Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Tragedi Air India Penerbangan 171: Jatuh dalam 40 Detik, Investigasi Masuki Tahap Kritis

Thalatie K Yani
18/6/2025 07:59
Tragedi Air India Penerbangan 171: Jatuh dalam 40 Detik, Investigasi Masuki Tahap Kritis
Pesawat Air India penerbangan 171 jatuh kurang dari 40 detik setelah lepas landas di ahmedabad, Gujarat.(AFP)

KURANG dari 40 detik setelah lepas landas, Air India Penerbangan 171 jatuh di kawasan padat penduduk di Ahmedabad, Gujarat. Kecelakaan ini menjadi salah satu tragedi penerbangan paling langka dan mengejutkan dalam sejarah penerbangan India.

Pesawat Boeing 787 Dreamliner tujuan Bandara Gatwick, London, lepas landas pada Kamis (12/6) pukul 13.39 waktu setempat dengan membawa 242 orang penumpang dan hampir 100 ton bahan bakar. Beberapa saat setelah lepas landas, terdengar panggilan darurat dari kokpit—yang kemudian menjadi transmisi terakhir. Pesawat segera kehilangan ketinggian dan jatuh, menimbulkan kobaran api besar.

Kini, para penyelidik menghadapi tugas berat untuk menyusun kronologi peristiwa dari puing-puing pesawat serta menganalisis rekaman suara kokpit dan data penerbangan (black box) yang telah berhasil ditemukan.

Apa yang Mungkin Terjadi dalam Hitungan Detik?

Berbagai kemungkinan tengah diselidiki:

  • Apakah kedua mesin gagal akibat serangan burung atau kontaminasi bahan bakar?
  • Apakah kesalahan pada posisi flap membuat daya angkat kurang?
  • Adakah kesalahan perawatan pada sistem mesin?
  • Mungkinkah kesalahan kru secara tidak sengaja memutus pasokan bahan bakar ke mesin?

“Ini adalah kejadian yang sangat langka—pesawat jatuh dalam kondisi terkendali hanya 30 detik setelah take-off,” kata Kapten Kishore Chinta, mantan penyelidik Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat India (AAIB), kepada BBC.

Kunci Jawaban Mungkin Ada di Mesin

Tiga penyelidik menyebut kerusakan pada dua mesin akan menjadi petunjuk pertama. Menurut Peter Goelz, mantan Direktur Eksekutif NTSB (Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS), “Kita bisa tahu apakah mesin bekerja saat benturan dari cara turbin retak. Jika mesin tidak menghasilkan daya dorong, maka fokus penyelidikan akan bergeser tajam ke kokpit.”

Jika mesin terbukti normal, perhatian akan beralih ke sistem flap dan slat, komponen penting untuk menambah daya angkat pada kecepatan rendah saat lepas landas dan mendarat.

Apabila kedua aspek tersebut dinyatakan berfungsi, maka penyelidikan akan masuk pada kemungkinan kerusakan sistem kendali penerbangan—hal yang dapat mengguncang kepercayaan pada sistem otomatis Boeing 787, yang saat ini telah mengudara di lebih dari 1.100 armada sejak 2011.

Investigasi Mendalam dan Multinasional

Investigasi dipimpin oleh AAIB India, dengan melibatkan pakar dari Boeing, General Electric (produsen mesin), regulator India, serta perwakilan dari NTSB dan Inggris.

Semua aspek teknis akan diperiksa: dari log perawatan pesawat, catatan pelatihan dan simulasi awak, hingga sistem komunikasi data (ACARS) yang mencatat performa pesawat dan dikirimkan ke Air India dan Boeing secara real-time.

Puing-puing pesawat, termasuk saringan bahan bakar, pipa, katup, dan sisa bahan bakar, juga akan diperiksa untuk memastikan apakah terjadi kontaminasi.

Menurut penyelidik yang tidak ingin disebutkan namanya, peralatan pengisian bahan bakar yang digunakan kemungkinan sudah dikarantina dan diperiksa sebagai prosedur standar.

Belum Ada Indikasi Kesalahan Manusia

Kementerian Penerbangan Sipil India menyatakan, dari 33 pesawat Boeing 787 milik Air India, 24 di antaranya telah diperiksa, dan tidak ditemukan masalah keselamatan besar. Pesawat-pesawat tersebut dinilai memenuhi standar perawatan dan operasional yang berlaku.

CEO Boeing, Kelly Ortberg, mengatakan pihaknya akan sepenuhnya mendukung penyelidikan yang dipimpin India sesuai protokol ICAO.

Teknologi Membantu Ungkap Kebenaran

Menurut Goelz, kemajuan teknologi membuat penyelidikan saat ini jauh lebih efisien. “Dulu, perekam data penerbangan hanya mencatat empat parameter. Sekarang, bisa ratusan hingga ribuan data per detik,” ujarnya.

Meski analisis awal bisa cepat dilakukan, memahami akar penyebab kecelakaan akan membutuhkan waktu lebih lama. Namun satu hal yang pasti: seluruh dunia kini menanti jawaban atas pertanyaan besar—apa sebenarnya yang terjadi dalam 40 detik mengerikan itu? (BBC/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya