Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
PERUSAHAAN Umum Jasa Tirta (PJT) 1, Kota Malang, Jawa Timur menghentikan sementara hujan buatan di daerah tangkapan air Danau Toba atau daerah aliran sungai (DAS) Asahan, Sumatera Utara.
Teknologi modifikasi cuaca (TMC) itu terpaksa dihentikan setelah sebelumnya sudah dilakukan pada Mei-Juni lantaran potensi awan dinilai kurang mendukung.
"TMC akan dilaksanakan kembali menunggu hasil pengamatan klimatologi yang dilaksanakan BMKG dan BPPT. Diperkirakan triwulan III 2017 potensi awan cukup baik untuk dilaksanakan TMC," tegas Kepala Bagian Humas PJT 1 Malang, Jatim, Inni Dian Rohani kepada Media Indonesia, Senin (17/7).
Ia menjelaskan hujan buatan sesuai perencanaan selama 90 hari yang dimulai Mei di daerah tangkapan air Danau Toba atau daerah aliran sungai (DAS) Asahan. Pelaksanaannya dalam mengantisipasi el nino atau kemarau panjang bekerja sama dengan Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
"Sejak 3 Juni dihentikan sementara. BMKG dan BPPT menyatakan sampai September-Oktober potensi awan kurang optimal untuk pelaksanaan TMC," katanya.
Hujan buatan akan dilanjutkan lagi sebagai upaya untuk mempertahankan peran Sungai Asahan yang berfungsi memenuhi kebutuhan sehari-hari, irigasi pertanian rakyat seluas 36.162 hektar, pembangkitan energi listrik 7,2 M kWh/tahun dan pariwisata dari kerentanan atas kekeringan yang diramalkan bakal terjadi tahun ini.
Ia mengungkapkan sejauh ini TMC sebagai solusi dalam menambah ketersediaan air baku sekaligus meningkatkan elevasi Danau Toba guna menjaga ketahanan pangan dan energi.
PJT 1 adalah BUMN yang melakukan kegiatan usaha memberikan pelayanan untuk penyediaan air baku diantaranya untuk PLTA, PDAM dan Industri. Wilayah kerjanya meliputi Wilayah Sungai (WS) Toba Asahan, WS Serayu Bogowonto dan WS Jratun Seluna termasuk WS Brantas dan Bengawan Solo.(OL-6)
HUJAN deras mendadak mengguyur Kota Pekanbaru sejak sekitar pukul 15.30 WIB hingga 17.30 WIB, Jumat (25/7) sore.
BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggunakan helikopter water bombing untuk membantu pemadaman kebakaran kebakaran hutan dan lahan di Rokan Hulu, Riau.
OPERASI Modifikasi Cuaca (OMC) atau dulunya disebut dengan TMC atau hujan buatan untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Riau saat ini sedang dilaksanakan selama 8 hari.
BNPB dan BRIN kembali melakukan modifikasi cuaca hujan buatan untuk menangani karhutla dan kabut asap.
BNPB kembali menggelar hujan buatan di Kalimantan Selatan untuk mengatasi karhutla di Kalimantan Selatan.
MALAYSIA akan mencoba menurunkan hujan buatan dengan menaburkan garam di langit Kuala Lumpur.
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di Provinsi Riau sejak 24 hingga 31 Agustus 2025.
SEPEKAN ke depan, sejumlah wilayah di Indonesia berpotensi diguyur hujan dengan intensitas ringan hingga lebat. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)
Sementara itu, bibit siklon tropis 93W di timur Filipina berpotensi persisten dengan arah gerak ke barat laut, membawa dampak di wilayah timur Indonesia.
Setelah diterpa hujan dengan cukup intens pada Senin (25/8), DKI Jakarta pada Selasa, 26 Agustus 2025, akan memiliki cuaca yang bersahabat.
BMKG mengaitkan gempa terbaru di Bekasi dengan aktivitas Sesar Baribis—sumber gempa yang sama dengan gempa merusak Karawang, Jawa Barat, pada 1862
Bibit Siklon Tropis 93W terpantau di perairan timur Filipina. Sementara itu, Siklon Tropis Kajiki terlihat di Laut Cina Selatan, sebelah timur laut Vietnam
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved