Headline
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
SAAT sejumlah negara diminta menerima warga Gaza, Amerika Serikat (AS) kini mengambil langkah sebaliknya. AS menghentikan semua visa kunjungan bagi warga Jalur Gaza sambil menunggu peninjauan yang lengkap dan menyeluruh. Ini dilakukan sehari setelah unggahan media sosial tentang pengungsi Palestina yang memicu reaksi keras dari kelompok sayap kanan.
Langkah Departemen Luar Negeri pada Sabtu (16/8) terjadi sehari setelah aktivis sayap kanan dan sekutu Trump, Laura Loomer, mengunggah di X bahwa warga Palestina yang mengaku sebagai pengungsi dari Gaza memasuki AS melalui San Francisco dan Houston bulan ini.
"Bagaimana mengizinkan imigran Islam masuk ke AS termasuk kebijakan America First?" tanyanya di X dalam unggahan berikutnya. Kemudian ia melaporkan kedatangan warga lain Palestina di Missouri dan mengeklaim bahwa beberapa senator dan anggota Kongres AS mengirim pesan teks kepadanya untuk mengungkapkan kemarahan mereka.
Anggota parlemen Republik yang berbicara di depan umum, termasuk Chip Roy dari Texas, akan menanyakan masalah ini. Randy Fine dari Florida menggambarkan dugaan kedatangan tersebut sebagai risiko keamanan nasional.
Pada Sabtu, Departemen Luar Negeri mengumumkan penghentian visa bagi individu dari Gaza sembari melakukan tinjauan menyeluruh terhadap proses dan prosedur yang digunakan untuk menerbitkan sejumlah kecil visa medis-kemanusiaan sementara dalam beberapa hari terakhir. Departemen Luar Negeri tidak memberikan angka pasti.
Banyak kelompok bantuan mendesak AS membatalkan keputusan berbahaya dan tidak manusiawi tersebut. Dana Bantuan Anak-Anak Palestina (PCRF) mengatakan pembatasan baru ini akan mencegah anak-anak yang sangat membutuhkan perawatan medis untuk bepergian ke AS.
"Ini akan berdampak buruk pada kemampuan kami membawa anak-anak yang terluka dan sakit kritis dari Gaza ke AS untuk perawatan medis yang menyelamatkan jiwa," ucap kelompok itu. Direktur Urusan Pasien Global di PCRF, Tareq Hailat, mendesak Washington untuk membatalkan keputusannya.
"Ini berita yang sangat menghancurkan," ujarnya kepada Al Jazeera, kemarin. "Dampak dari keputusan ini akan sangat menghancurkan." Hailat menekankan bahwa penolakan visa medis merampas hak asasi manusia paling dasar anak-anak Gaza.
HEAL Palestine, yang mengoordinasikan evakuasi anak-anak yang terluka dan keluarga mereka ke AS, mengatakan telah membantu 148 orang sejauh ini, termasuk 63 anak yang membutuhkan perawatan darurat. Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), kelompok advokasi, juga mengecam keputusan Departemen Luar Negeri AS untuk menghentikan penerbitan visa bagi warga Palestina dari Gaza.
"Mencegah anak-anak Palestina yang terluka oleh senjata AS datang ke AS untuk mendapatkan perawatan medis adalah tanda terbaru bahwa kekejaman yang disengaja dari pemerintahan 'Israel First' Presiden Trump tidak mengenal batas," kata kelompok itu dalam pernyataan di X.
"Sangat ironis juga bahwa pemerintahan Trump melarang anak-anak Palestina berobat sementara memberikan karpet merah bagi para rasis dan penjahat perang yang didakwa dari pemerintah Israel. Larangan ini hanyalah contoh terbaru dari keterlibatan pemerintah kami dalam genosida Israel yang semakin ditolak oleh rakyat AS," tambahnya.
Associate Professor di Doha Institute for Graduate Studies, Tamer Qarmout, mengatakan AS telah 'kehilangan jiwanya' dalam perang Gaza melalui dukungannya yang tak tergoyahkan kepada Israel. Berbicara kepada Al Jazeera dari Doha, ia berpendapat bahwa Washington harus menangguhkan pengiriman senjata ke Israel jika ingin mengakhiri genosida.
Loomer menyambut pengumuman Departemen Luar Negeri itu dengan gembira. "Sungguh menakjubkan betapa cepat kita bisa mendapatkan hasil dari pemerintahan Trump," ujarnya pada Sabtu. Meskipun demikian, ia mengunggah bahwa masih banyak yang perlu dilakukan untuk menyoroti krisis invasi yang terjadi di AS.
Pada Sabtu, ribuan demonstran berunjuk rasa menentang Israel di New York City dalam protes pro-Palestina dan anti-Israel terbesar yang diadakan di kota itu dalam beberapa bulan terakhir. Demonstrasi yang dijuluki 'Hentikan Kelaparan Gaza: Pawai Massal untuk Kemanusiaan' ini berlangsung di depan Perpustakaan Umum New York di Manhattan, di samping Bryant Park, dan diorganisasikan berbagai kelompok aktivis sosialis sayap kiri dan Arab.
Kerumunan tersebut memukul sendok ke wajan dan membawa spanduk berisi tuntutan, "Hentikan kelaparan Gaza", "Hentikan pembunuhan jurnalis", dan "Kalahkan pembuat perang genosida imperialis/Zionis". Bendera Palestina berkibar di atas kerumunan orang saat mereka berbaris, meneriakkan, "Akhiri pengepungan di Gaza sekarang!"
Dilansir The Times of Israel, Answer Coalition sayap kiri, Brian Becker, mengatakan kepada kerumunan, "Pemerintah AS berdiri bersama rezim fasis di Tel Aviv, tetapi kami, rakyat Amerika, berdiri bersama Anda, rakyat Palestina. Mereka ada di Wall Street, mereka ada di Gedung Putih, mereka ada di pusat imperialisme."
Kelompok-kelompok terkemuka yang ikut serta dalam protes tersebut, seperti Democratic Socialists of America, CodePink, Gerakan Pemuda Palestina, Council on American-Islamic Relations, dan Arab American Association of New York, serta Jewish Voice for Peace yang anti-Zionis dan berbagai kelompok mahasiswa.
Seiring rencana pencaplokan, pasukan Israel menyerang Rumah Sakit al-Ahli di Kota Gaza pada Sabtu malam hingga kemarin dini hari. Ini menewaskan sedikitnya tujuh warga sipil dan menyebabkan kerusakan yang meluas.
Rumah Sakit al-Ahli biasanya juga disebut Rumah Sakit Baptis. Layanan itu dikelola Gereja Episkopal di Jerusalem. Ini satu-satunya rumah sakit Kristen di Gaza.
Kementerian Kesehatan Palestina menyatakan 11 orang lagi meninggal dunia akibat kelaparan yang disebabkan Israel dalam 24 jam terakhir, sehingga jumlah korban tewas menjadi 251. Korban termasuk 108 anak. Perang Israel di Gaza menewaskan sedikitnya 61.827 orang dan melukai 155.275 orang. (I-2)
RIBUAN warga Israel kembali turun ke jalan pada Minggu (17/8) menuntut diakhiri perang di Jalur Gaza, Palestina.
BADAN PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) kembali menyerukan tindakan mendesak menyusul kematian anak-anak akibat kelaparan di Jalur Gaza.
RIBUAN warga Palestina terpaksa meninggalkan lingkungan Zeitoun di selatan Kota Gaza, setelah beberapa hari serangan udara dan operasi militer Israel
Sektor pertahanan memperkuat peran aktif Indonesia di forum internasional untuk mendorong penyelesaian konflik global, termasuk di Israel-Palestina dan Rusia-Ukraina.
Israel berencana menyetujui proyek permukiman E1 di Tepi Barat yang tertunda. Namun proyek ini menuai kecaman internasional.
Pemerintah banyak melakukan sejumlah terobosan untuk membela Palestina yang termasuk pertama mengakui kemerdekaan Indonesia.
Keputusan Indonesia meningkatkan langkah bantuan kemanusiaan kepada warga Palestina di Jalur Gaza didasari dengan semakin mendesaknya tuntutan aksi konkret akibat kekejaman Zionis Israel.
MENTERI Luar Negeri Mesir, Badr Abdelatty, mengatakan pihaknya telah menyiapkan daftar personel polisi Palestina yang akan menjalani pelatihan di Mesir dan Yordania.
JUMLAH kematian akibat malanutrisi di tengah pengepungan dan krisis pasokan makanan di Jalur Gaza bertambah menjadi 235 orang, termasuk 106 anak.
MILITER Israel menghancurkan lebih dari 300 rumah selama tiga hari terakhir di lingkungan Zeitoun, Jalur Gaza tengah. Ini merupakan rencana pendudukan yang sedang berlangsung.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved