Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Milenial Ngada Beri Rekomendasi Pendalaman Isu untuk Cabup

Ignas Kunda
09/10/2020 09:41
Milenial Ngada Beri Rekomendasi Pendalaman Isu untuk Cabup
Diskusi Virtual Milenial Ngada usai debat calon bupati dan calon wakil bupati(MI/Ignas Kunda)

KOMISI Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Ngada, NTT, telah mengadakan acara debat kandidat Calon Bupati dan Wakil Bupati Ngada putaran pertama, Jumat (2/10) lalu di aula Jhon Tom Bajawa. Acara debat kandidat tersebut memberikan suguhan menarik bagi masyarakat Ngada guna mengukur kesiapan para calon termasuk kemampuan mengadu konsep gagasan yang telah tertuang dalam visi, misi, dan arah program kerja mereka 5 tahun ke depan.  

Pasca-debat, Yayasan Arnoldus Wea menggagas kegiatan Focus Group Discussion (FGD) guna mendapatkan masukan konstruktif dengan membedah hasil debat putaran pertama Pilkada Ngada bersama para peserta dari kaum mileneal Ngada. Hadir dalam FGD itu, tiga pemantik utama yakni pengajar Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta Nikolaus Lay, pengajar pada Universitas Citra Bangsa Petrus Kanisius Siga Tage dan Yuventus Nawin dari Procuremnt Watch, sedangkan pemandu jalan diskusi adalah penggagas Gerakan Degha Nua Arnoldus Wea.

Nikolaus Loy mengatakan debat adalah saluran demokrasi yang penting agar publik dapat melihat dan menilai sejauh mana para calon merumuskan program kerja mereka.

"Sebaiknya paslon tidak terlalu mengandalkan debat untuk menarik dukungan suara. Debat hanya efektif sebagai alat mobilisasi pendukung dalam konteks perilaku pemilih rasional. Jenis pemilih ini melihat tawaran program untuk menentukan dukungan. Pilkada di NTT, termasuk di Ngada bekerja dalam kultur politik campuran. Sistem pemilu modern, tetapi bekerja dalam budaya tradisional dan kekeluargaan yang kuat," kata Nikolaus.

Karena itu, perilaku pemilih tidak hanya melihat program tetapi hubungan keluarga. Si A memilih karena Paslon adalah juga paman, mertua, Kakak, Om dari OM, ponakan, kakak dan ikatan keluarga lainnya. Jadi variabel suku, klan, keluarga dan ikatan primordial lain seperti orang sekampung mempengaruhi pilihan politik.

Menurut Nikolaus, agak sulit mengukur hubungan antara paparan visi dan misi dalam debat dan pengaruhnya pada keputusan memilih. Seharusnya ada polling pasca-debat untuk menilai efek debat pada kemungkinan pilihan. Para pemilih di Ngada mungkin sudah menentukan pasangan yang akan dipilih terlepas ada debat atau tidak. Apalagi, ide-ide para paslon yang muncul dalam debat menunjukkan kemiripan gagasan yakni berpusar pada isu pertanian, pariwisata, kemiskinan dan reformasi birokrasi.

Sementara dua partisipan diskusi lain yakni Bernadus Gapi dan Reinard L Meo melihat debat sekadar tindakan seremonial. Secara umum, debat tidak memberikan sumbangsih yang signifikan bagi masyarakat pemilih karena terlampau datar.

Bernadus berpandangan dalam konteks debat kandidat, masyarakat tentu berharap agar dapat melihat ketajaman kualitas dan kapabilitas paslon yang tercermin dalam visi, misi, dan program kerja mereka. Menurutnya, dalam debat tersebut masyarakat justru tidak melihat letak diferensiasi secara substantif antara paslon yang satu dengan paslon lainnya.

Padahal, pembeda merupakan nilai tambah tersendiri bagi masyarakat sehingga bisa memiliki pertimbangan-pertimbangan objektif dalam mendukung paslon mana yang diunggulkan.

"Gagasan para calon yang relatif sama secara substantif dalam debat tersebut dapat menyebabkan pemilih tiidak mempunyai referensi lebih untuk menentukan paket mana yang unggul. Ini hanya dapat dilihat dari ketajaman dan kedalaman visi, misi serta program-program kerja yang telah dikemas. Daya dobrak yang nyaris tidak ditemukan pada salah satu paket tertentu, menghambat pilihan obyetif dan rasional, mengapa mendukung paket tertentu," ucap Bernadus.

Masyarakat, imbuh Bernadus, hanya akan menggunakan standar-standar normatif untuk memilih misalnya siapa yang lebih cerdas beretorika, gestur mana yang lebih mengigit dan calon mana yang lebih santun.

Sementara itu, Petrus Kanisius Siga Tage menilai rumusan isu debat masih jauh dari yang diharapkan. Isu penting semacam covid-19 tidak diakomodir secara jelas dan tegas ke dalam rencana program kerja. 

"Padahal, ini adalah persoalan penting yang menjadi prioritas nomor satu. Tampaknya para calon tidak begitu paham soal pentingnya perhatian kepada masalah covid-19 dan kesehatan pada umumnya," ucapnya.

Sedangkan, pembicara terakhir, Yuventus Nawin, mengungkapkan, gaya komunikasi yang disampaikan oleh para calon perlu untuk diperbaiki. Ada kesan struktur kalimat dan gaya interaksi para calon masih tampak sangat kaku dan tidak terarah. 

Selain itu, Yuventus menilai tawaran konsep soal pembangunan pariwisata yang diutarakan oleh para calon masih tampak asbstrak dan tidak bersinergi dengan program kementerian yang telah digulirkan.

Yulius Ratu sebagai salah satu peserta diskusi mengemukan pemberdayaan ekonomi sebenarnya dapat dilakukan dengan mengembangkan klaster dan produk unggulan per masing-masing wilayah. Pengembangan klaster antara lain pelatihan dan pendampingan oleh dinas terkait atau pihak ketiga (sesuai dengan jenis usaha, produk unggulan), penerapan teknologi yang dapat meningkatkan value added dan juga kapasitas produk serta sertifikasi produk (perlindungan terhadap orisinalitas produk berupa pendampingan/registrasi HAKI).

"Output dari semua itu adalah meningkatnya Pendapatan Asli Daerah, naiknya peran BUMDes selaku salah satu ujung tombak penggerak ekonomi (sebagai agen/penampungan serta penjualan hasil produksi),"  tutur Yulius.

Baca juga:  Banbinsa Muda di Ngada Kumpulkan Uang Bantu Warga di RS Bajawa

Akhirnya, diskusi yang berlangsung selama lebih dari dua jam itu menghasilkan beberapa butiran rekomendasi penting, seperti perlu ada pendalaman isu terutama soal gender yang sama sekali tidak dibicarakan oleh semua calon selama debat, padahal mayoritas masayarakat Ngada adalah perempuan. Program kerja mesti fokus pada upaya persiapan menghadapi covid-19 melalui tindakan promotif preventif terarah di area layanan primer dan kuratif di rumah sakit.

Kemudian, persoalan lingkungan seperti penanganan sampah adalah langkah priotitas penting saat ini, mengingat kita sedang giat membangun sektor pariwisata. Isu soal generasi milenial perlu diberi perhatian serius, tidak sekadar sebagai alat jualan politik di masa kampanye.

Keberadaan masyarakat Ngada diaspora sebagai bagian integral dari masyarakat perlu difasilitasi melalui arah programatik para calon bupati.

Lalu, program pengangkatan honorer dan pegawai kontrak daerah adalah isu yang tidak tepat sasar saat ini, mengingat beban belanja pegawai kita terus membengkak, dana yang ada bisa difokuskan pada upaya persiapan dan penyelesaian masalah covid-19. Begitu juga program pembangunan rumah sakit baru, karena yang terpenting saat ini adalah peningkatan kapasitasdalam menghadapi covid-19.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik