Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Produsen Tahu dan Tempe Ajukan Izin Importasi Kedelai

Bayu Anggoro
02/4/2021 18:40
Produsen Tahu dan Tempe Ajukan Izin Importasi Kedelai
Pengurus Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Jawa Barat(MI/Bayu Anggoro)

PRODUSEN tahu dan tempe yang tergabung dalam Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) mengajukan importasi mandiri kedelai kepada pemerintah. Permintaan itu sebagai respons atas
masih tingginya harga komoditas tersebut di dalam negeri.

Ketua Umum Gakoptindo Aip Syarifuddin mengatakan rencana importasi
kedelai telah disepakati oleh seluruh perwakilan anggota pada Rapat
Anggota Tahunan Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indoensia ke-XI
2020 di Bandung. Rencana itu menjadi salah satu agenda organisasi.

"Setelah ini, kami baru akan ajukan kepada pemerintah. Nanti akan kami
bicarakan terkait kuota dan lainnya dengan pemerintah," kata Aip di
Bandung, Jumat (2/4).

Aip mengatakan, berdasarkan hasil komunikasi dengan beberapa kementerian terkait, pihaknya sekarang sudah mendapat lampu hijau. Rencana ini juga pernah dikomunikasikan secara langsung kepada Presiden Joko Widodo.

"Presiden meminta agar kementerian terkait bisa memberi peluang
importasi bagi mereka, dengan tetap mengedepankan kedelai lokal,"
katanya.

Dia menilai, langkah importasi kedelai secara mandiri penting
karena selama ini harga kedelai dikuasai importir. Akibatnya pada 2020 lalu, harga kedelai naik dari Rp7.000 menjadi Rp9.500 per kilogram. Saat ini, harga kedelai juga masih di atas Rp10 ribuan.

"Kondisi itu menyebabkan kami melakukan aksi mogok produksi, karena
harga terus naik," katanya.

Aip berharap, dengan melakukan inportasi sendiri, harga kedelai bisa ditekan. Sebab, alur distribusi bisa diputus sehingga dari koperasi langsung ke produsen tahu dan tempe. Berbeda dengan kondisi saat ini, kedelai dikuasai importir dengan alur distribusi panjang sehingga harga yang diterima produsen mahal.

Menurutnya, kebutuhan kedelai untuk para produsen tahu tempe bisa
mencapai tiga juta ton per tahun. Tapi kedelai lokal hanya mampu
menyediakan sekitar 10%.

Data 2008, di Indonesia ada 160 ribu industri rumahan tahu tempe dengan
kapasitas produksi hingga 100 kg per hari. "Produk kami ini selalu
dianggap makanan murahan, jadi kalau mau dinaikkan harganya, agak susah. Padahal hasil laboratorium menunjukkan gizinya tak kalah dengan daging dan telur. Makanya kami akan bikin rumah tempe untuk menyasar ekspor," katanya.

Sekretaris Umum Gakoptindo Hugo Siswaya mengatakan, sambil menunggu
realisasi importasi pihaknya terpaksa melakukan beberapa langkah agar
industri ini tetap jalan. Salah satunya malakukan kenaikan harga.

"Yang bisa kami lakukan yaitu terus edukasi masyarakat, karena kondisi saat ini harga bahan baku memang sedang tinggi," katanya. (N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : NUSANTARA
Berita Lainnya