Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Deteksi Kasus Covid-19 di Jakarta masih Rendah

Hilda Julaika
10/7/2021 20:45
Deteksi Kasus Covid-19 di Jakarta masih Rendah
Warga yang telah balik dari mudik menjalani swab test antigen di Sunter, Jakarta.(Antara/Hafidz Mubarak A.)

EPIDEMIOLOG Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI, Pandu Riono, mengungkapkan kemampuan deteksi kasus covid-19 di Jakarta masih rendah. Hal ini berdasarkan hasil riset serologi per Maret 2021 oleh Tim Pandemi FKM UI.

Hasilnya menunjukkan prevalensi penduduk Jakarta yang pernah terinfeksi covid-19 mencapai 44,5%. Artinya hampir setengah warga Jakarta pernah terpapar virus covid-19. Artinya, dari jumlah 10,6 juta warga Jakarta, sekitar 4,7 juta pernah tertular covid-19.

Namun, dari 4,7 juta tersebut hanya 382 ribu kasus yang terdeteksi. Karenanya, ia menilai Pemprov DKI Jakarta masih memiliki kemampuan deteksi kasus yang rendah.

"Dari kasus terlaporkan itu hanya 382 ribu. Jadi sistem kita yang terdeteksi hanya 8,1%. Yang tak terdeteksi sekitar 91,9% yang positif. Meski testing sangat tinggi tapi belum mampu testing," kata Pandu dalam konferensi pers Diseminasi Hasil Survei Serologi Covid-19 secara virtual, Sabtu (10/7).

Lebih lanjut dijelaskan, hasil survei serologi di Maret kepada 4.919 sampel penduduk ini sebagian besar tidak bergejala. Karena saat diketahui memiliki antibodi positif covid-19 di dalam tubuhnya, mereka mengaku tidak pernah memiliki gejala apapun terutama pada kelompok usia muda. "Mereka tak pernah dites positif. Jadi tidak terdeteksi oleh pemerintah," ujarnya.

Kasus tak terdeksi ini paling besar terjadi pada kelompok anak. Rinciannya, sebanyak 91,3% kelompok usia 1 tahun, kemudian, 96,2% kelompok usia 1-14 tahun, lalu 90,1% kelompok usia 15-49 tahun, dan 90,1% kelompok usia lebih dari 50 tahun. "Terutama kelompok anak pada Maret dan sebelumnya tak dilakukan testing. Maka kelompok ini perlu jadi prioritas testing. Apa suspek atau bergejala. Ini menunjukkan sistem kita belum bsia mendeteksi semua orang yang tidak bergejala juga," ungkapnya.

Selanjutnya, dalam penelitian ini juga menanyakan kepada interviewer yang tak terdeteksi positif covid-19. Pertanyaan terkait apa pernah melakukan pengetesan covid-19, ternyata penduduk yang tak bergejala itu paling besar sekitar 57,4%. "Separuhnya (57,4%) ini punya antibodi covid-19 artinya pernah positif covid-19 tapi tak bergejala. Artinya testing di Jakarta hanya yang bergejala," jelasnya.

Baca juga: Survei Serologi: Setengah Warga DKI Pernah Terinfeksi Covid-19
 

"Kalau yang tak terdeteksi dan bergejala sebesar 34,0%. Ini tantangan meningkatkan strategi testing pada yang bergejala juga," sambungnya. Sementara untuk penduduk yang terdeteksi positif covid-19 dan tidak bergejala sebesar 4,9% serta penduduk yang terdeteksi dan bergejala sebesar 3,8%. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya