Headline
RI-AS membuat protokol keamanan data lintas negara.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
JELITA, selain Bahasa Indonesia, apa bahasa lain yang kamu kuasai? Bahasa daerah, bahasa Inggris, atau bahasa asing lain? Ternyata, kemampun berbahasa sangat memengaruhi fungsi otak, terlebih saat kita dewasa.
Sebuah studi di Jerman menyatakan berbicara dua bahasa sejak usia muda dapat menunda risiko demensia. Ini karena orang dengan kemampuan dwibahasa memiliki keterampilan kognitif yang lebih unggul daripada orang yang hanya berbicara satu bahasa.
"Bilingualisme dapat bertindak sebagai faktor pelindung terhadap penurunan kognitif dan demensia. Secara khusus, kami mengamati bahwa berbicara dua bahasa setiap hari, terutama pada tahap awal dan pertengahan kehidupan mungkin memiliki efek jangka panjang pada kognisi dan korelasi sarafnya," kata para peneliti dalam jurnal Neurobiology of Aging.
Baca juga : Ketika Pelatih Tersingkir
Sebelumnya para peneliti telah menemukan hubungan antara bilingualisme dan demensia. Pada studi ini, mereka mengevaluasi bagaimana bilingualisme pada tahapan kehidupan yang berbeda memengaruhi kognitif dan struktur otak saat dewasa.
Mereka menguji 746 orang berusia 59 hingga 76 tahun yang 40 persen dari mereka tidak memiliki masalah ingatan, sedangkan sisanya adalah pasien di klinik ingatan atau orang dengan keluhan kebingungan atau kehilangan ingatan.
Hasil penelitian menunjukkan responden yang menggunakan bahasa kedua selain bahasa Jerman saat berusia antara 13-30 atau antara 30-65 tahun mendapat nilai lebih tinggi pada kemampuan bahasa, memori, fokus, perhatian, serta pengambilan keputusan dibandingkan dengan mereka yang monolingual.
Para ilmuwan memaparkan keunggulan seorang bilingual adalah kemampuan mereka untuk beralih di antara dua bahasa secara cepat dan tepat. “Keuntungan menjadi bilingual tidak hanya berasal dari pengetahuan kosa kata dan aturan bahasa kedua, tapi, dari peralihan antar bahasa yang tepat dan sering, yang menuntut kontrol kognitif yang tinggi untuk menghambat potensi interferensi antar bahasa,” tulis para peneliti.
Kemampuan ini membuat mereka memiliki keterampilan kognitif seperti multitasking, mengelola emosi dan pengendalian diri yang lebih baik hingga akhirnya dapat melindungi mereka dari demensia. Meski demikian, para peneliti memperingatkan dampak positif pada kemampuan kognitif mungkin juga disebabkan faktor lain, seperti usia, demografi, maupun pengalaman hidup para bilingual. (H-2)
Tips ampuh ngobrol dengan orang luar negeri! Taklukkan perbedaan bahasa & budaya, bangun koneksi global. Pelajari cara memulai percakapan & hindari kesalahan umum!
PENGUASAAN bahasa asing penting bagi pelajar SMK. Demikian disampaikan oleh Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Fajar Riza Ul Haq.
Atasi rasa gugup bicara bahasa asing! Tips ampuh & praktis agar lebih percaya diri, lancar, dan nyaman saat berkomunikasi. Klik sekarang!
Ide-ide sederhana namun bermakna untuk merayakan hari Penerjemah Internasional yang diperingati setiap 30 September.
Profesi penerjemah semakin dibutuhkan di era globalisasi, di mana komunikasi lintas negara menjadi sangat penting. Ini syarat untuk menjadi penerjemah.
UNESCO mengakui 10 bahasa internasional yang berperan penting dalam komunikasi global, baik dalam pertemuan maupun dokumen resmi.
Berbeda dari Alzheimer, FTD lebih sering menyerang usia muda, biasanya antara 40 hingga 65 tahun.
KABAR mengenai kondisi kesehatan aktor legendaris Bruce Willis yang semakin menurun akibat Demensia Frontotemporal (FTD) menarik perhatian publik.
KELUARGA Bruce Willis menghadapi situasi menyedihkan sejak ia didiagnosis mengidap demensia frontotemporal (FTD), keluarga menginformasikan secara terbuka
Aktor legendaris Bruce Willis dilaporkan tidak lagi bisa berbicara, membaca, atau berjalan akibat penurunan kondisi demensia.
Demensia adalah istilah umum untuk kumpulan gejala penurunan kognitif, sedangkan Alzheimer merupakan salah satu jenis demensia
Peneliti melatih dan menguji AI pada lebih dari 3.600 pemindaian, termasuk gambar dari pasien dengan demensia dan orang tanpa gangguan kognitif.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved