Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Trump Ancam Naikkan Tarif Impor untuk Lebih dari 12 Negara, Tapi Masih Beri Celah Negosiasi

Thalatie K Yani
08/7/2025 08:56
Trump Ancam Naikkan Tarif Impor untuk Lebih dari 12 Negara, Tapi Masih Beri Celah Negosiasi
Presiden AS Donald Trump masih membuka ruang negosiasi untuk tarif impor bagi 14 negara.(Media Sosial X)

PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump kembali memicu ketegangan dagang global dengan mengancam akan memberlakukan tarif impor baru terhadap lebih dari selusin negara, termasuk Jepang dan Korea Selatan. Namun, di tengah ancaman tersebut, Trump juga membuka ruang negosiasi dengan memperpanjang tenggat waktu hingga 1 Agustus 2025.

Dalam surat yang dikirim ke sejumlah pemimpin negara, Trump mengumumkan tarif yang sebelumnya ditangguhkan sejak April akan diberlakukan kembali, bahkan dengan persentase yang lebih tinggi. Jepang dan Korea Selatan, misalnya, akan dikenai tarif sebesar 25% untuk produk yang masuk ke pasar AS.

Sementara itu, negara-negara seperti Indonesia, Bangladesh, Thailand, Afrika Selatan, dan Malaysia akan menghadapi tarif berkisar antara 25% hingga 40%. Untuk Indonesia, tarif yang diumumkan 32%.

Meski begitu, dalam pernyataan terbarunya saat jamuan makan malam bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih, Trump menyiratkan tenggat waktu tersebut masih bisa dinegosiasikan.

“Saya bilang ini final, tapi kalau mereka menelepon dengan tawaran yang saya suka, maka bisa saja berubah,” ujar Trump kepada wartawan.

Trump sebelumnya menyebut 2 April sebagai “Hari Pembebasan” dan meluncurkan kebijakan tarif besar-besaran, termasuk tarif dasar 10% untuk semua negara. Namun gejolak pasar membuat ia menunda penerapan tarif di atas 10% selama 90 hari.

Tarif-tarif tersebut semula dijadwalkan kembali berlaku pada Rabu ini. Tapi, lewat perintah eksekutif yang ditandatangani Senin, Trump secara resmi menunda penerapannya hingga 1 Agustus.

Tarif Tinggi, Peluang Negosiasi

Isi surat Trump ke Jepang dan Korea Selatan menyoroti hubungan dagang yang ia anggap “tidak seimbang” dan menegaskan bahwa tarif bisa meningkat lebih jauh jika negara-negara tersebut membalas kebijakan tarif AS.

Surat serupa juga dikirim ke negara-negara lain, di mana Bangladesh akan dikenai tarif 35% dan Thailand 36%. Beberapa negara seperti Laos dan Kamboja justru menerima tarif yang lebih rendah dibanding ancaman pada April lalu.

Trump sebelumnya menjanjikan “90 kesepakatan dalam 90 hari”, namun hingga kini hanya dua kesepakatan perdagangan yang sudah diumumkan secara resmi: dengan Inggris dan Vietnam. Sementara itu, hubungan dagang dengan China mulai mencair lewat pengurangan tarif balasan yang sebelumnya sangat tinggi.

Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba menyatakan pada Minggu bahwa pihaknya “tidak akan mudah mengalah” dalam negosiasi dagang dengan AS. Saat ditanya mengapa Jepang dan Korea Selatan menjadi target awal, juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt menjawab, “Itu adalah hak prerogatif Presiden.”

Dampak Global dan Respons Pasar

Wendy Cutler dari Asia Society Policy Institute menyebut langkah Trump akan memberi "sinyal dingin" kepada negara lain.

“Jepang dan Korea Selatan adalah mitra dekat dalam isu keamanan ekonomi, dan perusahaan-perusahaan mereka telah banyak berinvestasi di AS dalam beberapa tahun terakhir,” katanya.

Sementara itu, Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengisyaratkan akan ada lebih banyak kesepakatan diumumkan dalam 48 jam ke depan.

Namun pasar tidak menyambut baik kabar ini. Bursa saham utama AS turun tajam pada Senin. Nasdaq melemah 0,9%, sementara S&P 500 turun 0,8%.

Trump juga mengancam tambahan tarif 10% bagi negara-negara yang bergabung atau mendukung blok ekonomi BRICS, dengan alasan kebijakan mereka bersifat "anti-Amerika".

Meski demikian, beberapa negara tetap berusaha mencari jalan damai. Komisi Eropa melaporkan bahwa Presiden Komisi Ursula von der Leyen telah melakukan “pertukaran yang konstruktif” dengan Trump terkait isu perdagangan dalam pembicaraan via telepon pada Minggu. (AFP/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik