Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
MENGHABISKAN waktu empat menit berjalan kaki santai dari Stasiun Bojonggede ke Terminal Bojonggede atau sebaliknya menggunakan skybridge, sebanding dengan kenyamanannya. Begitu tanggapan dari beberapa pengguna jalan atau kereta api yang ditemui Media Indonesia di Stasiun Bojonggede akhir pekan kemarin.
Ada beberapa alasan dituturkan para pengguna KRL atau pengguna jalan mengapa mereka lebih memilih fasilitas skybridge yang baru diresmikan Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi, pada Sabtu (9/12) pagi itu.
Seperti dituturkan Jehan, seorang pemuda yang berusia 27, warga Bojonggede yang setiap harinya menggunakan jasa KRL untuk bekerja di Jakarta.Kalau sebelumnya dia mengaku harus berjibaku dengan kesemrawutan jika hendak keluar atau masuk stasiun setiap hendak pergi dan pulang bekerja, kini lancar dan nyaman.
Menurutnya waktu yang dibutuhkan untuk berjalan kaki menyusuri skybridge sekitar 4 sampai 5 menit dirasa terbayar dengan kenyamanannya. Waktu tempuh jalan pintas (jarak pendek) sebelumnya jika dihitung sama saja, karena saat hendak atau masuk stasiun juga tersendat akibat terhalang oleh ojek atau angkot yang ngetem sembarang.
Baca juga: KAI Antisipasi Gangguan Perjalanan KA Jelang Tahun Baru
Foto: Suasana Skybridge di Stasiun Bojonggede.
"Bagus sih, soalnya kalau lewat di sebelah sana itu angkot, ojek pada menghalangi orang jalan keluar. Kalau dari sana orang mau masuk ke stasiun sama keluar stasiun itu kehalang sama tukang ojek. Terus angkot yang pada ngetem. Kalau dari sini (skybridge)-kan nggak, lancar,"tuturnya.
Hanya saja dia berharap fasilitas baik yang di pintu masuk dan keluarnya harus lebih diperhatikan terkait kebutuhan manula dan disabilitas.
"Di pintu masuk dan keluarnya harus ranah buat manula. Karena kalau tangga saja itu susah buat manula," katanya.
Sebelumnya selama 4 hari berturut-turut dilakukan uji coba penggunaan skybridge dengan dilakukan beberapa simulasi atau sistem buka tutup pintu masuk selatan.
Tanggapan menarik diungkapkan Sabrina, 27, karyawati yang berkantor di sekitar Pasar Minggu. Dia menuturkan, sebagai pengguna pintu Selatan dia merasa sedikit enggan jika harus berjalan jauh. Hanya ketika melihat skybridge-nya lumayan estetik, dirinya mengaku senang.
"Jadi gak apa-apa jalan jauh asalkan sampai nanti, beberapa tahun ke depan, kebersihan dan keamanannya tetap terjaga kaya gitu," katanya.
Baca juga: Pakar Transportasi: Waspadai Kecelakaan di Perlintasan Sebidang saat Mobilitas Nataru
Sabrina ini salah satu karyawan yang kerap kali harus pulang malam hari. Karena itu, dirinya menyarankan demi keamanan pengguna skybridge, agar di bagian tengahnya juga ditempatkan penjaga/petugas. Saat ini atau tepatnya pada uji coba pengoperasian, petugas jaga hanya ditempatkan di pintu masuk dan keluar saja.
"Kereta kan masih ada sampai sebelum jam 12 malam. Jadi kalau orang pulang kerja, sampai tengah malam, kayaknya lebih aman kalau di tengah juga dikasih penjaga, gak cuma di ujung depan dan akhir saja," katanya.
Dirinya juga berharap, kepada pemerintah setempat, untuk bisa mengatur keberadaan angkutan kota (angkot) agar masuk sampai terminal. Dan penataan dan pemanfaatan Terminal Bojonggede sendiri sesuai fungsinya.
"Kalau sekarang bingung karena masa harus jalan lagi ke depan, jauh dan sebaliknya. Seenggaknya itu tidak jadi tempat tidur- tiduran sopir angkot . Itu kalau dari teminalnya. Kalau dari skybridgenya tetap bersih," tuturnya.
Skybridge Bojonggede yang menghubungkan antara Stasiun Bojonggede dengan Terminal Penumpang Tipe C Bojonggede, panjangnya 243 meter dengan lebar 3 meter. Pembangunan skybridge ini menghabiskan Rp16,5 miliar melalui anggaran BPTJ tahun 2022 Skybridge ini akan dihibahkan kepada Direktorat Jenderal Perkeretaapian dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor.
Adapun untuk pengoperasian Skybridge Bojonggede akan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor bekerja sama PT KAI (Persero).
Sekadar diketahui Stasiun Bojonggede ini menjadi stasiun terpadat nomor 4 setelah Stasiun Tanah Abang, Stasiun Bogor, dan Stasiun Bekasi dengan jumlah penumpang kurang lebih 60 ribu penumpang per hari atau setara 1,8 juta penumpang per bulan (sebelum pandemi).
Seperti disampaikan Menhub saat peresmian, keberadaan Skybridge Bojonggede diharapkan akan dapat mengurangi kesemrawutan kondisi lalu lintas di sekitar Stasiun Bojonggede seperti yang terjadi saat ini.
Menhub menyebutkan Skybridge Bojonggede ini adalah yang kedua di Indonesia. Skybridge pertama ada di Solo yaitu skybridge penghubung antara Terminal Tipe A Tirtonadi dengan Stasiun Solo Balapan.
"Saya bisa membayangkan pergerakan dari stasiun ke sini kita melalui motor susah. Ini langsung. Di skybridge, titik perjumpaan kita perhatikan apa kekurangannya akan input,"kata Menhub saat peresmian Skybridge Bojonggede, kemarin.
"Dari kami masage-nya untuk masyarakat. Bahwa keselamatan itu adalah kebutuhan kita bersama".
Kecelakaan itu lanjutnya, banyak terjadi karena angkutan roda dua. Oleh karenanya angkutan massal perkotaan ini juga diantaranya menginginkan adanya substitusi atau peralihan dari angkutan roda dua menggunakan angkutan massal.
"Bahwa belum maksimal, akan kita maksimalkan," pungkasnya.
Foto: Suasana di Terminal Bojonggede.
Pantauan Media Indonesia fasilitas khususnya di skybridge cukup memadai. Seperti ketersediaan toilet dan mushola. Ada masing-masing dua kamar toilet laki-laki dan perempuan di pintu masuk/keluar dari arah Terminal Bojonggede. Kondisinya saat itu bersih, karena memang baru.
Sementara untuk akses masuk skybridge dari Terminal Bojonggede, tersedia akses untuk disabilitas. Tangga dengan jumlah anak tangga lebih dari 30 anak tangga. Tidak ada lift atau tangga jalan (eskalator). Tersedia tempat sampah. Kemudian ada petugas yang berjaga.
Di pintu masuk/keluar dari Stasiun Bogor, selain jalur akses untuk penyandang disabilitas, tersedia eskalator turun dan naik. Juga terdapat tempat sampah dan disiagakan petugas jaga.
Sementara itu, kontras dengan kondisi yang terdapat di stasiun, di Terminal Bojonggede kondisinya memprihatinkan. Dimana terminal digunakan sebagai tempat istirahat para sopir angkot. Mereka duduk dan tidur di lantai karena tidak ada ruang tunggu, kursi tunggu.
Kondisi sekitarnya pun tampak berantakan, kotor. Sehingga para penumpang KRL yang keluar dan masuk harus berjalan kaki cukup jauh ke pinggir jalan utama untuk mendapatkan angkutan.
(Z-9)
Fitur Female Seat Map sudah dapat diakses sejak 21 Maret 2025 melalui aplikasi Access by KAI.
Beragam profesi di dunia kereta api diperkenalkan langsung oleh tim KAI, mulai dari masinis, kondektur, teknisi, Polisi Khusus Kereta Api (Polsuska), hingga petugas loket.
Salah satu fitur yang akan memanjakan para penumpang adalah kursi yang dapat direbahkan (reclining) hingga 180 derajat.
Kemenhub tengah mengkaji wacana menyulap kereta api (KA) Argo Parahyangan tujuan Bandung menjadi kereta wisata.
Petugas khusus dan alat material disiagakan untuk mewujudkan perjalanan KA yang lancar dan terkendali, sehingga pelanggan dapat menikmati perjalanan KA dengan aman dan nyaman.
Promo Patriotrip berlaku untuk pemesan mulai 8 sampai dengan 10 November 2023.
Bangunan eks terminal bus Cilembang dimanfaatkan warga yang tidak bertanggung jawab. Mereka menggunakannya untuk berbagai perbuatan melawan norma susila dan agama.
Untuk menjamin keselamatan penumpang yang mudik, ramcek ini pun dilakukan.
Pemerintah daerah setempat melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang mulai membuat kolam retensi.
Jumlah pemudik yang melakukan keberangkatan dari Terminal Induk Bekasi mulai mengalami peningkatan
Pengecekan diawali dari Terminal Tirtonadi, Kota Surakarta. Di terminal itu ia meninjau fasilitas cek kesehatan, cek angkutan atau armada, serta posko lebaran Terminal Tirtonadi
Sejak diresmikan pada 2017, terminal itu belum difungsikan secara maksimal karena masih kekurangan banyak fasilitas pendukung.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved