Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
DI bawah kolong jembatan Ciputat, di mana hiruk-pikuk kendaraan dan debu jalanan tak pernah berhenti, terdapat kisah harapan yang tak terhitung. Kisah seorang anak bernama Ilham, yang berusia delapan tahun dan setiap pagi membantu ibunya berjualan baju di sekitar pasar.
Namun, ada satu hal yang membuat Ilham berbeda dari anak-anak lainnya. Saat melihat Nora, seorang pengajar asing yang datang mengajar di tempat mereka. Ilham selalu menoleh dan dengan penuh harap berkata pelan, “Aku mau bisa ngomong kaya dia, kak.”
Ilham tinggal di kawasan yang sering dianggap kumuh dan tertinggal, namun di tempat itu berdiri sebuah oase yang memberikan cahaya bagi anak-anak sepertinya.
Taman Baca Masyarakat (TBM) Kolong, tempat yang memberikan peluang bagi anak-anak untuk belajar dan bermimpi lebih tinggi. Tempat yang meski sederhana, penuh dengan harapan besar bagi masa depan mereka.
Ada juga Hasna, seorang anak dengan semangat yang tak terbatas. Bagi Hasna, tidak ada batasan apapun dalam mencapai mimpi.
“I’m ready! Aku mau keliling dunia, kak. Terutama Amerika!,” katanya dengan percaya diri.
Semangat seperti ini tak jarang kita temui di tempat seperti TBM Kolong. Tempat yang memberi mereka ruang untuk bermimpi, jauh melampaui keterbatasan yang mereka hadapi.
Di komunitas TBM Kolong, para pengurus tak hanya menjadi pengajar, tetapi juga dikenal sebagai “Penjaga Mimpi.” Anak-anak yang datang untuk belajar di sini disebut “Pemimpi.”
Menurut Ketua Komunitas TBM Kolong, Wisnu, julukan pemimpi itu memiliki makna yang dalam. Sebagian besar anak-anak yang datang berasal dari keluarga dengan latar belakang yang sederhana dan kurang mendukung untuk memiliki mimpi besar. Namun, TBM hadir untuk menumbuhkan semangat belajar dan cita-cita mereka.
"Kami percaya bahwa setiap anak memiliki potensi besar yang kadang terpendam. Nama pemimpi ini adalah bentuk harapan dan doa agar mereka berani bermimpi dan berusaha mewujudkannya," kata dia.
Bagi anak-anak yang tinggal di sekitar kolong jembatan, pendidikan sering kali terasa jauh dan sulit dijangkau. Buku yang mereka miliki sudah usang, pensil-pensil mereka sudah pendek, dan meja mereka hanya berupa rumput sintetis seadanya.
Sekolah formal seringkali terasa jauh, mahal, dan kadang bahkan tidak ramah bagi mereka yang tidak memiliki dokumen lengkap. Namun, di tengah keterbatasan itu, TBM Kolong hadir sebagai sebuah jembatan harapan.
Di sini, anak-anak tidak hanya belajar membaca, menulis, dan berhitung, tetapi juga—dalam angan-angan mereka yang paling tinggi—bermimpi bisa berbicara dalam bahasa Inggris.
Pada 25 Mei 2025, sebuah perubahan besar terjadi ketika Speaking English Community (SEC) bekerja sama dengan mitra mereka, Golden English, datang untuk memberikan lebih dari sekadar pelajaran.
Mereka datang dengan misi membawa bahasa yang bisa membuka banyak pintu bagi anak-anak di kolong jembatan—bahasa Inggris. Mereka mengajarkan dasar-dasar Bahasa Inggris: mengenal warna, angka, dan percakapan sederhana. Tetapi yang terjadi jauh lebih besar dari itu.
Anak-anak menyambut kedatangan mereka dengan sorak-sorai penuh semangat. Mereka berebut mengangkat tangan untuk menjawab, bahkan untuk menyebutkan kata “pen” atau “book.” Mata mereka berbinar ketika mendengar pujian seperti “Good job!” dan “You’re amazing!” Sebuah pengalaman yang tak hanya memberi mereka pengetahuan baru, tetapi juga memberikan mereka rasa percaya diri yang baru.
“Saya pikir saya yang akan mengajar mereka, tapi justru saya yang belajar hari ini—tentang semangat, tentang ketulusan,” ungkap salah satu relawan yang hadir pada hari itu.
Ada anak-anak yang sebelumnya pemalu, kini mulai berani memperkenalkan diri dalam Bahasa Inggris. Ada pula yang semakin semangat untuk belajar lebih banyak, karena mereka percaya bahwa Bahasa Inggris adalah tiket untuk menjelajahi dunia. “Aku mau keliling dunia kalau sudah besar nanti,” ujar salah seorang anak dengan penuh harapan.
Bagi mereka, Bahasa Inggris bukan hanya sekadar pelajaran. Bahasa Inggris adalah alat untuk bermimpi lebih besar dari apa yang dunia tetapkan sebagai batasan. Ini adalah jembatan menuju dunia yang lebih luas dan masa depan yang lebih cerah. (Z-10)
Setelah membunuh istri, pelaku mendatangi rumah tetangganya pada tengah malam dan secara terbuka mengakui perbuatannya.
Seorang perempuan berinisial RK, berusia 25 tahun, diduga menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) hingga tewas. Pelaku diduga adalah suaminya sendiri, JN, berusia 36 tahun.
Synthesis Development meluncurkan tipe rumah terbaru “Nismara” di Aksara Homes, Ciputat.
Masyarakat perlu membawa KTP asli pemilik kendaraan, BPKB dan STNK, masing-masing disertai fotokopi dan tidak memiliki tunggakan pajak kendaraan bermotor lebih dari satu tahun.
Pemadaman api dilakukan dengan mengerahkan 10 unit mobil damkar. Penyebab kebakaran belum diketahui.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved