Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Harga Daging di Aceh Masih Stabil

Amiruddin Abdullah Reubee
02/4/2021 08:59
Harga Daging di Aceh Masih Stabil
Penjualan daging di pasar wilayah Aceh(MI/Amiruddin Abdullah Reubee)

BULAN Ramadan dan Lebaran Idul Fitri 1442 H di depan mata. Dalam menyambut tradisi religius ini, saban tahun umat muslim di Aceh dan seluruh penjuru lainnya memiliki budaya masing-masing.

Misalnya, di Aceh, sejak ratusan tahun silam memiliki keunikan tersendiri yakni dua hari sebelum tiba bulan puasa dan hari raya lebaran, mereka menggelar tradisi penyembelihan dan makan lauk daging sapi, kerbau atau hewan halal lainnya. Tradisi turun temurun ini disebut dengan hari mameugang (hari penyembelihan).

Hal tersebut sering berpengaruh terhadap harga daging, bahan bumbu masakan dan kebutuhan pokok lainnya. Apalagi kondisi saat itu terjadi lonjakan kebutuhan dari biasanya.

Pantauan Media Indonesia, sejak sepekan terakhir, harga daging di Aceh masih seperti biasa. Belum terjadi lonjakan harga yang disebabkan menjelang puasa atau lebaran.

Misalnya di Sigli ibu kota Kabupaten Pidie, Meuredu Pusat ibu kota Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Aceh Besar dan Banda Aceh ibu kota Provinsi Aceh, harga daging kerbau Rp150.000 per kg. Lalu daging sapi Rp140.000 per kg.

Baca juga:  Harga Daging Kerbau RI Lebih Mahal Dibandingkan Malaysia

Ini masih sama sebagaimana hari-hari biasa, yaitu tidak terjadi kenaikan atau belum terindikasi permainan harga oleh pelaku pasar. Diharapkan harga seperti demikian bisa bertahan pada hari mameugang menjelang Puasa hingga Hari Raya Lebaran.

Muslim, penjual daging di Sigli, Kabupaten Pidie, mengatakan tidak ingin menaikan harga daging saat tradisi hari mameugang. Tapi hal itu sulit dibendung, karena dipicu oleh harga kerbau yang sangat mahal setiap menjelang mameugang.

Apalagi untuk daging kerbau yang hewan ternaknya sudah mulai langka sekitar 20 tahun terakhir. Pasalnya warga tidak tertarik beternak kerbau karena perlakuannya lebih rumit dan populasinya lambat.

"Saat mameugang memang harga daging tidak terkendali. Apalagi kerbau yang populasinya sudah terbatas karena ditinggal peternak," tutur Muslim.(OL-5)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya