Headline
Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.
DATA Riskesdas 2018 mengungkapkan bahwa prevalensi stunting Jawa Timur (Jatim) saat ini tidak terpaut jauh dari angka nasional, yaitu mencapai 26,91% dengan resiko stunting tertinggi pada kabupaten Probolinggo, Trenggalek, Jember, Bondowoso dan Pacitan.
Hal itu disampaikan Wakil Gubernur Jawa Timur, Dr. H. Emil Elestianto Dardak saat menjadi keynote speaker dalam webinar yang diselenggarakan YAICI bersama PP Aisyiyah, Selasa (28/7).
“Ini PR (pekerjaan rumah) bersama mengingat di dalam roadmap penurunan stunting, pada 2024 harapannya bisa di bawah 25%. Karena itu, langkah awal dengan memastikan ibu dan bayi mendapat gizi yang baik,” ujar Emil Dardak.
Emil mengatakan, permasalahan gizi memang erat kaitannya dengan ekonomi masyarakat. Namun stunting tidak melulu terjadi karena kemiskinan, melainkan karena ketidakdisiplinan masyarakat.
“Stunting tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat ekonomi rendah, karena penerapan disiplin gizi bukan hanya berkaitan dengan kemampuan membeli makanan, tapi juga pilihan pangannya,” jelas Emil.
Lebih lanjut, Emil mengungkapkan sebuah program yang pernah dilakukan di Pandeglang pada 2019 dimana ditemukan bahwa stunting terjadi karena kesalahpahaman masyarakat yang beranggapan kental manis adalah susu dan diberikan kepada anak.
“Lalu dilakukan upaya terpadu, kental manis di ganti susu dan ada perbaikan. Ini kemudian dikoordinasikan dengan dinas kesehatan propinsi untuk dilakukan upaya yang sama di Jatim,” ungkap Emil.
Dalam kesempatan tersebut, Emil Dardak juga menyampaikan apresiasi terhadap YAICI dan PP Aisyiyah atas konsistensinya menggalakkan edukasi dan literasi gizi untuk masyarakat. Namun, ia berharap target dari literasi gizi tidak hanya menyasar ibu dan anak, namun lingkungan sekitar yang mempengaruhi ibu.
“Ibu-ibu muda saat ini yang rata-rata kelahiran 1990 - 2000, adalah generasi millenial yang pastinya melek teknologi dan informasi. Tapi terkadang, pengambilan keputusan juga dipengaruhi oleh orang-orang disekitarnya, orang tua, mertua atau nenek. Karena itu, edukasi mengenai gizi dan kental manis juga harus diberikan kepada generasi yang lebih tua ini,” imbuh Emil.
Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani yang hadir dalam kesempatan tersebut mengingatkan, pembicaraan mengenai gizi anak harus berawal dari keluarga. Oleh karena itu, tingkat edukasi orang tua sangat mempengaruhi kualitas anak dan keluarga tersebut.
Sayangnya, berdasarkan profil keluarga BKKBN, sebanyak 16,95% atau kurang lebih 10 juta keluarga Indonesia masuk kategori prasejahtera. Sementara berdasarkan tingkat pendidikan kepada keluarga,terdapat 51,5% kepala keluarga yang menginjak pendidikan hanya sampai jenjang SD.
“Bisa dibayangkan dengan situasi seperti ini, bagaimana tumbuh kembang anak-anak kita, belum lagi saat ini kita memasuki masa pandemi,” ungkap Netty.
Karena itu, dibutuhkan kerja sama multi stakeholder untuk mengadvokasi keluarga keluarga prasejahtera, dan keluarga rentan miskin agar kebutuhan gizi anak dan keluarga tetap tercukupi.
Di samping itu, Netty mengatakan perlu menyadarkan masyarakat dalam menghindari makanan atau minuman (mamin) yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang seperti stunting dan gizi buruk.
“ Salah satunya dalam hal pemberian susu kepada anak-anak, dimana masih banyak orang tua yang sering salah memahaminya. Masih banyak para orang tua, utamanya dari masyarakat tidak mampu, itu menganggap susu kental manis sebagai pilihan tepat bagi anaknya.,” jelas Netty.
Dra. Chairunnissa. M. Kes, Ketua Mejelis Kesehatan PP Aisyiyah, dalam kesempatan itu kembali mengingatkan kepada seluruh kader dan jajaran Aisyiyah, untuk tidak memasukkan kental manis dalam bantuan sosial dimasa pandemi Covid 19 ini.
“Mengedukasi dengan memberikan bantuan sembako yang benar adalah hal-hal yang kita lakukan untuk mengetasi stunting dimasa pandemi ini,” jelas Chairunnisa.
Ia juga mengingatkan, balita yang sudah terbiasa mengkonsumsi kental manis dapat berisiko terkena malnutrisi.
Sebagai organisasi yang bergerak di bidang kepedulian terhadap upaya peningkatan kesehatan masyarakat, Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) dan Majelis Kesehatan PP Aisyiyah sejak tahun 2018 telah berkomitmen melakukan edukasi gizi dan cara bijak mengkonsumsi susu kental manis untuk masyarakat diberbagai daerah di Indonesia. (RO/OL-09)
BADAN Amil Zakat Nasional (BAZNAS) melalui program Rumah Sehat BAZNAS Berau mengadakan program layanan pencegahan stunting dan upaya kesehatan kaise (UKK).
Keberhasilan Sergai dalam menurunkan angka stunting secara signifikan menjadi tolok ukur untuk pencapaian angka nol persen.
Menteri Wihaji menambahkan bahwa saat ini terdapat sekitar 15 ribu orangtua asuh yang siap diturunkan untuk mendukung program super prioritas di lapangan.
Turunnya angka stunting tak terlepas dari peran lintas sektor. Sebab, penanganan stunting tak bisa hanya dilakukan Dinas Kesehatan.
Anggota DPRD DKI Jakarta, Alia Noorayu Laksono, menyoroti minimnya dukungan Pemprov terhadap kader posyandu.
Turunnya angka stunting mengindikasikan implementasi aksi konvergensi berjalan sesuai rencana.
Pertanyaan yang menyentak bukanlah apakah mungkin membubarkan lembaga DPR di alam demokrasi, melainkan mengapa anggota DPR minta tunjangan rumah Rp50 juta per bulan.
PUTUSAN Mahkamah Konstitusi Nomor 135/PUU-XXII/2024 yang memisahkan pelaksanaan pemilu menjadi pemilu nasional dan daerah menuai heboh yang belum berkesudahan.
MENTERI Hukum Supartman Andi Agtas menyebut Presiden RI Prabowo Subianto menyatakan setuju terhadap pengesahan RUU Haji dan Umrah menjadi UU.
WAKIL Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad merespons adanya aksi demonstrasi yang menuntut 'Bubarkan DPR' dan memprotes tunjangan rumah anggota DPR sebesar Rp50 juta per bulan.
Peneliti Formappi Lucius Karus menilai DPR RI perlu bersikap bijak dalam merespons aspirasi para pendemo yang belakangan menyoroti kinerja lembaga legislatif.
Jerome Polin kritik tunjangan beras DPR Rp12 juta per bulan. Hitungan sederhana: setara 1 ton beras, cukup makan satu orang hingga 9 tahun.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved