Headline

Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.

T. rex vs Giganotosaurus: Gigitan Sang Pemburu, Dua Jalur Evolusi

Abi Rama
05/8/2025 23:16
T. rex vs Giganotosaurus: Gigitan Sang Pemburu, Dua Jalur Evolusi
T.Rex.(Dok. Live Science)

TIDAK semua dinosaurus raksasa mengandalkan kekuatan penuh saat berburu. Beberapa lebih memilih presisi dan teknik dibanding brutalitas. Contohnya, Tyrannosaurus rex dikenal dengan tengkorak yang kokoh dan gigitan mematikan, kemampuannya setara dengan buaya modern, namun dalam skala yang jauh lebih besar.

Sebaliknya, Giganotosaurus berevolusi dengan tengkorak yang lebih ringan, dirancang bukan untuk menghancurkan tulang, melainkan untuk mengiris daging dengan efisien.

Kontras ini memperlihatkan bagaimana evolusi menawarkan "strategi" berbeda bagi predator besar, memungkinkan mereka untuk berbagi habitat tanpa bersaing secara langsung.

Gigitan Bukan Sekadar Soal Ukuran

Penelitian terbaru terhadap 18 spesies theropoda, dinosaurus pemakan daging yang berjalan dengan dua kaki—membongkar fakta menarik: bentuk tengkorak sangat menentukan gaya berburu.

Tengkorak T. rex dirancang untuk kekuatan luar biasa, sementara theropoda besar lainnya seperti Spinosaurus dan Allosaurus lebih mengandalkan gigitan cepat untuk mencabik mangsa.

Studi yang dipublikasikan 4 Agustus di jurnal Current Biology (Cell Press) ini menekankan bahwa meskipun ukurannya serupa, jalur evolusi mereka berbeda drastis, dari bentuk tengkorak hingga teknik menyerang.

Analisis 3D: Menguak Rahasia Tengkorak

Tim peneliti dari University of Bristol, dipimpin oleh Andrew Rowe dan Emily Rayfield, menggunakan teknologi mutakhir seperti CT scan dan pemindaian permukaan 3D. Mereka memetakan tekanan, kekuatan otot, dan efisiensi makan dari tiap spesies.
Pertanyaan utama mereka: apakah dinosaurus berkaki dua raksasa ini menggunakan tengkoraknya dengan cara yang sama? Jawabannya: tidak.

Meski beberapa spesies memiliki tubuh seukuran bus tingkat, tekanan pada tengkorak mereka tidak selalu proporsional. Bahkan, beberapa theropoda kecil menghasilkan tekanan lebih tinggi karena otot rahang yang lebih kuat.

Temuan mengejutkan ini menunjukkan bahwa menjadi predator raksasa tidak selalu berarti harus punya gigitan superkuat untuk menghancurkan tulang.
Sebaliknya, evolusi justru menawarkan efisiensi: mencabik, mengiris, atau menghancurkan, masing-masing punya spesialisasi tersendiri.

Dengan teknologi dan analisis biomekanik terkini, kita kini bisa memahami bahwa di zaman dinosaurus, cara berburu adalah hasil adaptasi cerdas, bukan sekadar adu kuat. (Cell Press, Science Dail/Z-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya