Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

NasDem Restui Anies Pakai Dana PEN untuk Atasi Sampah

Putri Anisa Yuliani
22/11/2020 18:45
NasDem Restui Anies Pakai Dana PEN untuk Atasi Sampah
.(Antara)

Wakil Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Nova Harivan Paloh setuju dengan rencana Pemprov DKI terkait penggunaan dana pinjaman Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk penanggulangan sampah.

Salah satu program yang akan dihadirkan untuk penanggulangan sampah menggunakan dana PEN tahun depan adalah pembangunan 'landfill mining' dan 'Reduce Derived Fuel' (RDF) di TPST Bantargebang.

Untuk pembangunan RDF dan 'landfill mining' ini Pemprov DKI Jakarta sudah mengalokasikan dana sebesar Rp96 miliar.

"Sementara itu, untuk tahun depan dananya Rp600 miliar," kata Nova saat dihubungi Media Indonesia, Minggu (22/11).

 

Anggota Fraksi Partai NasDem itu menyebut, total dana dari pinjaman PEN yang keseluruhan yang dialokasikan untuk penanggulangan sampah di DKI adalah Rp1 triliun.

 

Untuk RDF ini menurutnya adalah salah satu inovasi dari Pemprov DKI yang harus didukung dalam rangka penanggulangan sampah.

 

"Nanti kan ini kapasitasnya seribu ton. Ini cukup besar meskipun lebih kecil dari ITF yang berkapasitas 2.200 ton. Kita tahu sendiri kapasitas Bantargebang sudah sangat penuh ya. Harus banyak program penanggulangan sampah yang saling disinergikan oleh Pemprov DKI," ungkapnya.

Namun, Nova menegaskan Pemprov DKI Jakarta harus berkoordinasi dengan pemerintah pusat terkait penggunaan dana PEN untuk penanggulangan sampah.

"Harus ada komunikasinya juga ke pemerintah pusat. Harus ada persetujuan," ujarnya.

Dihubungi terpisah, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang Asep Kuswanto menjelaskan dua fasilitas itu akan dapat mengolah masing-masing hingga seribu ton sampah per hari.

 

"Bedanya untuk 'landfill mining' adalah untuk sampah lama yang sudah ditumpuk dan diproses sedemikian rupa. Sementara untuk RDF untuk sampah-sampah baru, baru masuk ke Bantargebang," kata Asep.

 

Asep menjelaskan, pembangunan 'landfill mining' berkapasitas seribu ton itu memerlukan lahan yang luas.

 

"Perlu pembebasan lahan kira-kira 1 hektare. Lalu sisanya untuk bangun RDF," jelasnya.

Dana pembangunan dua fasilitas pengolahan sampah bersistem 'waste to energy' ini akan diajukan dalam pembahasan APBD 2021.

"DKI kan mendapat dana pinjaman Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebesar Rp12,5 triliun itu. Nah, Rp1 triliun adalah untuk pengolahan sampah. Kita harapkan itu bisa dari situ," imbuhnya.

Baik 'landfill mining' maupun RDF sama-sama menghasilkan energi yang bisa mensubstitusi energi batu bara yang selama ini banyak digunakan pada industri berat seperti pabrik semen. Sebelumnya, sudah ada 'landfill mining' berkapasitas 100 ton yang ada di Bantargebang yang diujicobakan pada salah satu produsen semen dan disambut positif oleh pihak swasta tersebut.

"Alhamdulillah dari uji coba 'landfill mining' selama ini, kami kirim 5 truk per hari itu tidak ada masalah. Hasilnya bagus. Tapi karena ini masih uji coba kami belum bicara pendapatan. Nanti setelah ini dibangun besar, terpadu, memiliki market jelas, barulah bisa bicara komersial. Harapannya memang selain bisa mengatasi permasalahan sampah, fasilitas ini juga bisa mendatangkan pendapatan," tandasnya.(put)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Polycarpus
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik