Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Keamanan Ibu Kota Baru Terkendali, Warga Diminta tidak Terpancing

Rudi Agung
17/10/2019 19:10
Keamanan Ibu Kota Baru Terkendali, Warga Diminta tidak Terpancing
Kerusuhan di Penajam Paser Utara(Metrotvnews.com)

SITUASI keamanan di calon Ibu Kota Negara baru, Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur, sudah terkendali. Pelabuhan yang sempat ditutup kembali normal. Kehidupan warga juga berjalan seperti biasa.

Kerusuhan sempat terjadi di ibu kota baru pada Rabu (16/10) siang sampai tengah malam. Pelabuhan Klotok di PPU, ruko, dan rumah hangus dibakar massa. Begitu pula sejumlah kapal klotok dan kapal cepat (speedboat).

Ketua Adat Suku Paser meminta masyarakat untuk tenang. Jangan sampai terprovokasi oleh sebaran informasi yang tidak jelas, foto maupun video yang merusak suasana kedamaian.

"Kami minta dengan hormat kepada masyarakat adat Paser dalam wilayah hukum Keadatan Negeri Paser (Paser, Paser Utara, Balikpapan, Tana Samboja, dan Tana Pamuken) agar bisa saling mengingatkan, untuk menahan diri," ujar Ketua Lembaga Adat Pasar Kabupaten Paser, Arbain M Noor, kepada wartawan, Kamis (17/10).

Ia menegaskan, aparat keamanan telah melakukan pengamanan dengan baik. Jangan ada lagi upaya-upaya provokasi yang memantik pecah belah.

"Jangan terprovokasi oleh hal-hal yang bisa menyulut masalah baru. Masyarakat tetap tenang dan jalankan aktivitas biasa," tegas Arbain.

Situasi keamanan yang kondusif juga dipastikan oleh Polda Kaltim. Kabid Humas Polda Kaltim, Kombes Pol Ade Yaya Suryana, menjelaskan, sebenarnya sejak Selasa (15/10), telah dilakukan upaya mediasi dan dialog dengan tokoh-tokoh setempat.

Dialog ini juga dihadiri Kapolda Kaltim Irjen Pol Pryo Widyanto dan Pangdam VI Mulawarman Mayjen TNI Subiyanto.

"Hari Selasa itu sebenarnya sudah ada pertemuan yang langsung dihadiri Pak Kapolda dan Pangdam di Penajam. Itu sudah ada pertemuan dengan tokoh-tokoh," ujarnya.

Dialog itu menyepakati agar seluruh masalah hukum diserahkan pada penegak hukum. Masalah yang dimaksud jatuhnya korban jiwa akibat penikaman sekelompok remaja belasan tahun.

Keluarga korban tidak terima aksi penikaman yang berbuntut kematian. Mereka menuntut dua hal. Pertama agar pelaku diserahkan ke keluarga korban. Kedua agar keluarga pelaku keluar dari Kalimantan.

Usai dialog menyimpulkan agar permasalahan hukum diserahkan pada kepolisian. Namun esoknya, Rabu (16/10), massa dari pihak korban melakukan unjuk rasa kembali.

Menurut Ade, unjuk rasa itu karena upaya dialog tidak memuaskan keluarga korban dan tidak membuahkan kesepakatan. Kemudian, sekitar pukul 15.00 Wita massa yang melakukan unjuk rasa terus berdatangan hingga terjadilah pembakaran.


Baca juga: Mulai Kondusif, Ratusan Warga Penajam Paser Utara masih Mengungsi


"Jadi memang 16 Oktober ada pembakaran oleh massa yang pada awalnya mereka melakukan kegiatan unjuk rasa dengan sasaran pelabuhan penyeberangan. Sudah dilakukan dialog oleh pihak kepolisian setempat, namun tidak ada kata sepakat," ujarnya.

Ade menambahkan, permasalahan berlanjut, massa tambah banyak.

"Akhirnya sekitar pukul 15.00 sore itu massa melakukan upaya-upaya pelanggaran hukum yaitu pembakaran terhadap fasilitas-fasilitas umum pelabuhan umum. Kalau orang di sini bilang kapal klotok yang menghubungkan Penajam dengan Balikpapan. Akhirnya pelabuhan sempat tidak berfungsi," jelasnya.

Setelah aksi pembakaran, Polda Kaltim menempatkan pasukkan di Penajam untuk menjaga situasi.

"Memang ada dari Makassar Brimob. Sebelumnya sudah ada BKO dari pasukkan Polda, dari Sabhara dan Brimob. Alhamdulilah sekitar pukul 19.00 sudah bisa diatasi," ujarnya.

Namun, menjelang pukul 21.00 Wita sejumlah massa melakukan perlawanan terhadap massa unjuk rasa. Situasi kembali mencekam.

"Saya merinding melihatnya. Tadi malam banyak sekali orang, informasinya ada yang datang dari Grogot. Terpaksa saya ungsikan keluarga ke Kecamatan Waru," ujar Haryanto, warga Penajam.

Ia merasa heran sebabnya situasi sudah mulai terkendali. Bahkan Pangdam, Kapolda, Kapolres, dan Bupati PPU ikut meredam massa. Namun, menjelang malam suasana kembali mencekam.

"Orang lalu lalang bawa mandau dan senjata tajam lain. Gak tau kenapa Penajam yang damai bisa begini," katanya.

Haryanto mengatakan kepolisian dan TNI terus berjaga hingga situasi kembali normal.

"Alhamdulillah pagi tadi sudah normal lagi. Pelabuhan juga sudah dibuka kembali," jelasnya.

Pelabuhan Kampung Baru di Balikpapan Barat, juga telah berjalan normal. Pelabuhan yang menghubungkan Balikpapan-PPU ini sudah dipadati penumpang.

Salah seorang motoris, Andi, mengatakan, situasi sudah kembali normal sejak Kamis pagi.

"Sudah normal tadi pagi jam 6.00 Wita kita sudah bisa ke sana (PPU)," ujarnya.

Situasi antara pelabuhan PPU sempat ditutup warga dan meminta agar para motoris tidak berlabuh di dermaga PPU. Sehingga hal ini sempat menghambat transportasi jalur laut dari Balikpapan ke ibu kota baru.

Di Pelabuhan Kampung Baru sejumlah personel Polsek Balikpapan Barat tampak berjaga.

"Kami diperintahkan Kapolres Balikpapan untuk siaga satu terkait kejadian kemarin di PPU," ujar Kapolsek Balikpapan Barat, AKP Agung Nursapto.

Pihaknya memastikan kondisi di Pelabuhan Balikpapan dan PPU sudah kembali normal. Masyarakat sudah bisa menggunakan transportasi jalur laut ini.

"Kita bisa pastikan saat ini sudah normal semua. Masyarakat tidak perlu khawatir lagi," tegasnya.

Pecah emosi massa diawali dari kasus penikaman dua orang pemuda yakni Rn, 18, Ca, 19, pada Rabu (9/19) malam di Pantai Nipah-Nipah, PPU.

Usai menikam kedua korban, para pelaku kabur ke Balikpapan. Salah satu korban yakni Ca, meninggal dunia. Polisi langsung bergerak cepat. Tiga terduga pelaku pengeroyokan dan penikaman, akhirnya berhasil ditangkap di Balikpapan dan ditahan di Polres PPU.

Informasi beredar, korban yang meninggal adalah anak semata wayang dari kepala adat. Keluarga korban pun meminta agar pelaku diserahkan untuk diselesaikan dengan hukum adat.

Keluarga pelaku juga diminta keluar dari Kalimantan. Batas waktu permintaan tersebut sampai 16 Oktober 2019. Sampai batas akhir
permintaan tidak dipenuhi. Kesepakatan pun menemui jalan buntu.

Sejumlah massa akhirnya merangsek ke pelabuhan dan rumah keluarga korban. Beberapa bangunan dari ruko, rumah warga, dan bangunan fisik Pelabuhan Penajam dan sekitarnya habis dibakar.

Untuk meredam aksi massa, pelaku dipindahkan dari tahanan Polres PPU ke Polda Kaltim Balikpapan.

Kombes Pol Ade Yaya Suryana mengatakan, ada tiga tersangka yang ditahan di rutan Polda Kaltim karena diduga terlibat aksi penikaman di Pantai Nipah-Nipah. Kasus tersebut, awalnya ditangani Polres PPU.

Ia meminta masyarakat menyerahkan sepenuhnya kasus tersebut ke aparat kepolisian dan tidak melakukan aksi-aksi yang melanggar hukum. Karena kepolisian akan bertindak profesional sesuai aturan yang berlaku.

Sampai Kamis sore, ratusan personel dari TNI dan Polri tetap bersiaga di sepanjang kawasan Penajam. Truk-truk polisi masih tampak berjejer di jalan, para personel TNI juga tetap melakukan penjagaan. Polisi, personel TNI bersama petugas PMI juga ikut membersihkan sisa puing-puing kebakaran. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya