Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Israel: Greta Thunberg Setuju Dideportasi, Yang Menolak akan Diproses Hukum

Irvan Sihombing
10/6/2025 20:28
Israel: Greta Thunberg Setuju Dideportasi, Yang Menolak akan Diproses Hukum
Aktivis iklim asal Swedia, Greta Thunberg, berada dalam pesawat saat dideportasi dari Israel, Selasa, 10 Juni 2025.(Akun X Israel Foreign Ministry )

KEMENTERIAN Luar Negeri Israel menyatakan aktivis iklim asal Swedia Greta Thunberg telah dideportasi dari negara tersebut, Selasa (10/6/2025). Deportasi dilakukan sehari setelah kapal bantuan kemanusiaan Madleen tujuan Gaza, Palestina, yang ditumpangi Thunberg disita militer Israel.

"Para penumpang kapal Madleen (‘Selfie Yacht’, menurut Israel) telah tiba di Bandara Ben Gurion untuk meninggalkan Israel dan kembali ke negara asal mereka. Beberapa penumpang diperkirakan akan berangkat dalam beberapa jam ke depan," demikian pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Israel melalui platform X.

Kementerian Luar Negeri Israel menambahkan sebanyak 12 penumpang kapal disambut oleh perwakilan konsuler dari negara asal masing-masing setibanya di Bandara Ben Gurion. Thunberg, dua aktivis lainnya, dan seorang jurnalis telah setuju untuk dideportasi.

"Mereka yang menolak menandatangani dokumen deportasi dan enggan meninggalkan Israel akan dibawa ke hadapan otoritas hukum sesuai peraturan yang berlaku di Israel untuk mengesahkan proses deportasi," lanjut pernyataan tersebut.

Sebelumnya, pada Senin dini hari, militer Israel menaiki kapal pesiar berbendera Inggris, Madleen, yang membawa 12 relawan menuju Jalur Gaza. Israel menyatakan bantuan kemanusiaan yang ada di kapal tersebut akan tetap dikirim ke Jalur Gaza melalui saluran kemanusiaan yang ada.

Sementara itu, pemerintah Inggris meminta Israel untuk menyelesaikan secara hati-hati insiden pencegatan kapal Madleen dan penahanan aktivis di dalam kapal itu. Hal itu disampaikan juru bicara Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dalam konferensi pers di London.

Juru bicara itu mengatakan Inggris ingin Israel menahan diri dan menangani insiden itu sesuai dengan hukum humaniter internasional. Dia menegaskan masuknya bantuan secara bebas dan dalam skala besar ke Gaza sangat penting untuk memenuhi kebutuhan luar biasa.

Kelaparan terus melanda

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UN Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA) menyatakan penderitaan di Gaza menyentuh level yang belum pernah dicapai sebelumnya. Orang-orang terus mengalami kelaparan di sepanjang jalur tersebut. 

"Banyak yang terpaksa mempertaruhkan nyawa mereka untuk mencari makanan, di tengah semakin banyak laporan tentang orang-orang yang terbunuh dan terluka di dekat lokasi distribusi non-PBB," demikian pernyataan OCHA.

OCHA mengatakan bahwa sejak otoritas Israel mengizinkan bantuan dalam jumlah terbatas untuk masuk ke Gaza pada 19 Mei, PBB dan para mitranya hanya berhasil mendapatkan sekitar 4.600 metrik ton tepung terigu dari perlintasan perbatasan Kerem Shalom/Karem Abu Salem.

"Sebagian besar (pasokan) dirampas oleh orang-orang yang putus asa dan kelaparan sebelum sampai di tempat tujuan," kata kantor itu. "Dalam beberapa kasus, stok dijarah oleh gerombolan bersenjata." (Ndf/Ant/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irvan Sihombing
Berita Lainnya