Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Covid-19 di DKI Melonjak, PSI Desak Pasar Tradisional Dibenahi

Putri Anisa Yuliani
10/7/2020 12:40
Covid-19 di DKI Melonjak, PSI Desak Pasar Tradisional Dibenahi
Pasar Induk Kramat Jati Jakarta(Antara/Indrianto Eko Suwarso)

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta tampaknya belum serius membenahi protokol kesehatan di pasar tradisional yang merupakan titik episentrum penyebaran virus covid-19 di Jakarta. Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) DPRD DKI Jakarta mendesak Gubernur Anies Baswedan segera membenahi pasar tradisional agar penyebaran virus covid-19 dapat dikendalikan.

“Kita butuh terobosan dan ketegasan untuk memutus rantai penyebaran virus covid-19. Sekarang ini virus covid-19 dari pasar tradisional sudah merambah ke pemukiman sekitar. Kalau tidak dibenahi lonjakan kasus akan terus terjadi,” ujar anggota Fraksi PSI DPRD DKI Jakarta William Aditya Sarana dalam keterangan resminya, Jumat (10/7).

William yang melakukan pantauan langsung ke Pasar Cengkareng menemukan belum ada ketentuan pasti terkait pembatasan pengunjung pasar hingga 50%. Padahal sejak aturan ganjil genap kios pedagang dihapus, kapasitas pengunjung pasar ini akan diawasi dan diperketat.

Pengerahan 5.000 Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk memantau juga masih belum menjamin pelaksanaan protokol kesehatan akibat buruknya sistem ventilasi dan minimnya jarak antarlapak pedagang, sehingga risiko penularan covid-19 tinggi.

Baca juga: Fraksi NasDem Minta Anies Tetap Prioritaskan Pengendalian Banjir

William juga mendapati pos pemantauan pengunjung dilakukan di samping parkiran motor dan bukan di pintu masuk pasar. Ini menyebabkan pengunjung yang berjalan kaki dapat mudah lolos dari hitungan. Pengelola pasar juga tidak punya hitungan pasti berapa jumlah pengunjung yang diperbolehkan masuk ke dalam pasar.

“Diperkirakan 500 pengunjung boleh masuk pasar, tapi itu hanya tebakan pengelola pasar saja. Tapi bagaimana mau dibatasi kalau tidak ada yang menghitung,” jelasnya.

Saat mengunjungi pasar, William mendapati sekitar 10 ASN yang bertugas berkeliling. Ini jauh dari klaim akan ada 50 ASN per pasar yang diturunkan ke lapangan.

“ASN memang sudah bertugas, tapi fungsinya belum optimal. Banyak pedagang hanya memakai masker, tidak pasti apa cukup pakai masker atau wajib pakai face shield dan sarung tangan seperti anjuran Kemenkes,” kritiknya.

Meski demikian William memuji langkah Pemprov DKI yang membekali setiap ASN yang bertugas dengan swab test dan perlengkapan masker serta face shield.

Selanjutnya, ujar William, pelaksanaan tes usap ini harus terus digalakkan. Bukan hanya untuk petugas ASN, tapi juga pedagang dan pekerja pasar, termasuk kuli dan petugas parkir.

“Kita harus bersama-sama memutus rantai penyebaran virus covid-19 di pasar tradisional. Pembeli harus didorong untuk tidak setiap hari berbelanja ke pasar. Penjual juga harus diajarkan untuk mulai berjualan online agar interaksi tatap muka berkurang,” tegasnya.

Dalam seminggu terakhir terjadi lonjakan penambahan kasus positif covid-19 di Jakarta, dari sebelumnya 100-an kasus per hari menjadi 200-300 kasus per hari. “Kemarin Jakarta mencatat rekor penambahan 357 kasus per hari," tambahnya.

Menurutnya, Pemprov DKI harus melakukan langkah nyata dalam menekan penyebaran covid-19. "Kalau tidak ada langkah nyata pemutusan penyebaran di pasar tradisional, saya khawatir peningkatan covid-19 akan terus terjadi,” pungkas William. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bude
Berita Lainnya