Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Potensi Bahaya Gunung Merapi Berubah

Agus Utantoro
20/1/2021 08:08
Potensi Bahaya Gunung Merapi Berubah
Gunung Merapi dilihat dari Kota Yogyakarta nampak mengeluarkan lava pijar, Selasa (19/1/2021).(AFP/AGUNG SUPRIYANTO )

KEPALA Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Hanik Humaida menegaskan erupsi Gunung Merapi sudah terjadi sejak 4 Januari lalu. Kondisi ini telah mengubah potensi bahaya erupsi Merapi

Didampingi Kepala BPBD Kabupaten Sleman Joko Supriyanto memaparkan perkembangan terkini kondisi Gunung Merapi dalam rakor dengan Panewu, lurah area terdampak, PMI, Tagana Sleman, serta relawan, di Pendopo Parasamya, Selasa (19/1) mengungkapkan aktivitas erupsi Merapi terpanjang terjadi Selasa (19/1) pagi. Guguran laba pijar dan awan panas tercatat sejauh 1800 meter yang disebut dengan erupsi efusi.

"Sampai dengan saat ini terjadi 10 kali awan panas yaitu pada tanggal 7 (4 kali) , 9, 13, 16 (2 kali), 18, dan 19 Januari 2021, dominasi luncuran sekitar 500 m," terang Hanik.

Hanik juga mengungkapkan, saat ini potensi dan daerah bahaya erupsi Gunung Merapi sudah berubah mengingat erupsi bersifat efusif serta memperhatikan arah erupsi yang mengarah ke barat.  

"Per 15 Januari 2020, distribusi probabilitas erupsi dominan ke arah erupsi efusif 40% dan esplosif 21%. Sehingga potensi erupsi eksplosif dan kubah-dalam menurun signifikan," ungkapnya.

Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 km. Sedangkan lontaran material vulkanik jika terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau sejauh maksimal 3 km dari puncak. Jarak awan panas maksimal 1,8 km. Masih cukup jauh dari pemukiman yang berjarak 6,5 km,

Seiring berlangsungnya erupsi, saat ini aktivitas seismik, deformasi, dan gas menurun signifikan. Kegempaan internal 27 kali per hari. Deformasi 0.3 cm/hari, gas vulkanik CO2 saat ini 600 ppm dalam tren menurun. Kejadian guguran tinggi, dominan bersumber di lokasi erupsi. 

"Berdasarakan data pemantauan seismik, deformasi, dan gas menurun. Tidak ada tekanan magma berlebih yang mencerminkan tambahan suplai magma," jelas Hanik.

baca juga: Merapi Keluarkan 84 Kali Lava Pijar Selama 12 Jam 

Kepala BPBD Sleman Joko Supriyanto mengatakan walaupun merapi sudah di fase erupsi efusi tetapi Pemkab Sleman belum memperbolehkan para pengungsi lereng merapi untuk pulang ke rumahnya masing, mengingat Pemkab Sleman masih memberlakukan PTKM (pengetatan Secara Terbatas Kegiatan Masyarakat) 11 hingga 25 Januari 2021. 

"Hingga tanggal 25 Januari 2021 pengungsi tetap di barak pengungsian sambil menunggu kebijakan yang mempertimbangkan kondisi Merapi dari pihak BPPTKG serta  Instruksi Bupati," kata Joko. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik