Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Ragam Teknologi Pengolahan Sampah Siap Perkuat ITF Sarana Jaya

Selamat Saragih
15/10/2021 22:15
Ragam Teknologi Pengolahan Sampah Siap Perkuat ITF Sarana Jaya
Pengelolaan sampah di Jakarta akan menggunakan beragam teknologi yang ramah lingkungan.(MI/Pius Erlangga)

PERUSAHAAN Umum Daerah (Perumda) Pembangunan Sarana Jaya ditugaskan Pemprov DKI Jakarta untuk membangun dua Fasilitas Pengolahan Sampah Antara (FPSA) atau Intermediete Treatment Facility (ITF) untuk mengelola sampah warga Ibu Kota. Dalam proyek itu, beragam teknologi pengolahan sampah akan diterapkan secara tepat guna dan ramah lingkungan dengan cara perubahan bentuk, komposisi, karakteristik dan volume sampah.

Teknologi yang akan digunakan pada proyek tersebut mengacu kepada teknologi FPSA Tebet yang menggunakan teknologi Hydrodrive untuk pemusnahan sampah yang tidak bisa dimanfaatkan secara organik dan ekonomi; serta pengolahan sampah organik Black Soldier Fly (BSF).

Inventor Teknologi Pengolahan Sampah Thermal Hydrodrive, Djaka Winarso, menyebutkan, pihaknya telah memulai untuk mengembangkan teknologi pengelolaan sampah sejak 2008 dengan pilihan menggunakan teknologi tersebut. Karena karakter sampah Indonesia yang cenderung basah dan biasanya tercampur antara organik dan anorganik.

"Itulah kenapa thermal, karena dia bisa menyelesaikan sampah dengan cepat dan volume yang signifikan dan itu yang kita butuhkan," kata Djaka dalam kegiatan webinar Balkoters Talk 'Olah Sampah dengan Teknologi Ramah Lingkungan' di Jakarta, Jumat (15/10)

Teknologi yang digunakan dalam pemusnahan sampah dengan thermal hydrodrive, lanjut Djaka, memanfaatkan Superheated Steam (syntetic gas) menjadi katalisator untuk meningkatkan suhu pada furnace boiler (ruang bakar) sekaligus bahan bakar.

Super heated steam itu juga dimanfaatkan sebagai sumber panas untuk proses pengeringan sampah agar terjadi pembakaran sempurna.

Selain itu, ungkapnya, untuk menjaga agar aman emisi, suhu dari perangkat tersebut dijaga pada suhu 850 derajat celcius, plus ditambah dengan filter asap menggunakan cyclone wet scrubber yang akan menyaring asap pembakaran dengan cyclone dan semburan air untuk menurunkan emisi pada ambang batas yang diizinkan.

"Namun fasilitas ini memang hanya sebagai teknologi, karena yang lebih dari itu, yang ideal yakni adanya pemilahan di hulu atau berkonsep desentralisasi. Sehingga sampah terolah dan musnah di dekat sumbernya, tidak ke TPA yang luas," katanya.

Sementara pada kesempatan yang sama, Project Officer Ambitious City Promises (ACP) ICLEI di DKI Jakarta, Selamet Daroyni, mengungkapkan, pendapat serupa bahwa yang ideal adalah pemilahan sampah dari sumber di mana saat ini baru 49 persen rumah tangga di Indonesia yang memilah sampah untuk menunjang pengolahannya dengan teknologi berkelanjutan.

Pihak ICLEI sendiri, menawarkan pengelolaan sampah dengan proses biokonversi sampah organik Black Soldier Fly (BSF) yang pilot projectnya bisa dilihat di fasilitas BSF di Rawasari, Jakarta Pusat, yang bisa mengolah satu ton sampah organik per hari dengan menggunakan maggot atau belatung black soldier fly.

Fasilitas tersebut, jelas Slamet, mengurangi sampah organik 365 ton per tahun, mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 401.14 tCO2 eq per tahun, dan meningkatkan income ekonomi rumah tangga warga.

"Dalam pengelolaan itu melibatkan kurang lebih tujuh ribu KK. Kita di bulan keenam saat ini kita baru bisa mencapai target 60 persen. Karenanya pemilahan sampah utamanya makanan ini menjadi tantangan yang serius ketika ingin mengelola sampah," ujarnya.

Untuk itu, lanjut Slamet, demi menjalankan pengolahan sampah di Jakarta dengan berkelanjutan dan ramah lingkungan, diperlukan juga penguatan aspek perundang undangan dan kebijakan turunan yang jelas sebagai panduan semua pihak, kelembagaaan yang memadai, skema peran serta masyarakat yang inklusif.

"Model pembiayaan yang akuntabel, hingga teknologi yang ramah lingkungan dan tepat guna. Karena pengelolaan sampah yang berkelanjutan akan berkontribusi terhadap penyelesaian masalah lingkungan di perkotaan dan dapat mendukung upaya penurunan emisi gas rumah kaca," tuturnya.

Sesuai catatan disebutkan, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Perumda Sarana Jaya berencana membangun dua Fasilitas Pengolahan Sampah Antara (FPSA). Pihak Pemprov DKI Jakarta meyakini, dua FPSA yang akan dibangun nantinya akan memberikan dampak besar pada pengelolaan sampah di Ibu Kota.

Ditambahkan, dua FPSA yang dibangun ini bakal memberikan dampak besar pada pengelolaan sampah di DKI Jakarta yang masih mengandalkan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang. Terlebih nantinya, sistem yang dibuat akan ramah lingkungan dan menggunakan teknologi modern. (OL-13)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya