Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
SEPANJANG Januari hingga Maret atau triwulan I 2019, daya serap anggaran Pemprov Sulsel terbilang masih rendah. Hal itu ditengarai akibat lambannya memulai lelang proyek.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sulsel, pada periode tersebut, total serapan anggaran hanya sekitar Rp913 miliar atau 9,35% dari total APBD sebesar Rp9,769 triliun, sedangkan untuk fisik 12,97%.
Padahal, asumsi target serapan anggaran yang ditetapkan pemerintah pusat untuk triwulan I, II, III dan IV berturut-turut 20%, 30%, 25% dan 25%.
Dari data tersebut juga dapat diketahui secara umum ada lima pengguna anggaran dengan daya serap terendah. Kelima instansi yaitu Dinas Kesehatan dengan realisasi keuangan 2,9% dan fisik 7,9%, Dinas Perumahan, Kawasan Pemukiman dan Pertanahan 2,6% dan fisik 7,6%.
Lalu ada, UPT Transfusi Darah 1,5% dan fisik 6,5%, Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi 0,7% dan fisik 5,7%, serta UPT RSK Gigi dan Mulut masih 0,0% dan fisik 5,0%.
Lima instansi dengan realisasi serapan anggaran tertinggi meliputi Sekretariat DPRD dengan realisasi keuangan 19,5% dan fisik 24,5%, serta Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) sebesar 18,1% keuangan dan 23,1% fisik. Kemudian, Inspektorat Daerah 15,3% dan fisik 20,3%, Badan Kepegawaian Daerah (BKD) sekitar 13,9% dan fisik 18,9%, serta Dinas Perpustakaan dan Kearsipan sebesar 12,4% dan fisik 17,4%.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sulsel, Jufri Rahman, mengaku rendahnya kondisi penyerapan anggaran memang biasa terjadi saat awal tahun. Alasannya, cukup banyak kegiatan fisik dengan alokasi anggaran besar yang baru akan masuk proses lelang.
"Saya kira masih wajar di triwulan awal realisasi rendah, karena kan kegiatan fisik yang nilainya besar baru akan ditender," seru Jufri Rahman, Kamis (25/4).
Ia optimistis serapan anggaran akan jauh lebih baik pada triwulan II nanti. "Karena triwulan II ini tendernya sudah berproses, sehingga tentu progres triwulan II nanti akan lebih baik jika dibandingkan dengan triwulan I," jelasnya.
Jufri Rahman menyebutkan, sejauh ini Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah dan Wakil Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman sudah menekankan kepada semua Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) untuk melakukan percepatan, khususnya terkait kelengkapan administrasi untuk proses tender kegiatan.
"Penekanan Pak Gubernur dan Wagub, sekaligus menjadi peringatan bagi kepala OPD untuk mempercepat penyiapan dokumen yang dibutuhkan, untuk pelaksanaan tender oleh Biro Pembangunan selaku UPBJ (unit pengadaan barang dan jasa)," tandas Jufri.
Sebelumnya, Wagub Andi Sudirman Sulaiman mengaku pihaknya saat ini masih melakukan penunjauan untuk menggabungkan beberapa paket proyek.
"Beberapa paket proyek kami mau percepat yang area critical dulu. Critical itu adalah proyek yang memiliki anggaran besar, dan proses pekerjaan yang memakan waktu lama seperti DAK," tuturnya.
Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) Sulsel Andi Arwin Azis mengungkapkan pada periode Januari hingga Maret 2019, pihaknya mengeluarkan belanja tidak langsung, dengan realisasi hanya sekitar 8,10%, atau sebesar Rp555 miliar. Total alokasi belanja tahun ini lebih dari Rp6,8 triliun. (A-2)
APBD Jawa Barat 2024 akan difokuskan pada pembangunan di sektor pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur
Pemkot dan DPRD Kota Bandung berhasil enyelesaikan rancangan APBD sebelum batas waktu yang ditentukan.
Dana CSR sebagai kewajiban moral perusahaan sangat membantu pembangunan di Jabar. Sebab dana APBD tidak akan bisa mencukupi seluruh kebutuhan masyarakat.
Nilai APBD Kota Sukabumi masih di kisaran Rp1,2 triliun. Hampir sebagian besar anggaran itu digunakan menggaji pegawai.
Dia mengaku sangat mendukung kerja penuntasan kasus stunting. Karena itu, tahun ini dikucurkan dana Rp200 miliar, yang tersimpan di sejumlah dinas terkait.
Solusi defisit keuangan atau tunggakan iuran BPJS Kesehatan di Sulteng bisa dengan cara mengajukan klaim kepada pemerintah provinsi untuk pelaksanaan pembiayaan kesehatan publik.
Evaluasi dilakukan untuk mendeteksi masalah atau kendala pada penyerapan anggaran.
Menurutnya, selama ini pihaknya tidak pernah mengunggah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah DKI Jakarta ke situs resmi apbd.jakarta.go.id.
PSI menilai jawaban Anies yang menuding bahwa sistem digital tidak smart juga justru membuktikan ada masalah serius dalam kinerja Pemprov DKI.
"Kami mengapresiasi semua yang telah bekerja. Insyaallah nanti segera mungkin kita bisa melaksanakan. Bahkan sebagian dari program itu sudah bisa kita lakukan percepatan sebelum awal 2020."
Sudah bongkar pasang trotoar, halte dan jembatan penyeberangan orang (JPO), duit DKI masih banyak yang belum terpakai
KEPALA Badan Pengelola Keuangan Daerah (BKPD) DKI Jakarta Edi Sumantri menegaskan hingga saat ini kondisi keuangan Pemprov DKI Jakarta dalam keadaan cukup.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved