Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Setelah Tutup 1 Tahun, Wisata Embung Pelangi Mulai Bebenah

Tosiani
10/6/2021 08:44
Setelah Tutup 1 Tahun, Wisata Embung Pelangi Mulai Bebenah
Embung Pelangi di Desa Nglarangan, Kecamatan Tretep, Temanggung, Jawa Tengah(MI/Tosiani)

ANEKA warna tanaman hias dan bebungaan yang tumbuh di sekitar Embung Desa Nglarangan, Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, terpantul di bayangan air yang mengalir tenang, Rabu (9/6) siang.

Sedikit cahaya matahari menyembul dari balik dedaunan membuat warna-warna yang ada menyerupai pesona warna pelangi. Karenanya Embung Nglarangan ini lebih akrab disebut Embung Pelangi.

Keistimewaan dari Embung Pelangi yaitu embung yang berada di dataran tinggi dan memiliki pemandangan dengan latar belakang Gunung Prau serta pepohonan dengan suasana alam yang segar.

"Embung Pelangi ada di wilayah Kecamatan Tretep tepatnya di Desa Nglarangan dengan ketinggian 1400 m dengan pemandangan yang elok dengan latar belakang Gunung Prau," tutur Camat Tretep Taufik Nurprianto, Rabu (9/6).

Dijelaskan Taufik, embung ini dibangun pada tahun 2008 dengan luas 6.000 meter persegi. Pembangunan embung menggunakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT). Semula embung dibangun untuk kepentingan pertanian. Karenanya embung bisa mengairi areal pertanian sejauh 500 meter atau kurang lebih 10 hektare.

"Namun pada perkembangannya, lokasi embung dikembangkan menjadi tempat wisata karena pemandangannya menakjubkan dengan latar Gunung Prau. Wisatawan juga sudah banyak yang berkunjung ke embung," ujar Taufik.

Jarak tempuh untuk sampai ke Embung Pelangi dari pusat kota Temanggung sekitar 50 kilometer (km), dengan kondisi jalan aspal dan makadam. Jalan ke embung dapat dilalui kendaraan roda empat. Untuk saat ini belum ada transportasi umum untuk sampai kesana, dan hanya bisa dilalui dengan kendaraan pribadi.

Baca juga: Temanggung Kembangkan Kampung Peradaban di Situs Liyangan

Pemerintah Desa setempat telah melengkapi sarana wisata dengan berbagai fasilitas di Embung Pelangi antara lain ada Camping ground, flying fox, becak air dan ada gazebo untuk istirahat. Pengunjung yang datang ke lokasi akan dikenai tarif masuk ke Embung pelangi sebesar Rp5.000 per orang.

Namun jika hendak memanfaatkan fasilitas wisata lainnya, pengunjung akan dikenai tarif dengan besaran yang berbeda tiap fasilitas.

"Kebanyakan mereka datang dari daerah sekitar Kecamatan Tretep dan Kabupaten Kendal. Kisaran banyaknya pengunjung bisa dikatakan meningkat saat hari libur," ungkapnya.

Penjabat Kepala Desa Nglarangan Susmoro menambahkan dari wisata Embung Pelangi sebelum pandemi sudah pernah ada kontribusi ke desa. Bahkan pendapatan dari embung sudah bisa menambah modal BUMDES sebesar Rp18 juta. Akan tetapi sempat ada beberapa kendala masalah management dan diperparah adanya pandemi, sehingga kontribusi ke desa dari embung sempat tersendat.

"Belum terlalu banyak kontribusinya, tapi minimal sudah bisa back up operasional pengelola dan masuk ke Bumdes sekitar Rp18 juta. Itu sebelum masa-masa pandemi," ujar Susmoro.

Selama satu tahun pertama pandemi covid-19, wisata embung sempat tutup total. Tahun ini wisata mulai dibuka lagi. Pihak pengelola wisata, kata Susmoro, tengah berupaya kembali menarik wisatawan untuk datang ke embung.

"Makanya tahun ini baru bergeliat untuk mengembalikan masa-masa itu.Sekarang sedang berbenah karena kemarin masa pandemi hampir tutup total," tukasnya.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya