Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Bupati Nonaktif Labuhanbatu Dituntut 8 Tahun Penjara

(PS/N-1)
12/3/2019 04:30
Bupati Nonaktif Labuhanbatu Dituntut 8 Tahun Penjara
.( ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

BUPATI nonaktif Labuhanbatu, Pangonal Harahap, 49, dituntut hukuman 8 tahun penjara dan denda Rp250 juta subsider 4 bulan kurungan oleh jaksa penuntut umum (JPU) Komisi Pembe­rantasan Korupsi (KPK) di persidangan kemarin. Pa­ngonal dinilai bersalah menerima suap sebesar Rp42,28 miliar dan S$218 ribu dari pengusaha.

Selain tuntutan pidana, dia juga dikenai hukuman membayar uang pengganti sebesar Rp42,28 miliar dan S$218 ribu. Dengan ketentuan, jika tidak dibayar dan harta bendanya tidak mencukupi untuk menutupi kerugian negara, maka diganti dengan 1 tahun penjara.
Tuntutan terhadap mantan orang nomor satu di Labuhanbatu itu dibacakan tim jaksa KPK dalam persidangan yang digelar di Ruang Utama Peng­adilan Negeri Medan. 

“Meminta agar majelis hakim menyatakan terdakwa bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama dan berlanjut,” ucap Dody Sukmono, anggota tim JPU KPK, di hadapan majelis hakim yang diketuai Erwan Effendi.

Jaksa juga meminta agar terdakwa dikenai hukuman tambahan yakni pencabut­an hak politiknya berupa pencabutan hak dipilih selama 3 tahun 6 bulan. Dalam nota tuntutan, jaksa mempertimbangkan sejumlah hal yang memberatkan dan me­ringankan bagi terdakwa.

Hal yang memberatkan ialah terdakwa tidak mendukung program pemerintah untuk memberantas KKN, sedangkan hal yang meringan-kan ialah terdakwa ­mengakui dan menyesali perbuatannya. Dalam dakwaannya, jaksa memaparkan Pangonal sebagai Bupati Labuhanbatu telah melakukan beberapa perbuatan berlanjut, yakni menerima hadiah berupa uang yang seluruhnya mencapai Rp42.280.000.000 serta S$218 ribu dari pengusaha Efendy Sahputra alias Asiong. 

Pemberian uang itu berlangsung sejak 2016 hingga 2018 melalui Thamrin Ritonga, Umar Ritonga (DPO), Baikandi Harahap, Abu Yazid Anshori Hasibuan. Jaksa menyatakan patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya.

Selama pembacaan nota tuntutan, Pangonal yang mengenakan kacamata dan kemeja batik motif merah didampingi empat pengacara-nya. Dia tertunduk sembari meremas kedua tangannya. Seusai mendengarkan tuntut-an, majelis hakim menunda persidangan sepekan mendatang untuk memberi kesempatan terdakwa menyampaikan pleidoi. (PS/N-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya