Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Jakarta Belum Bisa Kalahkan Bangkok

Mohamad Farhan Zhuhri
22/1/2025 07:24
Jakarta Belum Bisa Kalahkan Bangkok
Monumen Nasional (Monas), Jakarta.(Antara)

GUBERNUR dan Wakil Gubernur DKI terpilih Pramono Anung-Rano Karno menargetkan Jakarta berada masuk 50 besar dalam Indeks Kota Global (IKG) pada 2029.

Pakar Tata Kota yang juga tergabung dalam Tim Transisi Pram-Rano Nirwono Joga mengatakan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI menargetkan Jakarta masuk di 58 besar. Namun, Pramono yakin Jakarta bisa masuk ke dalam 50 besar pada 2029 mendatang.

"Dari hitungannya Bappeda kemarin, mereka masih yakin itu hanya di 58. Makanya tentu kan perlu terobosan nih, karena Mas Pram sudah bilang 50, akselerasi apa yang harus dilakukan supaya kita bisa loncat lagi dari 58 target Bappeda ke 50, itu PR utamanya," kata Nirwono dalam acara Kick Off 'Kemenangan Rakyat Jakarta' Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta, Selasa (21/1).

Nirwono berujar, Jakarta masih berada di posisi 74 dalam IKG 2024. Posisi ini membuat Jakarta berada di urutan 7 di ASEAN, kalah dibandingkan Singapura yang di urutan 7 dan Bangkok di 45.

"Manila 70, Kuala Lumpur 72. Nah, kalau kita ingat pada waktu kampanye kemarin, Mas Pram sudah menjanjikan tahun 2029 kita masuk 50 besar. Lompatannya cukup banyak," ujar Nirwono.

"Tapi pertimbangannya lebih kepada kenapa kok 50 misalnya? Kok ambisius sekali? Tidak. Karena patokannya ada di nomor 2, Bangkok, Bangkok itu di posisi 45. Kalau kita 50 masih realistis, masih oke," sambungnya.

Oleh karena itu, dia berharap aktivitas bisnis di Jakarta harus bertaraf internasional agar IKG bisa tercapai. Kedua, kualitas sumber daya manusia juga berpengaruh dalam penghitungan IKG.

Faktor ketiga yang mempengaruhi IKG adalah pertukaran informasi dan pertukaran budaya. Terakhir, faktor yang mempengaruhi IKG adalah interaksi politik. 

"Nah, pertukaran budaya itu apa? Kegiatan seni, olahraga. Ini tantangan terbesar buat Jakarta. Karena apa? Contoh kasus misalnya, jangan sampai kejadian ada konser bertaraf internasional batal gara-gara demo sekelompok pihak. Ada ormas demo, itu akan menurunkan angka di pengalaman budaya," ucap Nirwono.

"Pertandingan olahraga, misalnya. Mohon maaf kemarin, ada kesebelasan dari Israel, terus akhirnya batal, itu nggak bisa kalau kita bicara di pertukaran budaya tadi, syarat internasional tidak boleh dibataskan," tambahnya. (Far/I-2)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Cahya Mulyana
Berita Lainnya