Headline

Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.

Netanyahu Hadapi Tekanan Publik di Tengah Gelombang Protes Nasional

Ferdian Ananda Majni
18/8/2025 11:52
Netanyahu Hadapi Tekanan Publik di Tengah Gelombang Protes Nasional
Ilustrasi: Kelompok Hamas.(Anadolu)

RIBUAN warga Israel turun ke jalan pada Minggu (17/8), memblokir persimpangan utama dan menyerukan diakhirinya perang di Gaza serta mendesak pembebasan para sandera. 

Aksi besar-besaran ini memicu pernyataan keras dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang menilai gerakan tersebut justru memperkecil peluang tercapainya gencatan senjata dengan Hamas.

"Mereka yang hari ini menyerukan diakhirinya perang tanpa mengalahkan Hamas tidak hanya memperkeras posisi Hamas dan menjauhkan pembebasan sandera kami, mereka juga memastikan bahwa kekejaman 7 Oktober akan terulang kembali, dan bahwa putra-putri kami harus berjuang lagi dan lagi dalam perang tanpa akhir," kata Netanyahu saat membuka rapat kabinet mingguan seperti dikutip Times of Israel, Senin (18/8).

Dia menambahkan bahwa untuk mencapai kemajuan dalam pembebasan sandera dan memastikan Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel, pihaknya harus menyelesaikan misi dan mengalahkan Hamas. Netanyahu juga menegaskan tetap berpegang pada keputusan kabinet keamanan untuk menaklukkan Kota Gaza.

Namun, pernyataan itu memicu kemarahan dari keluarga sandera. Forum Keluarga Sandera menuduh Netanyahu menyesatkan publik. 

"Netanyahu, selama 22 bulan para sandera mendekam di Gaza, dalam pengawasan Anda," bunyi pernyataan kelompok itu.

"Daripada menipu publik, menyebarkan kebohongan dan memfitnah keluarga para sandera, kembalikan orang-orang yang kita cintai melalui sebuah kesepakatan dan akhiri perang," tambahnya.

Forum tersebut menegaskan bahwa pemerintah memiliki sejumlah kesempatan untuk memulangkan para sandera, tetapi ditolak oleh Netanyahu. 

"Orang yang menggagalkan, menolak, dan menghindari (kesepakatan) adalah orang yang menaikkan harga," kata mereka.

Aksi Minggu disebut sebagai salah satu yang terbesar sejak perang dimulai. Ratusan otoritas lokal, universitas, perusahaan teknologi, hingga bisnis kecil ikut menutup layanan untuk memberi kesempatan pekerja mereka bergabung dalam protes. 

"Rakyat telah memilih hari ini dengan langkah mereka dan berkata dengan satu suara yang jelas: bawa pulang para sandera dan tentara dan akhiri perang," tegas Forum.

Hingga kini, 50 sandera masih berada di Gaza. Dari jumlah itu, 28 diyakini tewas, sementara 20 lainnya diyakini masih hidup, dengan kekhawatiran besar terhadap keselamatan dua orang di antaranya. 

Sejak 7 Oktober 2023, sebanyak 251 orang diculik. Sejumlah 105 berhasil dibebaskan dalam kesepakatan gencatan senjata pertama pada November 2023 dan 30 lainnya dibebaskan dalam kesepakatan lanjutan pada Januari dan Februari 2025. 

Selain itu, delapan sandera dibebaskan dalam kondisi jenazah, lima dilepaskan di luar kesepakatan, delapan berhasil diselamatkan oleh IDF dan 49 jenazah ditemukan di Gaza sepanjang perang. (Fer/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irvan Sihombing
Berita Lainnya