Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
JELITA, selain Bahasa Indonesia, apa bahasa lain yang kamu kuasai? Bahasa daerah, bahasa Inggris, atau bahasa asing lain? Ternyata, kemampun berbahasa sangat memengaruhi fungsi otak, terlebih saat kita dewasa.
Sebuah studi di Jerman menyatakan berbicara dua bahasa sejak usia muda dapat menunda risiko demensia. Ini karena orang dengan kemampuan dwibahasa memiliki keterampilan kognitif yang lebih unggul daripada orang yang hanya berbicara satu bahasa.
"Bilingualisme dapat bertindak sebagai faktor pelindung terhadap penurunan kognitif dan demensia. Secara khusus, kami mengamati bahwa berbicara dua bahasa setiap hari, terutama pada tahap awal dan pertengahan kehidupan mungkin memiliki efek jangka panjang pada kognisi dan korelasi sarafnya," kata para peneliti dalam jurnal Neurobiology of Aging.
Baca juga : Ketika Pelatih Tersingkir
Sebelumnya para peneliti telah menemukan hubungan antara bilingualisme dan demensia. Pada studi ini, mereka mengevaluasi bagaimana bilingualisme pada tahapan kehidupan yang berbeda memengaruhi kognitif dan struktur otak saat dewasa.
Mereka menguji 746 orang berusia 59 hingga 76 tahun yang 40 persen dari mereka tidak memiliki masalah ingatan, sedangkan sisanya adalah pasien di klinik ingatan atau orang dengan keluhan kebingungan atau kehilangan ingatan.
Hasil penelitian menunjukkan responden yang menggunakan bahasa kedua selain bahasa Jerman saat berusia antara 13-30 atau antara 30-65 tahun mendapat nilai lebih tinggi pada kemampuan bahasa, memori, fokus, perhatian, serta pengambilan keputusan dibandingkan dengan mereka yang monolingual.
Para ilmuwan memaparkan keunggulan seorang bilingual adalah kemampuan mereka untuk beralih di antara dua bahasa secara cepat dan tepat. “Keuntungan menjadi bilingual tidak hanya berasal dari pengetahuan kosa kata dan aturan bahasa kedua, tapi, dari peralihan antar bahasa yang tepat dan sering, yang menuntut kontrol kognitif yang tinggi untuk menghambat potensi interferensi antar bahasa,” tulis para peneliti.
Kemampuan ini membuat mereka memiliki keterampilan kognitif seperti multitasking, mengelola emosi dan pengendalian diri yang lebih baik hingga akhirnya dapat melindungi mereka dari demensia. Meski demikian, para peneliti memperingatkan dampak positif pada kemampuan kognitif mungkin juga disebabkan faktor lain, seperti usia, demografi, maupun pengalaman hidup para bilingual. (H-2)
Tips ampuh ngobrol dengan orang luar negeri! Taklukkan perbedaan bahasa & budaya, bangun koneksi global. Pelajari cara memulai percakapan & hindari kesalahan umum!
PENGUASAAN bahasa asing penting bagi pelajar SMK. Demikian disampaikan oleh Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Fajar Riza Ul Haq.
Atasi rasa gugup bicara bahasa asing! Tips ampuh & praktis agar lebih percaya diri, lancar, dan nyaman saat berkomunikasi. Klik sekarang!
Ide-ide sederhana namun bermakna untuk merayakan hari Penerjemah Internasional yang diperingati setiap 30 September.
Profesi penerjemah semakin dibutuhkan di era globalisasi, di mana komunikasi lintas negara menjadi sangat penting. Ini syarat untuk menjadi penerjemah.
223 Tahun Alexander Pushkin - Kenapa Pushkin diangkat sebagai Bapak Sastra Rusia?
DOKTER spesialis Kejiwaan Tiur Sihombing mengungkapkan mencegah demensia alzheimer bisa dilakukan dengan cara memperbaiki kualitas tidur.
Menciptakan pola tidur melalui sleep hygiene bagi lansia dinilai dapat memberikan istirahat yang cukup dan menjaga fungsi otak.
Dilansir dari The Atlantic, pareidolia merupakan fenomena psikologi saat setiap orang dapat melihat bentuk tertentu pada gambar biasa, namun persepsinya cenderung berbeda dengan orang lain.
Studi di jurnal JAMA menunjukkan vaksin herpes zoster dapat menurunkan risiko demensia pada lansia.
Pikun dini atau demensia, yang sebelumnya hanya dikaitkan dengan usia lanjut, kini semakin banyak ditemukan pada generasi milenial dan Gen Z
Hipertensi yang tidak terkelola dengan baik terbukti meningkatkan risiko terjadinya demensia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved