Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Ketua DPRD DKI Ungkap Potensi Sabotase di Proyek MRT

Hilda Julaika
25/2/2021 00:20
Ketua DPRD DKI Ungkap Potensi Sabotase di Proyek MRT
Pembangunan fase II MRT Jakarta(Antara/)

KETUA DPRD DKI Jakarta menyoroti lemahnya pengawasan keamanan di lingkungan PT MRT Jakarta sehingga rawan disusupi orang atau pihak tak bertanggung jawab.

Hal tersebut diungkapkan Pras, sapaan karibnya, saat menggelar rapat laporan keuangan dan pertannggung jawaban PT MRT Jakarta. Ia menilai, di tengah pujian operasional MRT dan kelanjutan fase ke II, masih ada yang perlu dibenahi. Pembenahan tersebut salah satunya pengawasan keamanan.

Pras melanjutkan, pernah terjadi kehilangan laptop milik kontraktor Jepang pada 2018. Laptop itu berisi data-data pembangunan sebelum moda raya terpadu beroperasi. Namun tindak kriminalitas itu tidak pernah dilaporkan ke kepolisian.

"Apapun ceritanya MRT ini adalah proyek vital, dan kalau sampai data-data ini ada di tangan orang yang salah bisa bahaya ini. Saya minta Direktur Operasional menjawab kenapa tidak pernah melaporkan ke polisi, jangan bilang tidak tahu, karena saya tahu semua," ujarnya di gedung DPRD DKI Jakarta, Rabu (24/2).

Baca juga : Pempov DKI Pastikan Normalisasi Sungai Berjalan Tahun Ini

Pras memastikan komputer jinjing tersebut merupakan aset negara yang perlu dijaga kerahasiaannya mengingat kerja sama pembangunan MRT yang dijalin Indonesia-Jepang. Pasalnya, jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan maka bukan tidak mungkin dunia akan menyoroti buruknya pengendalian pengawasan pembangunan dan operasional MRT di Jakarta.

"Kenapa tidak dilaporkan ke Polisi? Itu barang negara. Negara dirugikan. Kalau katanya sudah diganti, mengganti memang gampang, tapi pertanggung jawaban kita bagimana? Saya minta pertanggung jawaban, laporkan ke polisi, dan saya minta bukti pelaporan," tuturnya.

Dalam kesempatan itu, Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta Muhammad Effendi mengakui sistem pengamanan di kantor Depo MRT pada saat itu memang belum memadai.

"Jadi itu sudah lama sekali sejak 2018. Seingat saya, mungkin waktu itu pengamanan kami tidak sebaik sekarang, jadi itu kehilangan di kantor Depo. Kita sudah berusaha cari, dan saat itu kita belum ada CCTV. Yang kami lakukan saat itu adalah mengganti," terangnya. 

Di lokasi yang sama, Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengaku akan segera melaporkan kejadian tersebut ke pihak Polda Metro Jaya secepatnya.

"Siap, secepatnya akan kita buat laporan," tandasnya. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya