Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
PENGAMAT perkotaan dari Universitas Trisakti Nirwono Joga memandang persoalan warga ibu kota yang belum memiliki sanitasi memadai sebagai fenomena gunung es.
Pernyataan ini disampaikan Nirwono untuk menanggapi masih adanya warga di DKI Jakarta di antaranya di Grogol, Jakarta Barat, yang belum memiliki fasilitas sanitasi memadai.
Menurutnya, semua pihak termasuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak hanya bisa melihat masalah ini parsial pada ketiadaan sanitasi.
Sebab, persoalan ini jauh lebih besar dari sanitasi. Ia menegaskan Pemprov DKI harus menerima kenyataan masih banyaknya kampung kumuh di Jakarta dan hingga saat ini belum ada daya upaya untuk menata kampung tersebut.
Menurut UU No 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakaturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan, serta sarana dan prasarana tidak memenuhi syarat.
"Perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai tempat hunian," kata Nirwono saat dihubungi Media Indonesia, Selasa (8/10).
Bahkan dari data Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Badan Pertanahan Nasional (BPN), permukiman kumuh di Jakarta tersebar di 118 dari 267 kelurahan (45%) dengan luas keseluruhan mencapai 1.005,24 hektare. Sebaran permukiman kumuh di Jakarta Utara 39%, Jakarta Barat 28%, Jakarta Selatan 19%, Jakarta Timur 12%, Jakarta Pusat 11%, dan Kepulauan Seribu 1%.
Baca juga: Soal Sanitasi, NasDem: Anies Gagal Bereskan Kampung di Jakarta
Nirwono menyebut untuk melihat persoalan sanitasi itu, Pemprov DKI terlebih dulu harus melihat kelegalan tempat tinggal penduduk.
"Cek regulasi peruntukkan kampung tersebut di dalam Peraturan Daerah No 1 tahun 2014 tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Wilayah dan Peraturan Zonasi untuk apa, permukimankah atau RTH bantaran kali dan sebagainya," tuturnya.
Jika warga memiliki sertifikat dan peruntukkan bangunan telah sesuai perda, Pemprov DKI harus melakukan penataan ulang atau meremajakan kampung tersebut.
Penataan bisa dilakukan dengan merevitalisasi menjadi hunian vertikal maksimal lima lantai dan dibarengi pembangunan infrastruktur jalan, saluran air bersih maupun air limbah, dan saluran pipa gas serta pencegahan kebakaran yang memadai.
"Jika tidak sesuai peruntukan, kampung tersebut harus direlokasi ke permukiman terdekat berupa rusunami dan lahan tersebut dikembalikan sesuai fungsi peruntukan sekaligus menata ulang kalinya," tegas Nirwono.
Langkah ini bisa diterapkan di seluruh kawasan kampung padat penduduk di Jakarta. Menurutnya, hingga saat ini masih banyak permukiman padat kumuh di Jakarta.
Ia juga menyebut untuk menata kawasan kampung harus dilakukan pemetaan sosial karena masing-masing punya karakter berbeda. Pendataan dilakukan pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat.(OL-5)
Bukan hanya bermanfaat bagi kesehatan tulang saja, ternyata Vitamin K juga sangat memiliki manfaat yang baik bagi kesehatan tubuh lainnya.
Penerapan intervensi pada pemaknaan kesehatan atau Health Belief Model dapat membantu efektivitas program kesehatan.
Membangun komunikasi terbuka dan transparan berdasarkan penelitian ilmiah menawarkan peluang nyata untuk memengaruhi pilihan gaya hidup merokok di antara penduduk Indonesia.
Beberapa penyakit kuno seperti Rabies, Trakoma, Kusta, TBC, dan Malaria masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia.
Menggunakan talenan yang sama untuk sayur dan daging bisa menyebabkan kontaminasi silang berbahaya seperti Salmonella. Simak tips mencegahnya berikut.
Adapun ruang lingkup kerja sama yang dilakukan yaitu pengembangan sistem klaim digital dan pengembangan sistem pembayaran kepada seluruh fasilitas kesehatan.
Vinilon membangun sistem perpipaan dari hulu ke hilir dan sarana air bersih yang memadai sepanjang 4,5 km di Desa Banuan, Nusa Tenggara Timur.
210 pondok pesantren di wilayah Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur menunjukkan bahwa hanya 54% pesantren yang memiliki akses terhadap air bersih yang layak,
Tujuannya untuk menarik investasi asing dari beberapa negara, seperti Turki, Tiongkok, dan Eropa yang memiliki minat berinvestasi di bidang air di Tanah Air.
Selama bertahun-tahun, masyarakat di wilayah Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen sangat bergantung pada suplai air donasi dari perusahaan yang berada di sekitar warga.
Kondisi ini menuai keluhan dari warga. Rani, 36, warga Perumahan Taman Raya, mengaku kesulitan menjalani aktivitas sejak pagi lantaran air di rumahnya tidak mengalir.
Sungai Akelamo dan Danau Karo, dua sumber air warga Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, menunjukkan kualitas yang sangat baik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved