Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
INSIDEN adu tembak antara Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat (J) dan Bhayangkara Dua (Bharada) E di kediaman Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri Irjen Ferdy Sambo menimbulkan kecurigaan.
Hal itu lantaran berdasarkan informasi Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan ada luka tembak di tujuh titik tubuh Brigadir J. Artinya, lima tembakan dipastikan dari Bharada E. Tembakan tepat sasaran oleh Tamtama berpangkat Bharada itu dinilai mencurigakan.
"Dalam kondisi panik diserang, tembak tepat sasaran itu sangat istimewa," kata pengamat Kepolisian Bambang Rukminto saat dikonfirmasi, Selasa (12/7).
Menurutnya, kronologi penembakan yang disampaikan Mabes Polri janggal. Masih ada hal lain yang dianggap menimbulkan pertanyaan lanjutan, salah satunya jenis senjata api yang digunakan Brigadir J selaku korban dan Bharada E selalu pelaku.
"Dari hasil autopsi yg disampaikan Karo Penmas kemarin, ada enam luka tembak dengan lima peluru dari pelaku. Artinya dalam kondisi yang panik karena serangan, menembak tepat sasaran itu adalah sangat luar biasa, bahkan untuk atlet menembak profesional sekalipun," ujar Peneliti Institute for Security of Strategic Studies (ISESS) itu.
Bambang mengatakan tembakan dari jarak pendek, jauh, dan arah posisi menembak itu bisa diketahui dari hasil autopsi. Sementara itu, dia menyebut Bharada E adalah anggota polisi yang baru level Tamtama atau junior.
"Yang dinas belum genap empat tahun, dengan kemampuan menembak yang begitu sempurna seperti itu malah memunculkan pertanyaan lain sebegitu hebatkah? (menembak)," ucapnya.
Baca juga: DPR Desak Polri Transparan soal Insiden Adu Tembak
Sedangkan, korban Brigadir J adalah ajudan yang bertugas selama dua tahun di kediaman Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri Irjen Ferdy Sambo. Artinya, kata dia, korban dan pelaku saling kenal.
Pertanyaan lain yang muncul ialah posisi Irjen Ferdy Sambo dan istri, Putri Ferdy Sambo saat insiden berdarah itu. Bambang tak yakin di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo tak ada saksi lain.
"Kalau tidak ada saksi-saksi yang lain berarti hanya tiga orang yang berada di rumdin (rumah dinas)," tuturnya.
Kemudian, informasi rusaknya semua CCTV juga dinilai janggal. Karena sebegitu longgarnya sistem pengamanan di rumah dinas jenderal bintang dua itu.
"Scientific crime investigation harusnya bisa menjelaskan itu. Yang terpenting Polri harus bisa menjaga objektivitas dan profesionalismenya dan itu harus dilakukan dengan Kapolri (Jenderal Listyo Sigit Prabowo) mencopot Irjen Sambo sebagai Kadiv Propam lebih dulu," kata Bambang.
Peristiwa berdarah itu terjadi di rumah dinas Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo, wilayah Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan pukul 17.00 WIB pada Jumat, 8 Juli 2022. Brigadir J disebut sopir dinas istri Irjen Ferdy Sambo. Sedangkan, Bharada E adalah anggota yang ditugaskan sebagai pengawal dan pengamanan Irjen Ferdy Sambo.
Polri membeberkan peristiwa berawal saat Brigadir J masuk ke kamar pribadi istri Sambo dan melakukan pelecehan seksual hingga menodongkan senjata api ke kepala Bhayangkari itu.
Putri teriak dan terdengar oleh Bharada E yang tengah berada di lantai dua rumah. Dia langsung melihat ke bawah dan menanyakan kejadian itu kepada Brigadir J. Namun, Brigadir J melakukan penembakan sebanyak tujuh kali.
Tembakan Brigadir J selalu meleset. Bharada E membalas aksi itu sebanyak lima letusan tembakan dari lantai dua rumah. Hingga akhirnya mengenai tubuh Brigadir J yang mengakibatkan meninggal di tempat.
Brigadir J telah dimakamkan di kampung halaman wilayah Jambi pada Senin, 11 Juli 2022. Sedangkan, Bharada E masih diperiksa intensif. Kasus ini ditangani Polres Metro Jakarta Selatan.(OL-5)
MUSISI dan penyiar Gusti Irwan Wibowo atau dikenal dengan Gustiwiw meninggal dunia di penginapan yang berlokasi di Jalan Maribaya, Lembang, Kabupaten Bandung Barat
Polisi menyebut pelaku, Vance Luther Boelter, 57, masih buron dan diyakini menyamar sebagai aparat kepolisian saat melakukan aksinya.
Jenazah langsung dibawa ke RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, untuk dilakukan autopsi.
Aipda PS ditahan selama 30 hari ke depan, sambil menunggu proses sidang Kode Etik Profesi Polri.
Dalam video tersebut terlihat para warga mengamankan tiga remaja beserta barang bukti yang ditemukan di sekitar lokasi.
Korban SL dipukul tangannya dan diinjak kakinya oleh pelaku di dalam bus Trans-Jakarta.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved