Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PENGAMAT kebijakan publik Trubus Rahadiansyah mengatakan perlu pertimbangan matang dalam membuka sekolah di Jakarta. Menurutnya, ada dua hal penting jika sekolah di Jakarta akan menerapkan kegiatan belajar tatap muka. Dua aspek tersebut adalah aspek pengawasan dan protokol kesehatan.
“Kalau mengenai belajar tatap muka, harus dipertimbangkan dari dua hal. Satu dari aspek pengawasannya bagaimana itu harus jelas. Ini kan dua pihak, satu peserta didik dan gurunya. Di sisi lain ada orang tua dan pihak Pemprov DKI melalui Dinas Pendidikan. Ini melakukan pengawasannya gimana,” kata Trubus saat dihubungi, Selasa (24/11).
Untuk aspek pengawasan, Trubus menyarankan adanya Satgas Covid-19 di masing-masing sekolah. Satgas inilah yang akan melakukan pemantauan selama kegiatan belajar dan mengajar berlangsung. Adapun beberapa hal yang dipantau seperti penegakan protokol kesehatan, jam belajar yang diperketat dan pengawasan aktivitas lainnya.
“Iya pembatasan jam belajar supaya tak menimbulkan kerumunan. Jam belajar diperketat dan lebih banyak di kelas. Setelah jam belajar langsung pulang, nggak boleh ada kerumunan lagi. Termasuk lingkungan sekitar sekolah. Misalnya, pedagang nggak boleh ada karena timbul kerumunan. Maka satpam harus tegas di situ. Perlu ada Satgas di tiap sekolah,” paparnya.
Baca juga: Sekolah di DKI Tunggu Instruksi Anies Soal Belajar Tatap Muka
Adapun beberapa protokol kesehatan yang harus diperhatikan di antaranya, antarpelajar dan bangku sekolah harus berjarak, rajin mencuci tangan, wajib memakai masker selama di sekolah. Hal-hal seperti ini, sambungnya, harus jelas aturannya di sekolah dan pihak yang membuat aturan tersebut.
“Nanti misalnya ada anak tak pakai masker itu bagaimana? Apakah sekolah menyediakan atau kalau berapa kali nggak pakai masker ada sanksinya nggak di situ. Seperti dihukum menyapu lantai, membersihkan ruang kelas, toilet dll. Kan harus ada sanksi sekaligus memberikan pendidikan,” paparnya.
Sementara itu, Fraksi Gerindra menilai pembukaan sekolah perlu pertimbangan-pertimbangan yang matang. Menurut Ketua Fraksi Gerindra DPRD DKI Rani Mauliani pembukaan sekolah bukanlah hal yang mudah dilakukan. Pemprov DKI Jakarta diminta melakukan kajian mendalam untuk mmebuka pendidikan tatap muka di Ibu Kota.
“Saya rasa pembukaan sekolah itu perlu dipertimbangkan secara matang. Tidak semudah itu membuka kembali sekolah hanya memikirkan aspek psikologis tanpa mempertimbangkan aspek biologisnya juga dengan cermat,” kata Rani saat dihubungi, Selasa (24/11).(OL-5)
Studi baru menunjukkan peningkatan signifikan dalam komplikasi penyakit terkait alkohol di kalangan perempuan paruh baya selama periode pandemi covid-19.
Kasus peningkatan signifikan mata minus atau Myopia Booming kini menjadi perhatian serius, terutama karena dapat berdampak buruk pada masa depan anak-anak
Sebuah studi menunjukan selama pandemi Covid-19 terjadi peningkatan rawat unap untuk remaja berusia 12 hingga 17 tahun karena gangguan makan.
Produk skincare dan kesehatan menjadi bagian dari kebutuhan masyarakat, terutama kaum perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh tren kecantikan dan gaya hidup sehat.
Instansi di lingkungan Pemkab Tasikmalaya diharapkan bisa berkoordinasi dan bersinergi dengan gencar melakukan sosialisasi
Di Kabupaten Cianjur belum ditemukan adanya kasus covid-19. Namun tentu harus diantisipasi karena diinformasikan kasus covid-19 kembali melonjak.
Politikus Partai Persatuan Pembangunan Hasbiallah Ilyas mendukung pembukaan sekolah tatap muka di zona hijau covid-19.
"Karena memang kita tak ingin sekolah jadi klaster baru sebagaimana di negara-negara lain yang dirasa aman," ungkap Ariza
PEMPROV DKI Jakarta belum bisa memastikan kapan kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah dibuka kembali.
Pemprov DKI Jakarta akan melakukan kajian dan membahasnya dengan lintas SKPD.
Anies mengatakan belum bisa memastikan kegiatan tatap muka sekolah kapan bisa dilaksanakan karena harus melihat dulu perkembangan pandemi Corona Virus Desease 2019 (COVID-19).
Menurutnya, jenjang-jenjang yang lebih rendah nantinya akan secara bertahap dibuka setelah ada keputusan yang lebih lanjut.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved