Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Masyarakat Punya Andil Cegah Ulah Negatif Oknum Geng Motor

Tri Subarkah
12/11/2019 18:24
Masyarakat Punya Andil Cegah Ulah Negatif Oknum Geng Motor
Ilustrasi geng motor(MI)

AKSI kejahatan yang dilakukan oleh geng motor kembali terjadi di Jakarta. Teranyar, Mika Natalida Zebua, 24, seorang satpam tewas dibacok anggota geng motor pada Minggu (10/11) dini hari di Rorotan Jakarta Utara.

Polisi berhasil membekuk empat pelaku yakni, AJ (17), JS (19), MCAR (18), dan AGA (17).

Kriminolog Universitas Budi Luhur, Chazizah mengatakan, untuk menekan aksi kejahatan geng motor, Chazizah meminta masyarakat tidak hanya mengandalkan pihak kepolisian. Pasalnya, polisi memiliki keterbatasan dalam melakukan operasi atau razia.

"Seberapa banyak dan sering sih personel polisi melakukan operasi itu? Kejahatan kan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Jadi sebenarnya polisi memang harus sering-sering melakukan operasi atau razia, tapi dari masyarakat sebenrnya harus mawas juga, ada pencegahan juga dari masyarakat," terangnya kepada Media Indoensia, Selasa (12/11).

Sebagai contoh, Chazizah menyebut masyarakat dapat memanfaatkan sistem panic button untuk mempercepat penanganan tindak kriminal. Meskipun menurutnya, sistem tersebut belum tersosialisasi ke semua masyarakat.

Baca juga : Polres Jakarta Utara Buru Geng Oyy-Oyy sampai ke Akar-Akarnya

Di sisi lain, Chazizah menjelaskan, maraknya tindak kriminal yang dilakukan oleh geng motor sebenarnya merupakan bentuk kejahatan kekerasan. Namun, penggunaan motor dalam melancarkan aksinya menimbulkan peyorasi terhadap geng motor itu sendiri.

"Kalau kita lihat sebenernya definisi geng motor kan sebenrnya tidak selalu dikaitkan dengan hal negatif, seperti yang suka otomotif misalnya. Ini ada subkultur atau segelintir orang melakukan aksi kejahatan dengan menggunakan motor, akhirnya label yang ada di masyarakat melihat itu sebagai geng motor dan label ini dicap negatif terhadap komunitas geng motor yang ada," kata Chazizah

Konsep geng yang terdiri lebih dari satu orang, kata Chazizah, turut menimbulkan rasa kekuatan di antara para anggotanya, sehingga lebih berani melakukan aksi kejahatan.

"Sekarang identik di kalangan remaja yang naik motor di pinggir jalan terus iseng memanfaatkan kondisi malam, ada banyak kasusnya. Karena mereka berkelompok, mereka merasa memiliki kekuatan dan satu sama lain merasa secara pisikologis 'oke gue kuat nih', timbullah tadi misalnya rasa iseng," paparnya.

Penggunaan sepeda motor juga bukan tanpa alasan. Selain karena mudah didapatka karena cicilannya lebih murah dibanding mobil, pelaku tindak kejahatan geng motor beranggapan mampu dengan mudah kabur dari kejaran polisi. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya