Headline

Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Bisnis Minuman Boba di Temanggung Menggeliat di Tengah Pandemi

Tosiani
14/2/2021 07:37
Bisnis Minuman Boba di Temanggung Menggeliat di Tengah Pandemi
Boliktron Harlismoyo Adi pengusaha thai tea boba di Temanggung, Jawa Tengah meracik minuman boba, Sabtu (13/2/2021).(MI/Tosiani)

BISNIS minuman thai tea dengan toping boba di Temanggung, Jawa Tengah belakangan ini makin marak dan berjaya di tengah pandemi covid-19. Salah satu pengusaha boba yang menangguk keuntungan besar di masa pandemik korona ini adalah Boliktron Harlismoyo Adi,26. Berangkat dari jualan di kaki lima, pria yang akrab disapa Bolik ini berhasil membuka kafe dalam kurung dari setahun dari menjual minuman boba.

Warga Kecamamatan/Kabupaten Temanggung ini memulai berjualan pada Januari 2019.Sebelumnya ia sempat tinggal di Yogyakarta bekerja sebagai sopir transportasi daring sekitar tahun 2018. Karena sepi orderan dan merasa kalah karena muncul kompetitor lain, ia memutuskan pulang ke kampung halamannya di Temanggung.

Di daerah asalnya, ia malah melihat peluang bisnis baru dari berjualan boba. Peluang itu ia tangkap saat sedang berjalan-jalan lalu melihat kedai thai tea di daerah Banyuurip. Tiap hari selalu antri penjualan online. Bolik merasa penasaran, karena bisnis kecil dengan ruko ukuran 2x3 meter tapi antrean pembeli panjang.

"Saya merasa ini perlu dicoba. Penasaran saya beli thai tea. Saya coba eksperimen membuat yang serupa karena basiknya pernah jadi barista part time waktu kuliah di Yogyakarta," tutur Bolik di Temanggung, Sabtu (13/2).

Lulusan Universitas Muhamadiyah Yogyakarta angkatan tahun 2014 pun mencoba peruntungan dengan menjual thai tea. Di sisi lain ia memang didesak kebutuhan karena punya utang di bank untuk angsuran kendaraan. Ia melakukan tiga kali eksperimen, dan teman temannya yang mencicipi.

"Eksperimen yang terakhir layak jual dan teman saya bilang enak. Lalu saya pesan gerobak, beli alat dan bahan, nyari lapak kosong di pinggir jalan. Total modalnya sekitar Rp5 juta," katanya.

Bolik memilih nama 'Serupa' untuk merk thai tea dengan toping boba yang ia jual. Pertimbangannya karena meski bentuknya mirip, namun rasanya tidak mirip dengan yang pernah ia beli. Jadi namanya Serupa (tapi tak sama).

Serupa pertama buka di awal puasa ramadhan sekitar Bulan April tahun 2019 di daerah Pandean, di tepi jalan menggunakan gerobak kecil ukuran 2x1 meter. Ketika itu penjualannya langsung laku keras, semua terjual habis sebanyak 80 cup. Padahal pada hari pertama jualan ia belum yakin bakal ramai. Tapi malah sampai dikerumuni pembeli karena kebetulan bulan puasa dan banyak orang mencari takjil.

"Di Temanggung juga belum ramai thai tea, saya penjual kedua. Setelah hari pertama itu saya senang dan tumbuh semangat, sehingga selalu ready stok. Hari kedua saya jual 150 cup, sold out juga,"katanya.

Selama bulan puasa tahun 2019 itu penjualannya amat bagus, rata-rata 150 cup per hari terjual habis empat menu thai tea, yakni original, green tea, thai coffee, thai coklat. Harga jual waktu itu Rp7.000 per cup.

Setelah lebaran bisnisnya sempat mengalami sepi penjualan. Dalam sehari maksimal hanya terjual 10 cup. Faktornya penyebabnya Bolik mengaku tidak tahu. Kemungkinan karena banyak pesaing.

"Ketika itu saya punya satu pegawai, saya sambil jadi sopir transportasi daring juga karena peluang bisnis lebih besar dan hasilnya banyak,"katanya.

Bisnis yang dirintis pria lajang asal Lingkungan Maron ini dihadapkan pada masalah sepi orderan, pegawai gonta-ganti, dan ada pula pegawainya yang kabur membawa uang hasil penjualan. Bolik juga pernah kecolongan alat dan tabung gas lantaran gerobaknya ditinggal tak jauh dari tepi jalan.

"Lalu saya putuskan jualan sendiri, saya tangani sendiri. Penjualan naik pesat lagi. Kemudian saya tambah kembangkan menu total jadi sembilan menu. Antara lain red velvet boba, matcha boba, matcha susu, matcha coklat," ujar Bolik.

baca juga: Kisah dari Objek Wisata Taman Raja Batu saat Pandemi

Putra salah seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) di Temanggung ini berinisiatif menjual produk minumannya secara daring. Ketika itu penjualan naik pesat hingga 200 persen, atau tiga kali lipat dari angka penjualan sebelum ia tangani sendiri. Omzet penjualannya di atas Rp1 juta per hari.

Bolik kemudia terpikir mengembangkan, menambah menu makanan dengan mengajak rekannya menual makanan di gerobak thai teanya. Dipilihlah makanan Thailand, Mentai rest, dengan harga jual Rp17 ribu hingga Rp 25 ribu per porsi. Respons pasar ternyata sangat bagus.

Ada tiga jenis makanan yang dijual, semua menu dipelajari secara autodidak. Dipilih jual makanan thailand karena sedang hits di Jakarta dan disukai anak muda. Penjualan makanan hanya bertahan satu minggu di pinggir jalan karena dirasa kurang fresh untuk membuat makanan pada gerobak kecil.

Dari semua keuntungan penjualan, Bolik berhasil menyewa ruko di Pandean Square berukuran 2,5x2,5 meter dengan harga sewa Rp1 juta per bulan. Bisnisnya berlanjut di tempat itu mulai Januari 2020. Di lokasi itu ia hanya bertahan tujuh bulan. Penjualan daring amat bagus. Omzet mencapai Rp2 juta per hari.

Bolik lalu pindah ke ruko di seberang Kantor BNI Temanggung dengan ukuran 6x20 meter pada Bulan September tahun 2020. Harga sewanya cukup fantastis yakni R 40 juta. Dengan tambahan modal usaha Rp15 juta ia merombak tempat itu dan menambah inventaris. Bagian atas ia jadikan tempat tinggal.

Kini sudah ada pengembangan menu makanan menjadi 25 jenis, dan menu minuman 69 jenis, termasuk kopi. Semua menu merupakan kreasinya sendiri, dan ia pelajari secara autodidak. Best sellernya adalah brown sugar boba, cheese redvelvet dan mentai (nasi, rumput laut, ayam, saos mentai). Ia menggunakan bahan utama boba, freshmilk dan brown sugar untuk minumannya.

"Biasanya sekali eksperimen makanan atau minuman langsung jadi. Saya cicipi sendiri. Kalau saya suka, kemungkinan pembeli akan suka," ujar Bolik.

Harga minuman ia patok di kisaran Rp9 ribu sampai Rp23 ribu per gelas. Makanan dijual Rp15 ribu sampai Rp40 ribu per porsi. Omzetnya naik 100 persen lagi menjadi Rp3,5 juta per hari. Di masa pandemi ini kebanyakan pembeli order online. Ia juga menambah jumlah pegawai menjadi lima orang, mereka dibagi dua shift karena kafenya buka pukul 08.30 wib sampai pukul 03.00 wib.

"Setelah jam 24 saya tangani sendiri,"katanya.

Bagi Bolik, merintis bisnis harus diiringi dengan selalu merasa lapar supaya ada keinginan bisa makan. Jadi akan terus berusaha mendapatkan uang dan bertanggung jawab pada diri sendiri, serta tidak merepotkan orang lain. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya