Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
MERAYAKAN ulang tahun ke-10, Teater Pandora mempersembahkan Constellations, sebuah produksi pertunjukan teater di museum yang dihadirkan bersama mitra penyelenggara, Museum MACAN. Mengadaptasi naskah karya dramawan Inggris, Nick Payne, Constellations menjadi produksi skala terbesar dalam kampanye #MempermainkanRuang—sebuah inisiatif dari Teater Pandora dalam membawa seni pertunjukan ke ruang-ruang publik untuk menciptakan pengalaman yang lebih imersif dan aksesibel. Disutradarai oleh Yoga Mohamad, Constellations akan berlangsung pada tanggal 13–15 Desember 2024 di Museum MACAN, Jakarta.
Mengangkat tema yang menggabungkan kisah cinta, eksistensialisme, serta ide tentang multiverse, Constellations berkisah tentang romansa antara Marianne, seorang ahli fisika, dan Roland, seorang peternak lebah yang digambarkan melalui serangkaian adegan pendek dengan alur non-linear. Produksi Constellations oleh Teater Pandora dan Museum MACAN merupakan adaptasi dalam konteks dan Bahasa Indonesia pertama yang diakui secara resmi oleh agen lisensi Nick Payne, Curtis Brown.
Tak hanya menerjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia, adaptasi ini juga memberikan penawaran baru dari segi penyutradaraan, keaktoran, artistik, serta offstage experience bagi penonton. Inovasi ini mengupayakan pengalaman imersif bagi penonton, bahkan sejak memasuki area depan Museum MACAN.
Berbeda dengan format asli Constellations yang dimainkan oleh sepasang aktor untuk seluruh versi multiverse, Teater Pandora memilih tiga pasang Marianne dan Roland yang melambangkan sifat transenden dari multiverse—di mana bentuk fisik seseorang mungkin berbeda, tetapi esensi diri dan pengalaman cinta tetap universal.
Co-Founder Teater Pandora & Director of Constellations, Yoga Mohamad menambahkan, “Keputusan penyutradaraan ini sekaligus menjadi perayaan tiga generasi aktor di Teater Pandora. Masing-masing pasangan menjadi kesatuan ansambel yang mewakili fase kehidupan Marianne dan Roland, melambangkan cinta, pertemuan, rindu, kehilangan, serta perpisahan.” Selain inovasi tersebut, Teater Pandora juga mempertahankan beberapa pendekatan dalam pengadeganan, salah satunya adegan di sebuah fase kehidupan Marianne dan Roland di mana mereka harus berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Dalam hal ini, Teater Pandora bekerja sama dengan teman tuli sebagai sign language coach.
Salah satu interpretasi artistik yang sangat dekat dengan naskah ini juga mencakup penggarapan musik. Pada Constellations, Marianne sebagai ahli fisika membahas string theory yang dianalogikan seperti permainan dawai dalam alat musik. String theory dalam hal ini juga merujuk pada jalan kerja alam semesta yang serupa dawai, bahwa ketika ia ‘dipetik’ atau direspons, maka ia memberikan energi atau dawai. Pengarah musik Teater Pandora menggunakan instrumen string seperti piano, biola, dan cello untuk menerjemahkan konsep ini.
Berkolaborasi dengan Benang Merah untuk mendukung konsep multiverse yang diwakili oleh tiga pasang aktor, kostum untuk Marianne dan Roland mengusung konsep naturalis atau gaya busana sehari-hari.
Co-Founder Teater Pandora sekaligus Costume & Make-Up/Hairdo Manager, Maharani Megananda memaparkan, “Kami ingin memperkuat pesan bahwa Marianne dan Roland adalah representasi dari kita semua, manusia biasa dengan problematika kehidupan yang unik, tetapi perasaan di dalamnya terasa universal. Kostum ketiga pasang aktor pada dasarnya serupa, namun diberi sentuhan detail berbeda sesuai fase kehidupan masing-masing, menegaskan gagasan bahwa pakaian mereka ‘tumbuh’ bersama perjalanan hidup mereka.”
Salah satu ciri khas #MempermainkanRuang Teater Pandora adalah upaya untuk merespons format ruang non-konvensional tanpa menghilangkan bentuk aslinya. Produksi Constellations tidak membangun set panggung seperti di gedung pertunjukan, tetapi mengadopsi konsep panggung modular sebagai interpretasi Teater Pandora terhadap naskah.
Art Director Teater Pandora, Janetta Indrayani menjelaskan, “Cinta, duka, dan kenangan dalam Constellations digambarkan sebagai kepingan-kepingan fragmen yang tersebar, lalu menyatu kembali sebagai satu pengalaman manusia yang utuh. Merepresentasikan hal tersebut, kami membangun panggung-panggung modular mini yang tersebar di beberapa titik untuk dapat dipindahkan oleh aktor mengikuti plot cerita. Panggung modular mini yang menyatu di akhir cerita ini menggambarkan keutuhan memori Marianne tentang dirinya dan Roland.” Konsep kesementaraan tersebut juga diwakili oleh penataan cahaya sebagai penanda waktu. Pilihan warna yang semakin sendu dalam setiap fragmen cerita, turut memperkuat penggambaran memori dari setiap karakter, menggambarkan keindahan, keputusasaan, serta kemungkinan tak terbatas dalam Constellations.
Berkolaborasi dengan Ficcionaire dan Yang Creative Lab, Teater Pandora menyuguhkan pengalaman pra-pertunjukan, “INTO THE SIXTH” di area Museum MACAN. Penonton diajak mempersiapkan diri untuk sebuah transformasi, yakni menjadi makhluk dimensi keenam yang mampu melihat dan merasakan adanya multiverse. Dirancang sebagai pengantar menuju pementasan Constellations, pengalaman offstage ini membawa penonton melalui perjalanan imersif melintasi lima dimensi pertama: garis, area, volume, waktu, dan kemungkinan. Pada akhirnya, penonton akan siap melangkah ke dimensi keenam, tempat pertunjukan Constellations dimainkan untuk mendalami koneksi manusia dengan segala kemungkinan tak terbatasnya.
Informasi lebih lanjut mengenai Constellations, kunjungi laman teaterpandora.id/show atau akun Instagram @teaterpandora dan @museummacan. Aset visual dan siaran pers dapat diunduh melalui bit.ly/constellations-presskit. (Adv)
SEBUAH pertunjukan teater yang diadaptasi dari naskah karya dramawan Inggris, Nick Payne, dengan judul Constellations, hadir di Jakarta. Diproduksi oleh Teater Pandora,
Constellations oleh Teater Pandora dan Museum MACAN merupakan adaptasi dalam konteks dan Bahasa Indonesia pertama yang diakui secara resmi oleh agen lisensi Nick Payne, Curtis Brown.
Museum yang efektif tidak hanya berfungsi sebagai penjaga artefak, tetapi juga sebagai ruang interaktif yang mendukung pembelajaran, inovasi, dan keterlibatan komunitas.
SEJAK pertama diciptakan tahun 1965, instalasi Infinity Mirrored Room karya Yayoi Kusama sudah melalang buana ke berbagai negara hingga kini. Pameran di Museum MACAN akan mulai pada 24 Mei 2025.
Pameran koleksi museum akan dibuka dengan Pointing to the Synchronous Windows (bulan Mei), si bulan yang sama ada pameran Kei Imazu dan menutup akhir tahun ada presentasi Your Curious Journey
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved