Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
DINAS Kesehatan DKI Jakarta mengimbau warga tetap waspada dan tidak panik terhadap penemuan kasus pneumonia bakteri Mycoplasma (walking pneumonia).
Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama mengatakan, bakteri penyebab infeksi saluran napas yang cukup sering ditemukan sejak lama bukan sesuatu yang baru.
"Penularan secara droplet dari percikan dahak dan batuk, dan kontak jarak yang cukup erat serta lama," ujar Ngabila Salama, dalam keterangan tertulis, Rabu (6/12).
Baca juga: Kewaspadaan Pneumonia Akibat Mycoplasma Pneumoniae pada Anak di Indonesia
Ia mengungkapkan, masa inkubasi/dari terpapar bakteri sampai muncul gejala pertama kali berkisar 1-4 minggu dengan tersering 2-3 minggu.
"Dari muncul gejala pertama sampai bisa berpotensi sesak napas atau perburukan sekitar 3-7 hari," ungkapnya.
Baca juga: Mencegah Penularan Pneumonia pada Lingkup Anak
Ia mengimbau kepada orang tua jika anak mengalami sakit dan sudah diobati sendiri, tapi tidak membaik dalam kurun waktu 2-3 hari segera bawa ke dokter dan fasilitas kesehatan untuk mendapat pengobatan lebih baik.
“Gejala Pneumonia bisa ringan dan sembuh sendiri, kecuali imunitas tubuh sedang rendah," katanya.
Ia menjelaskan, gejala yang muncul yakni demam cenderung tidak tinggi (kecuali mix infection dengan virus dapat dijumpai demam tinggi di atas 40 derajat), batuk, pilek, sakit tenggorokan, mual, muntah, sesak napas, mudah lelah, dan sakit kepala.
"Komplikasi yang tidak diharapkan radang pada otak, jantung, sendi, ginjal sehingga menyebabkan gagal ginjal dan lain lain," jelasnya.
Ia memaparkan, tiga cara guna mencegah pneumonia bakteri mycoplasma (walking pneumonia) yakni penerapan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kembali mengencangkan pemakaian masker saat beraktivitas di luar rumah.
Kedua, melakukan imunisasi rutin lengkap pada anak. Total 15 imunisasi gratis yang disediakan oleh pemerintah. Serta vaksin influenza berbayar mandiri untuk usia enam (6) bulan ke atas terutama kelompok rentan yakni balita, lansia, ibu menyusui, ibu hamil, tenaga kesehatan.
"Ketiga, jika sakit dapat menggunakan antibiotik secara bijak. Pastikan konsumsi antibiotik atas resep dokter diaebabkan bakteri ini juga rentan mengenai orang dengan resistensi antibiotik dan menyulitkan penyembuhan," paparnya.
Ia menambahkan, untuk mencegah keparahan hendaknya dilakukan deteksi dini melalui pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat untuk diobati segera.
"Jika ada indikasi pemeriksaan jenis kuman oleh dokter akan dilakukan PCR multiplex untuk mendeteksi beberapa jenis virus dan bakteri termasuk Mycoplasma agar terapi lebih spesifik sesuai jenis kuman penyebab," tandasnya. (Z-10)
Tim peneliti yang dipimpin oleh ahli biologi kelautan, yakni Shana Gofferdi yang berasal dari Occidental College, mencatat bahwa laba-labat laut tidak hanya mampu bertahan hidup saja
Setelah satu dekade misteri, ilmuwan mengungkap bakteri Vibrio pectenicida sebagai penyebab sea star wasting disease di Pantai Barat Amerika Utara.
Jangan buru-buru injak kecoa! Temukan 6 alasan ilmiah mengapa membunuh kecoa hingga hancur berbahaya dan cara aman membasminya di rumah.
Apabila keringat berlebih dari aktivitas tersebut bertemu dengan bakteri di ketiak, maka muncullah bau ketiak.
Aplikasi bakteri pereduksi nitrat terpilih yang memiliki aktivitas mereduksi N2O tinggi dapat menurunkan emisi N2O di lahan sawah.
Tim ilmuwan Tiongkok berhasil mengidentifikasi spesies bakteri baru yang belum pernah ditemukan di Bumi. Mikroorganisme ini terdeteksi di dalam Stasiun Luar Angkasa Tiangong
"Hingga kini belum sampai ke Indonesia, saat ini juga belum ada laporan kasus dan kita tunggu sikap dari WHO,"
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved