Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
SEBANYAK 12 aktivis di kapal Madleen dari Freedom Flotilla Coalition gagal menembus blokade Israel. Namun gerakan itu membakar ribuan aktivis lain sedunia untuk meluncurkan Konvoi Global ke Gaza. Aksi itu berharap menarik perhatian dunia terhadap genosida oleh Israel yang berlangsung di Jalur Gaza.
Salah satu bagian penting dari aksi tersebut ialah Konvoi Sumud, rombongan dengan sembilan bus yang dipimpin Tunisia. Mereka tiba di Libia pada Selasa (10/6) pagi waktu setempat, sehari setelah berangkat dari Tunis.
Saat ini, para peserta sedang beristirahat setelah menempuh perjalanan panjang. Namun, mereka masih menunggu izin untuk melintasi wilayah timur Libia.
Konvoi tersebut mayoritas terdiri dari warga negara di kawasan Maghreb, Afrika Utara. Jumlah peserta diperkirakan akan bertambah seiring dengan perjalanan mereka melintasi beberapa negara menuju titik tujuan ke perbatasan Rafah antara Mesir dan Gaza.
Koordinator utama dari Sumud Convoy ialah Coordination of Joint Action for Palestine, yang bergerak di bawah payung besar Global March for Palestine. Mereka membawa misi untuk menekan dunia mengambil aksi menghentikan perang di Gaza.
"Sebagian besar orang di sekitar saya merasakan keberanian dan kemarahan atas yang terjadi di Gaza," ungkap Ghaya Ben Mbarek, seorang jurnalis independen asal Tunisia yang bergabung dengan konvoi, kepada Al Jazeera. Para aktivis berasal dari berbagai latar belakang dengan dukungan sejumlah organisasi penting di Tunisia, seperti Serikat Buruh Umum Tunisia, Asosiasi Pengacara Nasional, Liga Hak Asasi Manusia Tunisia, dan Forum Tunisia untuk Hak Ekonomi dan Sosial.
Mereka juga menjalin koordinasi dengan individu dan organisasi dari 50 negara lain yang dijadwalkan tiba di Kairo pada hari ini untuk bersama-sama melakukan aksi menuju perbatasan Rafah. Beberapa peserta berasal dari jaringan gerakan akar rumput internasional seperti Palestinian Youth Movement, Codepink Women for Peace dari AS, dan Jewish Voice for Labour dari Inggris.
Dari Libia, rombongan berencana melanjutkan perjalanan menuju Kairo, Mesir. Setelah bergabung dengan aktivis lain di Kairo, konvoi akan melanjutkan konvoi menuju El Arish di Semenanjung Sinai dan melakukan aksi jalan kaki selama tiga hari ke perbatasan Rafah.
Konvoi belum mendapatkan izin untuk melintasi wilayah timur Libia yang dikuasai oleh pemerintahan rival dari wilayah barat. Sementara itu, Mesir juga menjadi titik perhatian karena jalur antara El Arish dan Rafah dikategorikan sebagai zona militer dan tertutup untuk warga sipil kecuali penduduk lokal.
Pemerintah Mesir belum memberikan pernyataan resmi terkait kemungkinan pemberian akses kepada peserta Global March to Gaza. Bahkan jika mereka berhasil mencapai Rafah, konvoi juga akan menghadapi tantangan dari pasukan Israel di perbatasan. "Saya ragu mereka akan diizinkan berjalan menuju Rafah. Prioritas utama Mesir selalu masalah keamanan nasional," ujar seorang aktivis senior Mesir dengan identitas disembunyikan demi keselamatannya.
Baca juga : Hamas Perangi Geng Kriminal terkait ISIS yang Didukung Israel
Dilansir dari Cyprus Mail, selain darat dari Tunisia, peserta dari seluruh dunia akan menuju Mesir melalui udara. Seorang sumbernya mengatakan sekitar 2.500 orang diperkirakan datang dengan pesawat dan bergabung dengan konvoi Sumud dengan sedikitnya 6.000 orang ikut serta menurut hitungan terakhir.
Konvoi Global ke Gaza menggambarkan dirinya sebagai gerakan damai sipil, apolitis, dan independen. Sebagaimana dinyatakan di situs webnya, mereka tidak bermaksud memasuki Gaza secara paksa. Sebaliknya, mereka bertujuan merundingkan pembukaan terminal Rafah dengan otoritas Mesir, bekerja sama dengan LSM, diplomat, dan lembaga kemanusiaan.
Para peserta akan didampingi oleh petugas medis. Dukungan pun akan datang dari tim ahli hukum. Setiap anggota akan membayar sendiri biaya yang dikeluarkan dan tidak akan ada penggalangan dana.
Delegasi Yunani terdiri dari sekitar 200 orang, termasuk lima warga Siprus. Sumber kami mengatakan delegasi Yunani merupakan yang ketiga terbesar dalam upaya ini.
"Ada sekitar 3.000 truk yang membawa bantuan kemanusiaan--makanan, air, obat-obatan--yang diparkir di persimpangan Rafah. Kami ingin menekan otoritas Israel agar mengizinkan bantuan masuk ke Gaza dan pemerintah kami agar menekan Israel."
Ide untuk inisiatif akar rumput itu terbentuk sekitar sebulan yang lalu. Tokoh-tokoh terkenal kemungkinan besar bergabung termasuk Zwelivelile Mandela, cucu Nelson Mandela; Aleida Guevara, putri Ernesto 'Che' Guevara; dan mantan menteri keuangan Yunani Yiannis Varoufakis. (I-2)
KEDUTAAN Besar Republik Islam Iran di Jakarta mengecam serangan rezim Zionis ke sejumlah lokasi, termasuk kawasan permukiman di Tehran.
Duta besar Israel untuk PBB, Danny Danon, mengatakan serangan ke Iran sebagai langkah bela diri.
Menlu AS Marco Rubio peringatkan Iran tidak menyerang pangkalan militer AS di Iran.
PM Israel, Benjamin Netanyahu, mengklaim telah melancarkan serangan militer ke sejumlah target nuklir di Iran.
Ledakan terjadi di Iran. Israel menyatakan melakukan serangan preemptif atas serangan rudal dan drone.
Majelis Umum PBB mengesahkan resolusi serukan gencatan senjata segera di Gaza dan menekan Israel mematuhi kewajiban hukum.
Resolusi tersebut mendapat dukungan dari 149 negara anggota PBB, sementara 12 negara anggota, termasuk Amerika Serikat (AS), menolak dan 19 lainnya abstain.
MENTERI Pertahanan Israel, Israel Katz, pada Rabu (11/6) meminta Mesir untuk mencegah para aktivis mencapai perbatasan Mesir dengan Jalur Gaza dan memasuki wilayah Palestina.
HAMAS dilaporkan telah menewaskan lebih dari 50 anggota kelompok bersenjata Palestina di Jalur Gaza. Kelompok tersebut ditengarai mendapat dukungan dari Israel.
PBB mengatakan bahwa otoritas Israel menolak 11 dari 18 permintaan koordinasi bantuan di Jalur Gaza, Palestina, saat situasi kemanusiaan di wilayah kantung tersebut semakin buruk.
KELOMPOK Den Haag yang diketuai bersama oleh Kolombia dan Afrika Selatan akan menggelar pertemuan darurat tingkat menteri di ibu kota Kolombia, Bogota, pada 15-16 Juli mendatang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved