Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
PENYIDIK kecelakaan Air India Penerbangan 171 yang menewaskan 260 orang pada Juni lalu mengungkap temuan awal yang mengejutkan. Kedua tuas pengendali bahan bakar pesawat tiba-tiba berpindah ke posisi "cut-off" hanya beberapa detik setelah lepas landas, memutus pasokan bahan bakar dan menyebabkan kedua mesin kehilangan daya.
Tuas tersebut, yang seharusnya hanya digunakan saat pesawat mendarat dan hendak dimatikan, berada dalam posisi mematikan mesin saat pesawat masih menanjak. Rekaman kokpit merekam seorang pilot bertanya, "Kenapa kamu mematikan bahan bakarnya?" dengan jawaban, "Bukan aku." Namun, siapa yang mengatakan apa belum dapat dipastikan karena identitas suara belum diidentifikasi.
Pesawat Boeing 787 Dreamliner milik Air India itu hanya mengudara selama kurang dari satu menit sebelum jatuh di lingkungan padat penduduk di Ahmedabad, India barat. Data dari FlightRadar24 menunjukkan pesawat sempat mencapai ketinggian 625 kaki sebelum hilang dari pelacakan sekitar 50 detik setelah lepas landas.
Begitu tuas dikembalikan ke posisi normal, sistem otomatis mencoba menyalakan ulang mesin. Namun, hanya satu mesin yang berhasil pulih tenaga sebelum pesawat menghantam tanah, sementara mesin lainnya belum sempat pulih penuh.
Tuas pengendali bahan bakar dirancang dengan sistem pengunci untuk mencegah kesalahan aktivasi, termasuk pelindung fisik agar tidak mudah tergeser. Para ahli menilai sangat kecil kemungkinan kedua tuas bisa digerakkan sekaligus secara tak sengaja.
“Ini bukan kesalahan yang biasa terjadi tanpa adanya situasi darurat di kokpit,” kata Shawn Pruchnicki, mantan penyelidik kecelakaan maskapai dan dosen penerbangan di Ohio State University.
Pertanyaannya: apakah ini dilakukan dengan sengaja, atau karena kebingungan? Rekaman kokpit sejauh ini tidak menunjukkan adanya diskusi atau situasi darurat sebelum tuas dimatikan.
Peter Goelz, mantan direktur eksekutif NTSB (Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS), menyebut temuan ini sangat mengganggu.
“Tidak cukup hanya dengan satu kalimat terekam di kokpit. Harus ada identifikasi suara, transkrip lengkap, dan analisis kronologis sejak pesawat mulai bergerak hingga jatuh,” katanya. Ia juga menegaskan pentingnya penggunaan rekaman video kokpit agar dapat melihat siapa yang menggerakkan tuas.
Laporan awal menyebut adanya buletin keselamatan FAA (otoritas penerbangan AS) pada 2018 yang memperingatkan kemungkinan beberapa pesawat Boeing 737 memiliki tuas bahan bakar dengan fitur pengunci yang tidak aktif. Desain tuas tersebut juga digunakan pada pesawat Boeing 787-8, termasuk unit Air India yang jatuh. Namun karena hanya berupa rekomendasi, Air India tidak menjalankan inspeksi yang disarankan.
Beberapa ahli mempertanyakan apakah kerusakan mekanis atau kelalaian desain dapat menyebabkan tuas berpindah sendiri.
“Jika sistem penguncinya tidak aktif, apakah cukup hanya satu sentuhan untuk mematikan mesin? Kalau ya, ini masalah serius. Kalau tidak, itu juga harus dijelaskan,” kata Pruchnicki.
Namun, sebagian ahli meragukan kaitan buletin itu dengan insiden, menyebutnya mungkin hanya pengalihan isu.
Beberapa pihak, seperti mantan penyelidik India, mempertanyakan apakah unit kendali elektronik pesawat (ECU) bisa memicu tuas secara otomatis tanpa sentuhan fisik pilot. Jika benar, ini bisa menjadi indikasi kegagalan sistem internal.
Sampel bahan bakar telah diperiksa dan dinyatakan tidak terkontaminasi, menutup dugaan awal mengenai kualitas bahan bakar.
Laporan juga mencatat Ram Air Turbine (RAT)—turbin darurat yang hanya keluar saat seluruh mesin mati atau tekanan hidrolik turun drastis—telah aktif, mendukung teori kedua mesin benar-benar gagal.
Rodanya juga ditemukan dalam posisi belum ditarik, yang menurut pilot Boeing 787 tidak aneh karena proses penarikan roda baru dimulai sekitar 200 kaki setelah lepas landas. Jika terjadi kegagalan mesin secara mendadak, perhatian pilot pasti langsung fokus ke kendali pesawat, bukan roda.
“Saat dua mesin mati, kamu tidak berpikir banyak. Otak langsung mencari: ‘Di mana aku bisa mendarat?’ Tapi ketinggian saat itu tak memberi ruang,” ujar seorang pilot.
Pihak keluarga korban menyambut rilis laporan awal dengan harapan tinggi, namun sebagian justru merasa kecewa.
“Selain percakapan singkat pilot, tak ada penjelasan jelas soal penyebab jatuhnya pesawat,” kata Imtiyaz Ali, yang kehilangan saudara laki-laki, ipar, dan dua keponakannya.
“Kami masih berduka. Tapi setidaknya kami ingin tahu kebenarannya.”
Laporan awal menegaskan tindakan pemutusan bahan bakar dilakukan di kokpit, namun siapa yang melakukannya dan mengapa—masih belum diketahui. Investigasi terus berjalan, dan rekaman suara kokpit menjadi kunci utama untuk mengungkap misteri ini. (BBC/Z-2)
UPAYA pencarian dan evakuasi korban terus berlangsung pascakecelakaan pesawat Air India Boeing 787 Dreamliner yang jatuh di Ahmedabad, India, Kamis (12/6)
PESAWAT Air India 171 tujuan London, Inggris, jatuh di kawasan permukiman kota Ahmedabad, India, pada Kamis (12/6).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved