Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Penerapan Prokes di Pasar Tanah Abang Kembali Mengendur

Rahmatul Fajri
09/6/2021 18:04
Penerapan Prokes di Pasar Tanah Abang Kembali Mengendur
Ilustrasi pengunjung yang memadati kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta.(MI/Andri Widiyanto)

SUASANA di Pasar Tanah Abang, Jakarta, pada Rabu (9/6) siang tampak ramai. Hujan yang mulai turun membuat jalanan juga macet. Suara klakson mobil dan motor saling bersahutan, membuat situasi menjadi riuh.

Terlihat ratusan orang yang lalu lalang di sekitar pusat grosir tekstil terbesar di Asia Tenggara. Ratusan orang itu tampak lengang, jika dibandingkan periode Ramadan lalu. Saat itu, tercatat 100 ribu orang memadati pasar yang sudah berdiri sejak 1735.

Dari pantauan Media Indonesia, tampak pengunjung meninggalkan pasar dengan membawa hasil belanjaan. Ada pula yang baru datang untuk berbelanja.

Baca juga: Posko Satpol PP di Tanah Abang Dibongkar PKL

Namun, penerapan protokol kesehatan di Pasar Tanah Abang tampak mengendur. Misalnya di Blok B, tampak sejumlah warga tidak mengindahkan protokol kesehatan, seperti memakai masker. Upaya pengecekan suhu tubuh pengunjung juga tidak terlihat, meski ada petugas keamanan yang berjaga di pintu masuk.

Selain itu, Media Indonesia juga tidak melihat petugas yang biasanya mengawasi warga untuk menerapkan protokol kesehatan. Salah satu pedagang, Hanif, 30, mengatakan beberapa bulan lalu petugas gabungan TNI, Polri dan Satpol PP tampak melakukan razia masker. Petugas gabungan dengan tegas menindak orang yang tidak pakai masker.

Baca juga: Awas, RS Rujukan Covid-19 Sudah Terisi 50%

"Didenda Rp250 ribu. Makanya orang-orang pada takut," tutur Hanif.

Menurut Hanif, pedagang mulai longgar dalam penerapan protokol kesehatan. "Dulu karena razia hampir tiap hari, ada yang teriak kalau ada petugas razia. Sekarang rasanya tidak terdengar lagi," imbuhnya.

Diketahui, Indonesia masih menjadi negara dengan jumlah kasus positif covid-19 paling banyak di kawasan Asia Tenggara, yaitu 1,8 juta orang dan berada di urutan ke-18 dunia. Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (Paru) RSUP Persahabatan Erlina Burhan mengatakan penyebab utama kenaikan kasus covid-19 ialah penerapan protokol kesehatan yang mengendur.(OL-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya