Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PENELITI di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Etty Riani mengungkapkan, perilaku masyarakat yang sembarangan mengkonsumsi paracetamol diduga menjadi penyebab munculnya kandungan paracetamol di Teluk Jakarta.
"Dugaan saya, kenapa ada kontaminasi? Ada kemungkinan ada sebagai ekskresi karena pada masa pandemi ini banyak sekali orang yang sakit demam, dan tentu saja orang membeli paracetamol dari warung," kata Etty dalam konferensi pers yang diselenggarakan secara virtual, Selasa (5/10).
Selain itu, kemungkinan lain bisa juga dari masyarakat yang membeli paracetamol dan tidak dikonsumsi, kemudian membuangnya secara sembarangan.
Baca juga : Soal Parasetamol di Teluk Jakarta, KLHK Mau Panggil 27 ...
Dugaan lainnya yakni adanya industri farmasi dan IPAL yang mengalami kebocoran.
"Selain itu, bisa juga dari pengumpul B3 buang sembarangan. Karena bukan tidak mungkin hal ini bisa terjadi," ungkap dia.
Di luar kemungkinan-kemungkinan yang ada, Etty mengungkapkan bahwa peredaran bebas paracetamol di masyarakat perlu dibatasi.
Pasalnya, selain memberikan dampak buruk pada kesehatan secara langsung, kandungan paracetamol yang terkandung dalam perairan maupun lingkungan masyarakat berpotensi membahayakan kesehatan masyarakat dalam jangka panjang.
"Kekhawatiran bahwa paracetamol di Teluk Jakarta akan berbahaya pada manusia memang kecil dampaknya," ungkap Etty.
"Tapi potensi terus-terusan kalau tidak ditangani, bisa ada gangguan. Tapi menurut saya gangguan lebih ke hati, pencernaan, ginjal dan fisiologis sekunder," pungkas dia.
Baca juga: Kontaminasi Paracetamol di Teluk Jakarta Akibat Konsumsi Berlebihan Warga DKI
Pada kesempatan tersebut, Plt Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK Sigit Relianto mengakui, pengelolaan Teluk Jakarta bukanlah hal yang mudah. Pasalnya, Teluk Jakarta merupakan tempat bermuara 13 sungai yang ada di Jakarta, Bogor, Bekasi dan Depok.
"Teluk Jakarta tempat berkumpul semua muara air sungai. Artinya semua tempat berkumpul pencemaran dari daratan yang ada di sekitarnya," ungkap dia.
Untuk melakukan pengelolaan air yang tercemar, ia menyebut dibutuhkan penanganan yang rumit serta dana yang tidak sedikit. Karenanya, penanggulangan pencemaran menjadi kunci dalam pengelolaan Teluk Jakarta.
"Paling efisien memang melakukan penanggulangan dari sumbernya. Misalnya dari fasilitas pelayanan kesehatan, atau masyarakat, dari pengelolaan bahan obat kadaluarsa. Harus diatur mengenai mekanisme pengelolaan obat kadaluarsa. Semua harus kolaborasi untuk perbaikan air di Jakarta," pungkas dia. (OL-7)
Pengidap migrain jangan mengonsumsi obat selama lebih dari 15 hari dalam sebulan karena bisa menyebabkan medication-overuse headache(MOH) atau sakit kepala akibat dosis obat berlebihan.
"Kami akan dalami dan telusuri sumber pencemarannya dan akan membuat kebijakan untuk mengatasi pencemaran itu," kata Yogi saat dihubungi, Jumat (1/9).
Hal itu dilakukan guna memastikan apakah pencemaran tersebut masih berlangsung sampai saat ini. Pengambilan sampel pernah dilakukan saat riset terakhit 2-17-2-18.
Pihaknya berupaya mengindentifikasi sumber pencemarannya sehingga akan ada langkah yang diambil
Kementerian PUPR menekankan bahwa pembuangan dan pengolahan sampah infeksius sebagai limbah B3, tidak boleh dilakukan sembarangan.
Wagub DKI Ahmad Riza Patria menilai konsumsi masyarakat bukan satu-satunya penyebab dari munculnya kandungan parasetamol di Teluk Jakarta.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved