Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Erupsi Berkepanjangan, Petani di Sikka Alami Gagal Panen, Biayai Sekolah Anakpun Terkendala

Alexander P Taum
26/7/2025 13:20
Erupsi Berkepanjangan, Petani di Sikka Alami Gagal Panen, Biayai Sekolah Anakpun Terkendala
Ilustrasi(MI/ALEXANDER P TAUM)

PARA petani di lima desa di wilayah Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur mengeluh gagal panen. Bahkan kesulitan ekonomi mulai mendera warga akibat terdampak letusan gunung berapi Lewotobi Laki-laki.

Sejak erupsi yang terjadi pada Desember 2023, hasil kebun seperti jambu mete, kakao, kemiri, kopi  bahkan kelapa enggan berbuah karena sering diguyur material vulkanis. Kondisi tersebut semakin parah mengingat curah hujan yang rendah di wilayah itu.

"Akibatnya tanaman-tanaman tersebut tidak berbuah maksimal seperti tahun-tahun sebelumnya, penghasilan pun semakin tidak menentu," kata Fernandes Natadua,  warga Desa Timu Tawa dalam keterangan yang diberikan kepada Media Indonesia, Kamis, 24 Juli 2025.

Material vulkanis yang panas dan menumpuk, kata dia, menghambat proses penyerbukan sehingga bunganya cepat terkena penyakit, hangus dan gugur.

"Pada bagian bunga jambu mete yang dipenuhi abu lama kelamaan terlihat titik-titik hitam bahkan ada yang hangus dan gugur. Ada juga yang berbuah tetapi tidak sehat," ujar pria berusia 57 tahun itu.

Hal serupa terjadi pada tanaman kelapa dan kemiri. Bunga bahkan buahnya gugur sebelum waktunya.

“Bahkan, kalau kelapa, isinya rusak kalau dibelah. Sebelum erupsi, kami biasa jual sampai puluhan kilo hasilnya dan dapat uang yang bisa penuhi kebutuhan sehari-hari," kata Fernandes tanpa merinci berapa rupiah hasil yang ia dapatkan.

Namun setelah terjadi erupsi, lanjutnya, ia hanya mendapatkan empat sampai lima kilogram kemiri. Itu pun butuh waktu satu bulan untuk mengumpulkannya.

Ia mengungkapkan, jika curah hujan baik, "mungkin hasil kebun bisa terselamatkan."
"Sejak erupsi besar pada Juni dan awal Juli, di wilayah kami tidak pernah turun hujan sehingga tanaman-tanaman pada rusak."

Kata Fernandes, dalam kurun waktu dua tahun terakhir, tanaman-tanaman di kebunnya maupun di kebun  warga lain tidak memberikan hasil yang baik sehingga berpengaruh terhadap ekonomi dalam keluarga.

Sulit Biayai Sekolah Anak

"Saya kesulitan membiayai sekolah anak saya ke jenjang Perguruan Tinggi karena tidak ada penghasilan dari kebun. Sekarang dia menganggur dan membantu saya di kebun. Padahal dia punya niat untuk sekolah," ungkap Fernandes.

Selain tanaman komoditas yang terdampak, sayur-sayuran pun terkontaminasi dengan abu vulkanis.

"Bahkan ubi juga rusak, jadi susah sekali mau jual ke pasar. Biasanya kami jual sayur dan ubi, tetapi sekarang malah semakin susah."

Fransiskus Borgias, 54 tahun, salah satu petani dari Desa Kringa menuturkan hal serupa. Gagal panen akibat erupsi membuat ekonomi semakin sulit sementara kebutuhan sehari-hari semakin meningkat.

"Jambu mete, kemiri dan kelapa tidak ada hasil. Sudah dua tahun. Kali lalu hasil kebun juga  tidak menentu akibat perubahan iklim. Dua tahun belakangan hasilnya benar-benar merosot karena erupsi."

Ia pun mengeluhkan penghasilannya yang tidak seperti tahun-tahun sebelumnya lagi.

"Anak-anak baru masuk sekolah, butuh uang pendaftaran, uang seragam dan kebutuhan makan minum setiap hari di kos. Rasanya tidak mampu tetapi saya harus berusaha karena mereka punya kemauan untuk sekolah," kata Borgias.

Borgias memiliki tiga anak, yang sulung baru tamat SMA, sementara anak kedua masih SMA dan yang terakhir duduk di bangku SMP.
"Anak sulung saya tidak mau kuliah karena ingat adiknya juga masih sekolah. Katanya uang kuliah mahal, kalau dia kuliah maka adik-adiknya tidak bisa menyelesaikan sekolah."

Sebagai orang tua, kata dia, meskipun hasil kebun tak mencukupi, ia tetap berusaha mencari jalan untuk membiayai sekolah anak-anaknya.

Oleh karena itu, baik Borgias  maupun Fernandes berharap pemerintah memberikan perhatian bagi warga lima desa yang terdampak erupsi Lewotobi Laki-laki. Tidak hanya kebutuhan makan dan minum tetapi kebutuhan anak sekolah.

"Sudah dua tahun kami mengalami kesulitan ekonomi akibat erupsi. Jadi kami berharap lebih perhatian pemerintah untuk melihat lebih jauh situasi-situasi yang kami hadapi setiap hari, khususnya anak sekolah." 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya