Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
KOMISI D DPRD DKI Jakarta menilai penanggulangan banjir di Jakarta belum optimal. Salah satu faktornya diduga karena kurangnya pasukan biru.
“Jadi tenaga PJLP di beberapa wilayah kurang. Mungkin dari pasukan biru atau pasukan hijau yang sudah masuk usia pensiun, tapi tidak digantikan orang baru,” ujar wakil ketua Komisi D, Nova Paloh saat dihubungi, Selasa (26/3).
Jumlah tenaga PJLP Dinas Sumber Daya Air (SDA) yang kurang, menurut Nova, menjadi salah satu penyebab.
Baca juga : Heru Jangan Normatif Urus Macet dan Banjir
Pasalnya, Pemprov Provinsi DKI Jakarta terkesan hanya mengandalkan bantuan petugas dari dinas lain. Sementara penanganan banjir harus dilakukan dengan cepat, karena akan memberikan banyak dampak bagi aktivitas masyarakat.
“Kan tenaga jadi berkurang, padahal kan dalam mengatasi masalah banjir yang quick response-nya kan pasukan biru,” ucap Nova.
Ia mengingatkan kepada Penjabat (Pj) Gubernur Heru Budi untuk tidak bermain-main dalam mengatasi permasalahan banjir di Ibu Kota.
Baca juga : Pemprov DKI Diminta Respons Cepat Aduan Soal Banjir
“Maksud saya, jangan main-main dengan masalah banjir kalau kita benar-benar mau fokus. Ya siapkan semuanya, harus selesai,” pungkasnya.
Sebelumnya, Heru Budi Hartono angkat bicara terkait bencana banjir yang terjadi di Ibu Kota beberapa hari terakhir.
Titik banjir yang disoroti oleh eks Wali Kota Jakarta Utara itu, yakni di Tagal Alur, Kalideres, Jakarta Barat. Di wilayah tersebut, ketinggian airnya lebih dari satu meter.
Baca juga : DPRD Sebut Heru Budi Tidak Siap Hadapi Banjir Jakarta
Banjir di Tegal Alur itu terjadi pada Sabtu (23/3) dan dinyatakan baru surut Minggu (24/3) malam.
Heru pun menyampaikan permohonan maaf terkait banjir di Tegal Alur yang terjadi lebih dari 24 jam itu.
"Saya mohon maaf di Jakarta Barat, kemarin juga tergenang," ujar Heru kepada wartawan di Cengkareng, Jakarta Barat, Senin (25/3).
Baca juga : Dana Penanganan Banjir Jakarta Rp2 Triilun, DPRD: Fokus Normalisasi
Banjir yang terjadi di Jakarta, termasuk di Tegal Alur tersebut disebabkan curah hujan yang tinggi, yakni rata-rata 200 milimeter atau di atas daya tampung drainase.
Menurut Heru, Pemprov DKI Jakarta kewalahan mengantisipasi banjir apabila intensitasnya mencapai 180 milimeter dan berlangsung selama empat jam.
"Itu 180 (mm) saja sudah kewalahan (apalagi) 200 (mm) jadi semuanya mohon dimaklumi," ucap Heru.
Baca juga : Plafon APBD DKI Rp81,5 Triliun, DPRD: Maksimalkan untuk Penanganan Banjir
Selain curah hujan yang tinggi, Heru mengatakan, banjir yang terjadi di Tegal Alur juga disebabkan luapan kali akibat air kiriman dari hulu.
"Ini kan karena yang tadi saya bilang, curah hujan hingga 200 milimeter. Kemudian ada juga kiriman," kata Heru.
Banjir yang terjadi di Tegal Alur telah surut. Heru memastikan bahwa petugas baik dari Dinas Sumber Daya Air (SDA) dan Lingkungan Hidup, BPBD dan PPSU telah mengatasinya.
“Iya, (banjir) 24 jam. Tapi kan sudah diatasi," ucap Heru. (Z-3)
SEBANYAK enam Rukun Tetangga (RT) di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat masih terendam banjir akibat hujan deras dan meluapnya sungai sejak akhir pekan lalu.
DINAS Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang mengintensifkan pemeriksaan kesehatan bagi warga yang terdampak banjir, guna mengantisipasi potensi munculnya berbagai penyakit
Banjir di Jakarta selalu menjadi masalah yang berulang dan menjadi perhatian utama, terutama ketika musim hujan datang.
Polda Metro Jaya mendirikan dapur lapangan untuk warga yang terdampak banjir di wilayah Jakarta Timur (Jaktim)
Genangan banjir masih melanda sejumlah wilayah di DKI Jakarta pada Senin pagi (7/7).
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bergerak cepat menangani banjir yang melanda sejumlah wilayah Ibu Kota
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved