan kepala desa (pembakal) Pantai Mangkiling sangat dikenal dan dihormati. Sosok Sumiati diibaratkan seorang Srikandi pejuang dan pelindung Pegunungan Meratus.

Seperti biasa kediaman sederhana Sumiati di Desa Alat, Kecamatan Hantakan selalu ramai dikunjungi warga dan sebagian besar dari mereka adalah masyarakat pedalaman. Kedatangan mereka tidak hanya ingin melihat kondisi kesehatan Sumiati tetapi banyak pula yang meminta pendapat dan solusi dari berbagai permasalahan dihadapi di kampung mereka.

baca juga: Pegunungan Meratus

Sejatinya, Sumiati sendiri sudah cukup lama purna tugas sebagai pembakal. Dirinya menjabat pembakal Desa Pantai Mangkiling (saat ini Desa Datar Ajab) sebuah desa di terpencil di kaki Pegunungan Meratus untuk periode 1982-1999. Bahkan sejak menjadi mualaf Sumiati dan keluarga pindah turun gunung ke Desa Alat yang jaraknya 1-2 jam berkendaraan roda dua dari Desa Datar Ajab.

Meski tidak pernah mengenyam pendidikan formal, Sumiati mampu memimpin desanya dengan baik. Di usianya yang sudah senja 66 tahun dan kondisi kesehatannya pun kurang baik, Sumiati tetap berusaha membantu menyelesaikan permasalahan warganya.

"Sebagai sesepuh saya hanya bisa membantu sebatas memberi masukan dan pandangan terhadap masalah yang dihadapi warga, karena saya bukan lagi pemimpin mereka," tutur Sumiati.

Pejuang lingkungan

Sosok Sumiati seolah mengingatkan banyak pihak bahwa perjuangan menyelamatkan kawasan Pegunungan Meratus yang dikenal dengan Save Meratus sudah berlangsung sejak lama.

Jauh sebelum gencarnya penolakan ekspansi tambang dan industri sawit digaungkan dalam beberapa tahun terakhir ini, masyarakat pedalaman yang bermukim di sepanjang kaki Pegunungan Meratus Kabupaten Hulu Sungai Tengah telah berjuang mempertahankan pegunungan Meratus dari ekspansi industri perkayuan.

Salah seorang tokoh sentral dalam aksi penolakan aktifitas perusahaan pemegang HPH PT Daya Sakti waktu itu adalah Sumiati. Kala itu Sumiati masih sangat muda, 25 tahun saat menjabat Kepala Desa Pantai Mangkiling di tahun 1982. Ekspansi industri perkayuan yang membabat hutan perawan Gunung Sigaling secara besar-besaran berlangsung sejak 1981 dan terus meluas hingga masuk wilayah Desa Pantai Mangkiling.

Aksi pembabatan hutan besar-besaran ini sangat meresahkan masyarakat, karena penebangan juga merambah ke kawasan hutan adat yang dikeramatkan warga suku dayak Meratus. Kerusakan hutan Meratus sangat jelas terlihat, sehingga memicu protes warga yang dipimpin Sumiati.

"Setiap hari pohon-pohon berdiameter besar ditebang, terus meluas dan hutan menjadi rusak. Masyarakat khawatir kerusakan hutan memicu bencana dan akhirnya kami melakukan protes meminta perusahaan menghentikan aktifitasnya," tutur Sumiati sambil mengenang masa perjuangan waktu itu.

Ironisnya justru masyarakat yang disalahkan dan dituding menjadi penyebab kerusakan hutan karena kegiatan pembukaan lahan dengan sistem ladang berpindah. Namun Sumiati dan warganya pantang menyerah aksi penolakan dan desakan agar perusahaan angkat kaki dari hutan meratus terus berlangsung.

Kisah perjuangan masyarakat Pegunungan Meratus ini pun mendapat perhatian dunia internasional. Hingga 1986, Sumiati dibantu sejumlah wartawan dan organisasi lingkungan dari mancanegara menuntut agar perusahaan segera menghentikan aktivitas penebangan di kawasan Pegunungan Meratus.

Kuatnya penolakan warga yang dapat memicu konflik serta desakan dunia internasional terkait penyelamatan hutan Pegunungan Meratus yang merupakan paru-paru dunia, membuat perusahaan akhirnya angkat kaki.

Ancaman bencana

Namun hutan meratus terus menjadi incaran banyak pihak. Praktek penebangan liar secara sproradis terus berlangsung dan telah memicu semakin parahnya kerusakan hutan. Puncaknya kerusakan kawasan hutan telah menjadi penyebab utama terjadinya bencana banjir bandang pada 2013 dan terakhir pada awal 2021 lalu, dengan dampak yang sangat parah.

Kondisi ini membuat Sumiati sangat prihatin, seolah-seolah perjuangan warga dan masyarakat internasional untuk menyelamatkan meratus sia-sia. Karena itu Sumiati sampai kini masih lantang menyuarakan penyelamatan kawasan Pegunungan Meratus tidak hanya dari praktek penebangan liar tetapi juga ancaman ekspansi industri pertambagan.

Ia berharap adanya kesadaran masyarakat dan semua pihak tentang pentingnya menjaga hutan Meratus. Dan adanya tindakan nyata pemerintah dalam upaya penyelamatan kawasan Pegunungan Meratus. (N-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya