Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Harga Ayam Pedaging dan Bebek Kampung di Aceh Masih Tinggi

Amiruddin Abdullah Reubee
08/5/2019 12:45
Harga Ayam Pedaging dan Bebek Kampung di Aceh Masih Tinggi
Zainal Abidin, pedagang eceran ayam pedaging di pasar Sigli, Kabupaten Pidie, Aceh, Selasa (7/5)(MI/Amirudin Abdullah Reubee)

WARGA Provinsi Aceh mengeluhkan harga ayam pedaging yang sejak dua pekan terakhir masih tinggi. Kondisi tersebut sangat berpengaruh terhadap daya beli warga di berbagai kabupaten/kota pada provinsi paling barat Indonesia.

Mereka yang biasanya menjadikan ayam sebagai lauk kebutuhan keluarga, kini terganjal dengan harga tinggi. Lebih parah lagi, para penjual nasi dan ayam goreng tidak mendapat harga sesuai kala menjual ke pelanggan.

Pantauan Media Indonesia di pasar Kota Sigli, Selasa (7/5), harga ayam pedaging masih berkisar di Rp22.000-22.500 per kg. Kondisi serupa juga terjadi di Kabupaten Aceh Utara, Kota Lhokseumawe, Kabupaten Bireuen, dan Banda Aceh.

"Harganya masih mahal, sama seperti pekan lalu. Hari ini lakunya sangat sedikit sekali, paling melayani kebutuhan penjual bakso," kata salah satu pedagang ayam pedaging di pasar Sigli, Zainal Abidin.

Baca juga: Harga Daging Meugang Capai Rp200 Ribu Perkilogram di Aceh

Tingginya harga ayam itu ditengarai karena permainan pengusaha ayam potong dari Medan, Sumatra Utara. Mereka mengeluarkan barang lebih sedikit dari kebutuhan pasar. Setelah barang langka di pedagang eceran, tentu mudah menaikan harga dengan alasan stok barang langka.

"Ini ulah pengusaha ayam potong, hampir setiap bulan puasa hingga lebaran menahan barang supaya bisa menjual lebih mahal," imbuhnya.

Permainan harga juga terjadi tehadap daging bebek kampung, harganya mencapai Rp60.000-65.000 per ekor. Padahal, biasanya harga bebek kampung itu bekisar Rp50.000-55.000 per ekor.

Zainal menduga harga tinggi pada ayam pedaging dan bebek kampung bida bertahan hingga hari Raya Idul Fitri 1440 H. Karena kebutuhan ayam pedaging, bebek kampung, daging sapi dan daging kerbau sangat meningkat saat lebaran.

"Pengusaha tidak peduli dengan kondisi ekonomi warga. Mereka lebih mengutamakan keuntungan melimpah dalam berbisnis," ujar pemerhati masalah sosial dan ekonomi keluarga di Aceh, Nurbaiti.

Dikatakan Nurbaiti, pemerintah atau Bulog harus mencari solusi tepat untuk mencegah harga tinggi. Jangan sampai efek permainan pasar menjadikan ekonomi warga lumpuh.

"Kalau ada yang membandel, tindak tegas mereka. Jangan pandang bulu," tukasnya.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya