Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Bendungan Karangdoro Nyawa Bagi Persawahan di 12 Kecamatan

Usman Afandi
23/3/2021 06:38
Bendungan Karangdoro Nyawa Bagi Persawahan di 12 Kecamatan
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani Azwar Anas (tengah) saat meninjau Bendungan Karangdowo, Senin (22/3/2021).(MI/Usman Afandi )

BENDUNGAN Karangdoro yang terletak di Desa Karangdoro, kecamatan Tegalsari, kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur merupakan bendungan irigasi terbesar peninggalan penjajahan Hindia Belanda di Banyuwangi. Pada masa itu, Hindia Belanda  menggunakan insinyur pribumi Ir Sutejo yang berasal dari Jawa Barat untuk membangun bendungan irigasi Karangdoro.

Salah satu warga sekitar, Suwondo kepada Mediaindonesia.com, Senin (22/3), usai acara Festival Susur Sungai menjelaskan di masa pembangunan, sekitar tahun 1921 menceritakan kisah pilu, saat itu Hindia Belanda membangun bendungan irigasi dengan memanfaatkan orang perantaen yang dipaksa bekerja secara langsung untuk membangun bendungan.

Orang perantean merupaka warga pribumi asli Indonesia yang mempunyai riwayat kriminal, sehingga di era Hindia Belanda dimanfaatkan untuk kerja rodi. Belanda memaksa kerja tanpa upah minimum yang layak, dipaksa kerja keras dan tidak sedikit yang meninggal dunia. 

"Orang-orang pribumi dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Kalimantan, Sumatra, Sulawesi langsung didatangkan untuk kerja paksa membangun bendungan irigasi," ujar Suwondo.

Di lokasi bendungan pernah terjadi peristiwa banjir besar sekitar 1929, mengakibatkan kerugian materil yang cukup besar mulai dari hulu hingga hilir sungai Kalibaru. Peristiwa itu dikenal masyarakat sebagai tragedi Belabur Senin Legi.

Pasca banjir besar, bendungan itu mengalami rusak parah sehingga pada tahun 1935 diperbaiki, kemudian pada tahun 1942 resmi difungsikan kembali. Untuk mengenang pribumi yang dipaksa kerja rodi, warga sekitar membuat tradisi Bubak Bumi bertujuan mengenang mereka yang sudah berjasa pada pembangunan bendungan Karangdoro.

"Setelah Hindia Belanda, akhirnya Jepang meresmikan kembali bendungan ini pada tahun 1942, dan warga membuat tradisi Bubak Bumi," tambahnya.

Di sekitar bendungan penuh dengan peppohonan rindang. Di masa lalu warga Eropa memanfaatkan area di bendungan menjadi tempat pesta pernikahan. Saat ini Bendungan Karangdoro mengairi persawahan seluar 16.044 hektare di wilayah Banyuwangi. Plt Kepala Dinas PU Pengairan, Guntur Priambodo menjelaskan Benudngan Karangdoro menjadi sumber pengairan utama di sektor pertanian dan sebanyak 12 kecamatan di Banyuwangi selatan bergantung pada bendungan Karangdoro.

"Jadi seperempat hasil pertanian kabupaten Banyuwangi, berasal dari dam Karangdoro ini yang mengairi persawahan di 12 kecamatan dengan luas 16 hektar," kata Guntur Priambodo.

baca juga: Beberapa Desa di NTT Kini Punya Pompa Air

Dua belas kecamatan tersebut, terbentang luas mulai dari Kecamatan Siliragung hingga kecamatan Muncar. Ia berharap warga di sekitar hulu hingga hilir sungai untuk menjaga kelestarian alam lingkungan sungai.

Jika masyarakat ingin membuat destinasi wisata, pihaknya akan siap memfasilitasi. Dampak wisata akan mampu menjaga dan meningkatkan ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat.

"Konservasinya harus kita jaga. Menanam pohon, program dengan dinas Perikanan, dan itu juga memberi kesan untuk konservasi," pungkasnya. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya