Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Jualan di Pedestrian, PKL Jatibaru Mengaku Bayar Iuran Rp1 Juta

Ferdian Ananda Majni
06/9/2019 17:01
Jualan di Pedestrian, PKL Jatibaru Mengaku Bayar Iuran Rp1 Juta
Pengendara melintas di pedestrian Jati Baru, Tanah Abang, Jakarta, yang dipadati pedagang, Kamis (5/9/2019).(MI/Saskia Anindya Putri )

PEDAGANG kaki lima (PKL) di pedestrian di kawasan Jalan Jatibaru Raya, Tanah Abang, mengaku akan terus berjualan meski kerap dibersihkan oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Pasalnya, mereka mengaku sudah membayar iuran kepada pihak yang mengklaim sebagai pemilik lahan.

"Jadi yang lapak dalam itu saya bayar Rp4 juta. Untuk luar ini (jalur pedestrian) bayar juga Rp1 juta per bulan," kata seorang pedagang, Khairul, Jumat (6/9).

Khairul tidak menjelaskan, kepada siapa pembayaran iuran mengunakan lapak di pedestrian. Begitu juga menolak adanya upah yang diberikan kepada preman atau bekingan.

"Enggak ada bekingan atau bayar preman. Yang bayar preman juga lari kalau ada razia Satpol PP," sebutnya.

Menurutnya, tarif pembayaran untuk setiap lapak PKL berbeda-beda. Oleh karena itu, mereka tetap nekat berdagang meskipun terus dikejar Satpol PP.

"Kita taruh saja di situ. Kalau ada petugas kita pindahin. Soalnya kalau semua barang di dalam enggak terlihat sama pembeli," ujarnya.

Seorang pedagang pakaian mengaku menggunakan lapak di pedestrian dengan membayar iuran. "Kita cuma nyari makan. Kalau enggak jualan, bagaimana mau makan dan bayar (lapak jualan)," sebutnya.

Baca juga: Polisi Tangkap Pemalak Kendaraan di Tanah Abang

Seorang petugas Satpol PP yang meminta tidak disebutkan namanya membenarkan adanya preman yang menghalangi petugas Satpol PP saat penertiban. "Ya ada, mereka dibayar sama PKL. Beking jaga-jaga. Kita juga sering bersitegang sama dia," paparnya.

Di menambahkan, preman yang kerap beraksi di wilayah Jatibaru Raya merupakan warga yang bermukim di kawasan tersebut. "Biasalah mengaku warga sini, jadi minta uang keamanan, jatah sama pedagang," lanjutnya.

Dia menegaskan, selama permukiman masih ada di kawasan Jatibaru, aksi premanisme dengan modus menjaga keamanan dan meminta retribusi kepada PKL akan tetap ada. "Itu mereka dari belakang sana," kata dia. (X-15)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Henri Siagian
Berita Lainnya