Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Bencana Angin Puting Beliung Terbanyak

Ferdian Ananda Majni
21/1/2020 09:00
Bencana Angin Puting Beliung Terbanyak
Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Agus Wibowo.(ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

SELAMA 20 hari pertama di 2020 (periode 1-20 Januari) terjadi 203 bencana di Indonesia. Angin puting beliung ialah peristiwa terbanyak (92 kejadian), diikuti banjir (63) dan tanah longsor (45).

Selama 10 tahun terakhir, Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, tercatat paling mendominasi kejadian ­angin puting beliung, yakni 54,5%. 

“Untuk bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) ada tiga kejadian, serta dua peristiwa gelombang pasang dan abrasi. Data itu sampai Senin (20/1/2020) pukul 10.00 WIB,” jelas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Agus Wibowo, saat merilis data bencana di awal 2020, di Jakarta kemarin.

Akibat bencana tersebut, lanjut Agus, 800.124 warga mengungsi, 74 orang meninggal dunia, dan 84 jiwa menderita luka-luka.

Berdasarkan data BNPB, bencana terbanyak terjadi di Pulau Jawa dengan total 125 kejadian, 35 di Sulawesi, 18 di Kalimantan, dan 14 di Pulau Bali, serta 10 bencana di wilayah lainnya.

“Berdasarkan kajian risiko bencana 10 tahun terakhir di Labuan Bajo,  gempa bumi paling banyak dengan jumlah penduduk yang berpotensi terpapar 256.000,” tambah Agus.

Kepala BNPB Doni Monardo mengusulkan agar kapasitas kelembagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan para ahli di Labuan Bajo juga ditingkatkan.

Terpisah, ahli kebencanaan Universitas Syiah Kuala Aceh, Nazli Ismail, mengatakan perhatian pemerintah masih minim terhadap bencana angin puting beliung. Padahal, terjadinya hanya di wilayah-wilayah tertentu dan selalu berulang.

Di lain pihak, pengamat bidang hidrometeorologi Armi Susandi mengatakan Indonesia masih banyak fokus pada early action dalam menghadapi bencana, belum memakai early warning system dan disaster risk management.

“Memang perlu investasi, tetapi kerugian bisa kita tekan jika terjadi bencana,” sebutnya.

Teknologi early warning, lanjut Armi, dapat mengurangi kerugian dengan kesiapsiagaan jangka pendek. Adapun dalam jangka panjang, disaster risk management bisa ­menghindarkan masyarakat dari bahaya bencana di masa mendatang. (Fer/X-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya