Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
KEPALA Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Tri Handoko Seto mengungkapkan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk mengatasi pencemaran udara menelan dana Rp132 juta per hari.
Menurut Tri, dana itu tidak langsung didapat oleh BBTMC dari pengguna saat hendak menerapkan TMC. Dana akan disetorkan pengguna ke negara dan BBTMC hanya mengambil seperlunya untuk pemanfaatan TMC berbagai kasus.
"Jadi Rp132 juta itu per hari. Dalam satu hari kita bisa dua sampai tiga kali terbang untuk penyemaian atmosfer dalam rangka modifikasi cuaca. Biasanya biaya yang kami ambil hanya untuk bahan, pesawat dan personel," kata Tri saat dihubungi Media Indonesia, Sabtu (3/8).
Menurutnya, modifikasi cuaca untuk menangani pencemaran udara tidak memiliki dampak negatif jika berhasil dilakukan.
"Tidak ada ya. Kalau berhasil dilakukan justru sangat positif bisa mengatasi pencemaran udara dalam jangka pendek karena mengangkat polutan ke atmosfer yang lebih tinggi dan menjernihkan udara di lapisan bawahnya," ungkapnya.
Baca juga: Atasi Polusi Udara Jakarta dengan Pendinginan Suhu Atmosfer
Sementara itu, jika tidak berhasil, Tri menyebut dampak negatif lainnya ialah polusi semakin bertambah.
"Karena ada kontribusi asap dari pesawat itu tadi ya. Tapi kecil sekali sih kalau itu. Tidak sebesar pencemaran yang sudah ada di Jakarta saat ini," ungkapnya.
Pihaknya tidak bisa menjamin keberhasilan TMC untuk menangani pencemaran udara. Sebab, kondisi atmosfer dan cuaca cenderung berubah setiap saat.
"Tidak bisa kami persentase berapa besar keberhasilannya. Karena kondisi selalu berubah. Karena itu sebelum melalukan modifikasi cuaca, dilakukan pemantauan juga terus dilaksanakan untuk mendukung keberhasilan TMC," tegasnya.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membuka opsi untuk menerapkan TMC guna mengatasi pencemaran udara di Ibukota.
Pencemaran udara di Jakarta diketahui memburuk beberapa pekan terakhir dibuktikan dari hasil pemantauan situs pemantau kualitas udara Air Visual. Jakarta menempati peringkat pertama kota dengan kualitas udara terburuk setiap paginya.(OL-5)
Hal yang harus dilakukan adalah menjalin kerja sama antar negara.
Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dianggap sebagai salah satu solusi untuk mengerjakan berbagai tugas dan memecahkan masalah.
"Tuntutan kita tidak banyak. Di masa pandemi seperti ini tentunya kita sangat keberatan adanya pemutusan kontrak. Kita tidak menuntut pesangon, kita hanya minta dipekerjakan kembali."
Handoko menyebut bahwa dalam kontrak yang ditandatangani para awak sudah tertera kesepakatan itu. Para awak juga bisa memutus atau mengakhiri kontrak mereka secara sepihak.
Satu unit teknologi Arsisnum diperuntukkan bagi Rumah Singgah Gelora Serayu Banyumas, sebuah rumah yang digratiskan bagi keluarga pasien yang menunggu di RS.
Saat ini operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) sedang berlangsung di Kalimantan Barat sejak 17 September 2021
Program ini tidak hanya berfokus pada edukasi publik, tetapi juga memfasilitasi jembatan langsung antara masyarakat dan ruang-ruang pengambilan kebijakan.
Polusi udara yang semakin memburuk di Jakarta, menjadi salah satu penyebab meningkatnya kasus radang tenggorokan di masyarakat.
Partikel PM2.5 dan PM10 yang dapat menyebabkan infeksi pernapasan, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), mengi, asma sampai kematian berlebih termasuk sakit jantung.
Polusi udara berisiko menyebabkan asma, ISPA, penyakit kardiovaskular, penyakit paru sampai dengan resisten insulin pada kelompok usia muda seperti anak-anak dan remaja.
Paparan polusi udara berisiko menyebabkan asma, ISPA, penyakit kardiovaskular, penyakit paru sampai dengan resisten insulin pada kelompok usia muda seperti anak-anak dan remaja.
Kualitas udara Jakarta tercatat berada pada urutan kedua sebagai kota paling berpolusi di Indonesia, setelah Tangerang Selatan, Banten dengan poin 191.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved