Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Tentara Bayaran Rusia dari Asia hingga Afrika: Pilihan Tragis Warga Asing di Perang Ukraina

Ferdian Ananda Majni
22/7/2025 15:19
Tentara Bayaran Rusia dari Asia hingga Afrika: Pilihan Tragis Warga Asing di Perang Ukraina
Mantan prajurit Korps Marinir TNI Angkatan Laut, Satria Arta Kumbara.(Tangkapan layar/Metro TV)

SATRIA Arta Kumbara, mantan prajurit Korps Marinir TNI Angkatan Laut, bukan satu-satunya warga negara asing yang bergabung sebagai tentara bayaran di Rusia dan terlibat dalam konflik bersenjata di Ukraina.

Rusia disebut telah merekrut tentara bayaran dari Asia dan Afrika sejak awal invasi ke Ukraina. Namun, banyak dari mereka bukanlah tentara profesional, melainkan warga sipil biasa yang dijanjikan gaji tinggi, kewarganegaraan Rusia dalam satu tahun dinas, serta pekerjaan aman di Moskow atau wilayah belakang garis tempur.

Namun, kenyataannya berbeda. Banyak dari mereka justru dikirim langsung ke garis depan sebagai umpan meriam. Setelah berada di Rusia, dokumen pribadi mereka disita dan mereka dipaksa menandatangani kontrak dinas militer selama satu tahun. Seringkali, penolakan berujung pada ancaman hukuman penjara.

Kasus tragis menimpa Lemekani Nyirenda, mahasiswa asal Zambia yang mendapat beasiswa pemerintah untuk belajar di Rusia. Dia ditangkap atas tuduhan peredaran narkoba dan direkrut dari penjara ke kelompok tentara bayaran Wagner. 

Nyirenda tewas pada 22 September 2022 dalam serangan terhadap posisi Ukraina. Rusia tidak mengumumkan kematiannya secara terbuka dan jenazahnya tak dikembalikan kepada keluarga.

Perekrutan warga asing dilakukan melalui media sosial, seperti saluran YouTube “Baba Vlogs” milik Faisal Khan, seorang vlogger India dengan lebih dari 300.000 pengikut. 

Dalam salah satu videonya, dia mempromosikan lowongan kerja sebagai asisten militer di Rusia, menjanjikan lokasi kerja yang aman dan gaji tinggi. Namun Khan mengaku kemudian sadar bahwa informasi tersebut menyesatkan.

Tertipu lowongan kerja

Banyak warga asing membayar ribuan dolar kepada agen yang mengatur visa dan tiket pesawat. Salah satunya adalah Nandaram Poon, warga Nepal yang tertipu lowongan kerja di Jerman. Ia malah diterbangkan ke Rusia, dijemput di bandara dan dibawa ke kamp pelatihan militer sebelum dikirim ke medan perang.

Selain itu, terdapat kasus pelanggaran hak oleh aparat Rusia dan Belarus terhadap turis asing. Sejumlah warga India yang hendak merayakan Tahun Baru di Rusia ditahan saat mencoba menyeberang ke Belarus tanpa visa. Mereka kemudian dipaksa menandatangani kontrak militer.

Salah satu korban, Gurpreet Singh, warga India, mengaku diancam dengan hukuman penjara 10 tahun. Ia dipaksa bergabung dengan militer Rusia demi menghindari kurungan. 

“Saya dijanjikan pekerjaan bergaji 100.000 rubel di Moskow. Tapi dua hari kemudian saya dikirim ke pelatihan militer dan langsung ke garis depan,” ujarnya seperti dikutip dari Media Ukraina Babel Selasa (22/7).

Kamp pemuda militer

Pelatihan biasanya dilakukan selama dua minggu di pusat pelatihan seperti “Avangard”, sebuah kamp pemuda militer di wilayah Moskow. Penjelasan hanya diberikan dalam bahasa Rusia, yang sebagian besar peserta tidak pahami.

Orang asing tidak ditempatkan dalam unit khusus, melainkan digabung dengan tentara Rusia. Mereka kerap tidak memahami perintah dan tidak mendapat bantuan medis yang layak di medan perang. “Dokter biasanya membiarkan mereka mati,” demikian menurut laporan investigasi.

Pemerintah Nepal memperkirakan lebih dari 200 warganya telah dikirim ke Ukraina. Namun media lokal menyebutkan angka ini bisa mencapai 5.000 orang. Setidaknya 12 orang dikonfirmasi tewas, sementara lima lainnya ditahan. Banyak keluarga tidak menerima jenazah kerabat mereka, yang membuat prosesi kremasi secara adat menjadi tidak mungkin dilakukan.

“Menurut adat, mereka harus dibakar di tepi sungai dan abunya dibuang agar jiwa mereka bisa bebas dan bereinkarnasi,” jelas seorang tokoh komunitas di Nepal.

Diselamatkan dari tentara Rusia

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Nepal, Amrit Bahadur Rai, mengungkapkan bahwa hingga Januari 2024, terdapat 245 keluarga yang mengajukan permintaan agar kerabat mereka diselamatkan dari tentara Rusia. Menteri Luar Negeri Nepal, Narayan Kaji Shrestha, bahkan telah menyerukan kepada pemerintah Rusia untuk menghentikan perekrutan warga Nepal.

Nepal kini melarang warganya bepergian ke Rusia dan Ukraina untuk mencari nafkah. Beberapa agen yang terlibat dalam pengiriman warga ke zona perang telah ditangkap. Salah satu jaringan perekrut memungut biaya US$9.000 untuk visa turis dan berhasil mengirim sekitar 200 orang ke medan tempur.

Namun, aktivitas perekrutan melalui jalur bawah tanah masih terus berlangsung. Jaringan perdagangan manusia lintas negara ini membuat arus warga asing menuju perang Rusia-Ukraina diperkirakan belum akan berhenti dalam waktu dekat. (Fer/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irvan Sihombing
Berita Lainnya