Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Belasan Embung di Flotim Mengering Terdampak Kekeringan

Ferdinandus Rabu
18/8/2019 10:45
Belasan Embung di Flotim Mengering Terdampak Kekeringan
Seorang warga berusaha mendapatkan air dari tempat penampungan di Flotim.(MI/Ferdinandus Rabu)

KEMARAU berkepanjangan dengan curah hujan yang sangat sedikit, menyebabkan kekeringan meluas dan sejumlah embung yang berada di Kabupaten Flores Timur (Flotim), Provinsi Nusa Tenggara Timur, mulai mengering dan meresahkan sejumlah petani di daerah itu.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Flores Timur Anton Wukak Sogen saat dikonfirmasi, Sabtu (17/8), mengakui banyaknya embung yang saat ini mulai mengering akibat turunnya debit air saat kemarau ini.

"Beberapa hari lalu, saya sudah mengunjugi beberapa wilayah yang terdampak kekeringan dan dari pantauan di sejumlah embung seperti di Solor, Adonara, Tanjung Bunga, embung-embung mulai menguap sehingga debit air terus turun dan terancam mengering. Ada 17 unit embung yang tersebar di wilayah ini dan terancam kering," ungkap Anton.

"Apalagi curah hujan yang sangat sedikit tahun ini dan lebih panjang kemaraunya, membuat air di embung-embung menguap. Kemarin juga saya di Desa Ilebura dan melihat langsung kondisi di sana. Banyak tanaman yang kering akibat kemarau berkepanjangan. Irigasi pun mulai mongering, sehingga saat ini kami berusaha bagaimana mengoptimalkan lahan yang ada agar selalu dapat dimanfaatkan dengan tanaman palawija dan sayuran yang lebih menghemat air," sambung Anton.

Baca juga: Pengibaran Bendera di Tanjung Ngaduwona

Terpisah, sejumlah petani pun mengakui kondisi turunnya debit air di embung-embung tersebut berdampak pada hasil pertanian mereka yang mulai menurun karena terbatasnya persediaan air.

Salah seorang warga, Kahju, misalnya mengakui sejak kemarau ini persediaan air embung di Desa Sinar Hading Gala terus menurun, sehingga cukup meresahkan sejumlah petani di sana.

"Kali ini, kemaraunya panjang sekali dan belum juga turun hujan, sehingga debit air di embung kami terus menurun. Kalau hujan pasti airnya banyak, tetapi kalau kemarau seperti ini, apalagi saat ini kemaraunya lebih banyak, maka embung pun mulai mengering," kata Kahju.

Sementara itu, data sementara dari dinas pertanian Flotim mencatat sekitar 120 hektare sawah terancam gagal panen akibat kekeringan irigasi, sehingga sawah-sawah tersebut tidak dapat ditanami padi lagi.

Sedangkan dampak kekeringan yang berimbas pada krisis air bersih, berdasarkan laporan BPBD setempat tercatat hanya 3 kecamatan dari 19 kecamatan, yang masih tercukupi kebutuhan air bersihnya, sementara 16 kecamatan lainnya, mengalami krisis air bersih akibat kekeringan. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya