Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
TAUFIK, 52, tak peduli dengan kesemrawutan yang terjadi sejak pagi hingga malam hari di trotoar Jalan Jati Baru, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Setiap hari, ia hanya berpikir bagaimana dagangannya bisa laku. Pedagang kaki lima di trotoar Tanah Abang itu mengaku tidak ingin pindah dari tempatnya mencari penghidupan saat ini. "Saya tidak tertarik untuk pindah ke jembatan penyeberang-an multiguna (JPM). Dari dulu sudah berjualan di sini, betah di sini, dan tidak akan mau berjualan di jembatan meski dipaksa," tandasnya.
Taufik tidak sendiri. Ada puluhan PKL yang tetap nekat berjualan di trotoar Jalan Jati Baru. Tidak nyaman memang, karena mereka harus kucing-kucingan dengan petugas Satuan Polisi Pamong Praja, yang sering melakukan razia. Mereka juga tidak peduli dengan keluhan pejalan kaki. "Dari dulu juga sudah desak-desakan. Namanya pasar pasti desak-desakan," kilah Taufik.
Meski JPM Tanah Abang sudah difungsikan untuk menampung PKL, kondisi trotoar Jalan Jati Baru, sampai kemarin, masih tetap disesaki PKL. "Setelah ada JPM dan sebelumnya tetap sama saja. Semrawut, karena banyak yang berdagang di trotoar," keluh Indri, 27, pejalan kaki.
Adanya PKL di trotoar, lanjutnya, sangat mengganggu pejalan kaki. "Kasihan warga yang buru-buru karena jalan mereka jadi tersendat."
Berbeda dengan Taufik, Ridho, 35, mengaku bersyukur bisa berdagang di JPM Tanah Abang. Selain lebih tenang mengais rezeki, pedagang pakaian wanita itu juga mengaku omzet dagangnya meningkat daripada saat masih berjualan di badan Jalan Jati Baru.
Baca Juga: Cegah Golput, Ancol Siapkan Diskon Tiket
"Omzetnya bisa meningkat 15% sehingga laba bersih yang bisa kami bawa pulang juga bertambah. Dari hari ke hari, jumlah konsumen yang datang ke JPM ini terus meningkat," tambahnya.
Ia menilai dengan berjalan dan berbelanja di JPM Tanah Abang, warga merasa lebih nyaman karena tidak kepanas-an dan kehujanan. Kondisi itu membuat Ridho betah berdagang di JPM Tanah Abang.
Pedagang lain, Rini, 29, juga mengaku baju anak jualannya laris manis di JPM Tanah Abang. "Penghasilan saya naik. Banyak pembeli yang merupakan penumpang KRL dan Trans-Jakarta, karena jembatan ini terintegrasi dengan dua moda itu," tuturnya.
Nyamannya berbelanja di JPM diungkapkan Faridah, 40, warga. "Tidak perlu berdesak-desakan seperti saat di bawah dulu. Tidak perlu khawatir juga kesenggol mobil atau sepeda motor. Di sini berbelanja lebih nyaman dan tenang," paparnya.
JPM Tanah Abang mulai dioperasikan untuk PKL pada 7 Desember 2018. Jembatan sepanjang 386 meter dengan lebar 12,6 meter ini dibangun dengan dana APBD DKI Jakarta. Ada 446 pedagang yang berjualan. (*/J-3)
Peristiwa ini bermula pada pukul 23.40 WIB saat tim opsnal mendapat laporan adanya korban yang ditemukan dalam kondisi tergeletak dan penuh darah di trotoar
POLISI menggerebek kamar indekos yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan obat keras di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Seorang pria berinisial DS ditangkap.
Pakar Hukum Pidana dari Universitas Trisakti Abdul Fickar Hadjar mengatakan jukir liar bisa dijerat pidana jika mematok tarif parkir tinggi bahkan memaksa pengendara membayar.
POLISI mengungkap peredaran uang palsu yang berawal dari penemuan tas di gerbong kereta rel listrik (KRL) tujuan Rangkasbitung. Dalam kasus ini, delapan orang pelaku berhasil ditangkap.
Firdaus mengatakan, korban belum membuat laporan polisi terkait peristiwa yang terjadi. Namun pihak kepolisian tetap menyelidiki kasus tersebut.
MAYAT bayi ditemukan warga di Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada Selasa (25/3). Bayi yang diketahui berjenis kelamin perempuan tersebut ditemukan dalam tumpukan sampah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved