Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Merapi Menuju Erupsi, Tiga Kades di Selo Diminta Ungsikan Warganya

Widjajadi
07/1/2021 21:51
Merapi Menuju Erupsi, Tiga Kades di Selo Diminta Ungsikan Warganya
Para pengungsi bertahan di TPS Tlogolele.(MI/Widjajadi)

Kepala Pelaksana Harian (Kalakha) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali meminta tiga kepala desa yang membawahi sejumlah dusun di kawasan rawan bencana (KRB) III Merapi membawa ratusan warga usia rentan yang kembali ke rumah untuk kembali ke lokasi pengungsian sementara yang sudah disediakan.

"Ini mengacu pada surat BPPTKG (Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi) Yogyakarta yang menyebutkan situasi Merapi semakin meningkat. Sudah muncul lava pijar dan juga guguran awan panas. Karena itu warga usia rentan harus bersedia diungsikan lagi," papar Kalakhar BPBD Boyolali, Bambang Sinungharjo kepada Media Indonesia, Kamis sore (7/1).

Bupati Boyolali Seno Samudera juga sudah memperpanjang status siaga darurat bencana alam Merapi hingga akhir Januari. Ini sebagai landasan BPBD dalam mengambil langkah langkah taktis, atas kondisi darurat yang muncul, seiring peningkatan aktivitas vulkanis Merapi sejak 4 Januari lalu.

Ia paparkan, meski arah guguran awan panas yang muncul dua kali pada Kamis (7/1) dan juga keluarnya luncuran lava pijar tidak terlihat dari kawasan Selo, yang memiliki 11 dukuh KRB III, namun antisipasi tetap harus dilakukan dengan cepat, sebagai upaya menghindari adanya korban.

Sampai Kamis siang, lanjut Bambang Sinungharjo, 200-an pengungsi tinggal di TPS (tempat pengungsian sementara) Tlogolele. Sementara dua TPS yakni Klakah dan Jrakah sudah ditinggalkan ratusan pengungsi sejak beberapa hari terakhir ini, dengan alasan untuk merawat rumah yang sudah lama ditinggalkan dan juga keinginan kembali bercocok tanam sayur di ladang.

"Tetapi dengan adanya peningkatan aktivitas vulkanis Merapi, maka petugas BPPTKG Jogjakarta sudah kami undang untuk memberikan sosialisasi terbaru. Dan tadi, pertemuan di Klakah, memberikan kesimpulan warga usia rentan di puluhan dusun KRB III, harus diungsikan kembali. Tiga kades harus mengerahkan kembali relawan desa untuk mengungsikan kembali warganya," imbuh dia.

Data yang diperoleh Media Indonesia, pada Kamis (7/1) pukul 08.02 WIB mencuat awan panas yang tercatat di seismograf dengan amplitudo maksimal 28 milimeter dan durasi 154 detik.

Bahkan guguran awan panas kembali terjadi pada pukul 12.50 WIB, tercatat di seismograf dengan amplitudo 21 mm dan durasi 139 detik, dengan tinggi kolom 200 meter di atas puncak, jarak luncuran mencapai 300 meter ke arah Kali Krasak.

Pada bagian lain, Bambang Sinungharjo menambahkan, dengan adanya surat siaga kedaruratan Merapi, BPBD terus berkoordinasi dengan TNI Polri dan juga relawan untuk bersiaga, mengantisiapsi erupsi Merapi.

"Dan sebenarnyalah sesuai petunjuk BPPTG, erupsi Merapi itu sudah terjadi seiring adanya  guguran awan panas, yang beberapa hari sebelumnya didahului keluarnya lava pijar. Hanya saja, guguran awan panas memang belum setinggi saat Merapi erupsi 11 tahun lalu.Bahkan dari Selo tidak terlihat," tegas dia.

Terkait kesiapan logistik baik masker, bahan makanan, dan obat-obatan semua sudah tersedia. Bahkan masker untuk melindungi warga dari sakit Ispa akibat abu Merapi juga disediakan sebanyam 150 ribu lembar.

"Yang jelas dari sisi kesiapan logistik tidak ada masalah. Bahkan lokasi pengungsian permanen yang juga sudah disediakan pihak Desa Bersaudara. Kini tinggal bagaimana membawa warga KRB, khusus warga rentan usia turun kembali ke TPS yang ada," pungkas dia. (WJ/OL-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya