Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Gubernur Banten: Lockdown Tak Semudah Menutup Pintu

Wibowo Sangkala
30/3/2020 20:17
Gubernur Banten: Lockdown Tak Semudah Menutup Pintu
Petugas kebersihan beraktivitas membersihkan Taman Kota Alun-alun Serang, Banten, Senin (30/3).(ANTARA/ASEP FATHULRAHMAN)

GUBERNUR Banten Wahidin Halim (WH) mengaku hari ini mendapatkan banyak pertanyaan dari warga Banten terkait lockdown Jakarta meskipun masih simulasi.

"Pemerintah Provinsi Banten sedang membahas masalah lockdown yang bertujuan untuk mencegah dan memutus mata rantai penularan virus korona (covid 19). Gubernur membahas masalah lockdown bersama Kapolda Banten dan Danrem 064 Maulana Yusuf," ungkapnya di Rumah Dinas Gubernur Banten Jl A Yani no 158, Kota Serang Senin (30/3/).

Dikatakan, lockdown tidak sesederhana yang dibayangkan. Menurutnya, lockdown berarti tidak sekadar menutup pintu. Tidak juga sekadar menolak orang yang datang dari luar. Banten sudah terintegrasi dengan Jakarta. Sehari-harinya orang Banten cari pekerjaan, cari upah, cari penghidupan ke Ibu Kota.

"Jadi, Banten -  Jakarta itu daerah yang sudah menjadi kawasan yang terintegrasi, sehingga kita susah untuk memantau pergerakan. Termasuk kulturnya, tradisinya, dan kebiasaannya. Kami sedang cari formulasi. Format bagaimana berhadapan dengan tuntutan dan permintaan masyarakat," paparnya.

Menurut Gubernur WH, kebijakan yang dikeluarkan harus hati-hati dengan pertimbangan sosial, politik, dan penting pertimbangan ekonomi. Tentunya, kebijakan tersebut jangan sampai menambah pengangguran baru. Sebab kalau banyak yang menganggur, apa yang mau mereka makan.

"Ada tanggung jawab negara di situ!" tegas Gubernur WH.

Baca juga: Desa di Banda Aceh Karantina Lokal Cegah Penyebaran Covid-19

Dijelaskan, Tangerang disebut Kota Commuter karena orang Tangerang Raya itu rata-rata bekerja di Jakarta. Menerka mencari makan di Jakarta. Cari sesuap nasi pun di Jakarta. Ada simbiosis mutualisme antara daerah ini.

"Tiap hari, bayangkan! Orang-orang  dari Tangerang, Cilegon dan wilayah Banten lainnya sehari-hari berbondong-bondong dengan mobilitas tinggi ke Jakarta," ulasnya.

Oleh karena itu, lanjut Gubernur WH, Pemprov Banten  menunggu sejauh mana Jakarta memperlakukan lockdown, menutup pintu bagi warga Banten. Pemprov Banten harus bersiap-siap  secara ekonomi supaya tidak punya ketergantungan. Dari segi profesi dan pekerjaan, ketergantungan Banten kepada Jakarta tinggi.

"Posisi Banten juga sama dengan Jawa Tengah. Soal pulang mudik, setiap hari orang Banten pulang mudik. Tidak hanya dari transportasi bus dan kereta api, mereka juga menggunakan motor, lewat jalan-jalan dan gang kecil. Ini tidak bisa dibendung," jelasnya.

Dalam kesempatan itu Gubernur WH dari pengamatannya mengungkapkan, banyaknya orang dalam pemantauam (ODP) di Banten karena banyak orang Jakarta atau orang Banten yang tinggal di Jakarta pulang kembali ke Banten.

"Demikian juga dari data pasien positif yang saya temukan juga kalau berobat ke Jakarta. Begitu juga sebaliknya,  Mungkin penuh, mereka bergeser ke rumah sakit-rumah sakit di Tangerang atau yang ada di Banten," pungkasnya. (A-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya